Mataku bintitan abis ngintip Gempa sama Gempi snusnu😭
***
Malam kian larut, keberadaan bulan sudah ada di atas kepala, kendati kehadirannya terlihat samar, nyaringnya suara serangga saling bersahutan masuk ke rungu, tapi atmosfer sepi amat terasa kehadirannya, gelap ada di mana-mana, penerangan hanya berasal dari lampu di setiap sisi jalan. Namun, semua itu seolah tidak dipedulikan sosok bertubuh jangkung yang kembali terjebak untuk kedua kalinya.
She really wants to play around. Bak serigala di tengah bulan purnama merah, dirinya menahan geram kesal begitu jam yang melingkar di pergelangan tangan terus bergerak sampai menunjuk ke angka dua. Namun, belum juga ada tanda-tanda pulangnya sang dara.
Kesabaran yang selama ini Gempa tautkan dalam menghadapi Gempi enyahlah sudah. Bukan pertama kalinya ia mencoba mengerti dan menyambangi kekeras kepalaan perempuannya itu, berkali-kali ia lakukan disertai harapan Gempi mau menurutinya, ia juga sudah memberikan ancaman berupa nyawa Abraham. Namun, apa yang ia dapat? Salahnya juga tidak langsung bergerak. Harusnya ia tak perlu bersabar dalam menghadapi orang dengan kepala lebih keras dari batu.
"Thanks, Bra." Kini Gempa tidak mendekat dan berikan Abraham ultimatum, dia hanya berdiam diri di posisinya seraya menusuk melalui mata lelaki yang menjadi penyebab perempuannya pulang larut. Sampai Abraham berlalu setelah menekan klakson, Gempa hanya diam seraya mengikuti Gempi.
"Lo gak ada kerjaan apa gimana, sih?" Gempi berbalik disertai raut kesal begitu mereka tiba di dapur. Tenggorokannya terasa sangat kering, pun ia mengambil air dingin dari lemari es dan menandaskan satu botol sekaligus.
Mata ber-iris hijau gelap itu menyorot tajam sebagaimana ujung belati, sebelum tubuhnya bergerak cepat menyeret tubuh Gempi dan membawanya ke kamar khusus ART. Gempi sempat melempar teriak akibat terkejut atas tindakan tiba-tiba Gempa, belum lagi saat lelaki itu melempar tubuhnya ke kasur yang sama-sekali tidak empuk.
"Mau ngapain lo, Bangsat!" Jantung Gempi hampir loncat tatkala matanya merekam jelas Gempa mengunci pintu kamar lalu melempar kuncinya entah ke mana. Dirinya refleks bergerak menjauh saat Gempa mulai mendekat secara teratur.
"This is what you want, right?" Suara serak bercampur berat Gempa isi keheningan yang menerpa, buat keringat dalam tubuh keluar. "Forgot that I told you to stay away from Abraham?"
Kesempatan tidak lagi Gempi dapatkan agar dirinya mampu menjauhi Gempa sebab lelaki yang menyorotkan amarah ini sudah mencengkram erat dagunya, sampai ia rasakan sakit dari ujung kuku Gempa. "You've been messing with the wrong guy, Babe." Gempa lantunkan bisikan.
Amarah yang memupuk dalam rongga dada sudah tumpah ruah, tak ada lagi tempat untuk menampung kesabaran karena terus dipermainkan perempuan nakal ini. "Apa? Huh? Lo pikir gue takut?" Dagu yang masih dalam genggaman Gempa itu mendongak angkuh.
Bibir Gempa mengulas senyum evil, detik berikutnya ia satukan bibir mereka secara paksa. Bibir bawah Gempi dihisap serta digigit guna perempuan ini refleks membuka dua belah giginya yang terkatup, begitu dua belah gigi itu saling menjauh, segera lidahnya menyusup membelit benda lunak milik Gempi, sementara tangan kanan menahan tangan Gempi yang memberi berontakan.
Tangan lainnya meraba nakas, berharap bisa menemukan sesuatu yang sekiranya bisa membantu ia menahan Gempi.
Laci nakas ia buka dengan mata terus menyorot penuh amarah gadis yang terus bergerak guna bisa lepas dari jeratannya, di sana ia temukan serbet yang biasa ART-nya pakai. Tanpa melepas belitan lidah dalam mulut, dengan lihai Gempa mengikat dua lengan Gempi di kepala ranjang. Manis dicampur asin sebab darah dari bibir Gempi yang ia gigit lumayan kencang membelai lidahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Predator's Obsession
Teen FictionYang Gempi tahu, Gempa itu baik, Gempa itu introvert, Gempa itu pendiam, Gempa itu lemah, Gempa itu cupu. Tapi dia tidak tahu. Siapa Gempa yang sebenarnya. Dia hanya tahu covernya saja. Tidak tahu bagaimana isi kepala Gempa ketika melihatnya. Start...