14. Unlucky Guy

2K 110 18
                                    

Yuk tembusin 100 vote😘

***

"Kenapa?" Tiga orang di sana sontak pusatkan atensi pada seseorang yang baru saja datang.

Riak wajah Gempa teramat datar atas kedatangan penyebab harinya sangat buruk. Gigi geraham saling menyatu pertandakan amarah menggerogot di dada. Rasa tak suka masalahnya dicampuri orang lain pun hadir, terlebih ini menyangkut Gempi Loreana Rosellind, sepupu sekaligus perempuannya.

"Not your business," jawabnya kelewat sarkas. Sementara Gempi melirik tak suka dirinya.

"Ayo pulang." Dia raih secara paksa tangan Gempi untuk ia seret menuju mobil jemputan mereka. Sementara manik Abraham lihat hal tersebut tak suka. Dia memang tidak mengetahui apa masalah dua orang ini. Kendati demikian, cara Gempa mengajak Gempi pulang adalah urusannya.

Perasaannya pada Gempi bukanlah isapan jempol belaka, walau Keyyara yang diperlakukan demikian di depan publik, ia akan melakukan hal sama. Namun, dengan cara baik-baik agar tidak menciptakan keributan.

"Lo bisa pulang sendiri." Gempi keluarkan tenaganya guna terlepas dari jeratan sosok berkacamata ini. Sayangnya usaha yang ia kerahkan sia-sia.

Memilih tak menjawab, kepalang kesal akan segala penolakan Gempi, memaksa Gempi adalah jalan yang tepat agar perempuan ini tak lagi memperlakukannya semena-mena dan menguji kesabarannya yang lebih tipis dari sehelai tisu.

"Jangan ngajak-ngajak gue!" Satu tangan tak mampu melepaskannya dari genggaman Gempa, ia kerahkan tangan sebelahnya. "Gue bisa pulang sama Keyyara! Lepasin gue!"

Beberapa pasang mata memusatkan atensi pada mereka. Namun, apa peduli mereka? Satunya dengan tujuan mau pulang bersama, sedangkan satunya lagi enggan. Sekalipun Gempa mengajaknya pulang secara baik-baik— sebagaimana pangeran menjemput Cinderella pun ia tetap tak akan mau.

"Maksa banget sih lo jadi orang!" Dua tungkai kaki ia pertahankan di tempat, biarkan Gempa ikut berhenti.

Tapi memang dasarnya pemilik kromosom Y ini memiliki kepala lebih keras dari batu, tentu ia memilih keinginan egonya, biarkan Gempi rasakan sakit menjalar di pergelangan tangan.

"Kalo mau pulang, ya pulang! Ngapain ngajak gue! Gue bisa pulang sama Keyyara!" Tak kehabisan akal, kaki lah Gempi gunakan sebagai penolakan. Sampai Gempa nyaris tersungkur akibat tendangannya.

Dua tangan yang kini terbebas saling mengepal erat disertai aliran napas berantakan. Seolah belum puas, Gempi layangkan kepalan tangan itu di bahu Gempa begitu Gempa membenarkan posisi. Sayang sekali bukan wajah ia pukul. Salahkan tinggi badan Gempa yang nyaris mengalahkan gapura sekolah mereka, padahal dia sangat berkeinginan memukul wajahnya sampai lebam.

"Lagian dia gak mau, ngapain lo paksa?"

Gempa belum mencerna kejadian tadi, tapi suara si bajingan sudah memprovokasinya. Lagi, pipi kanan ia kembungkan menggunakan lidah, ujung mata berbalut softlens sekaligus kacamata melirik tajam Abraham, seakan tancapkan laser agar lelaki kurus ini terbakar hidup-hidup.

"What's your business?" Lontaran sarkastik ia lempar. Deretan bulu tebal di atas mata sebelah kanan ia naikan sebagai penambah kesarkasannya.

"Gue gak tau masalah kalian apa. Tapi jangan lah, lo paksa-paksa Gempi. Dia keliatan gak nyaman banget." Abraham berucap hati-hati. Kesadarannya menangkap jelas bagaimana tajamnya mata Gempa mematri, radarnya memberi peringatan bahwa lelaki berkacamata dengan vibe nice guy  ini sedang tak mau ia campuri urusannya.

"I-iya. Nanti juga Gempi tetap gue pulangin kok. Itupun kalo lo izinin dia pulang sama gue." Keyyara menghampiri terburu-buru. Melihat temannya berusaha menjauh dari sepupunya adalah hal membimbangkan bagi Keyyara. Ingin dia selamatkan Gempi, tapi ia sadar Gempa adalah sepupu Gempi yang jelas mustahil mencelakai Gempi.

The Predator's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang