Dialog dengan bahasa baku artinya mereka sedang berbicara dalam bahasa asing.
***
"Ayo keluar." Gempi masih terdiam kendati Gempa telah memposisikan dua tangannya di sela-sela lutut dan punggung untuk menahan bobot tubuhnya.
Gempa lekas membawa Gempi keluar, ada rasa senang karena Gempi tidak berontak begitu ia gendong. Lantas ia menempatkan Gempi di mobil yang ia bawa, tak lupa juga memasangkan safety belt. Melihat wajah pucat serta keringat membanjiri seluruh wajah dan sekitarnya, Gempa mengambil botol air mineral yang masih tersegel. Sebelum memberikannya pada Gempi, ia buka terlebih dulu tutup botolnya, kemudian ia berikan pada Gempi yang lantas ditegak sampai tandas.
"Pelan-pelan," tutur Gempa, ia membawa tangannya menyeka kulit Gempi yang terkena keringat. Mengingat ada jepit rambut di kantung celananya, Gempa ambil lalu membawa semua helai rambut Gempi untuk dijepit guna menghilangkan panas yang Gempi rasakan.
"Udah enakan?" Suara Gempa mengalun lembut, seakan ingin mengenyahkan keresahan di benak Gempi.
Gempi tidak memberi jawaban. Ia hanya membuang napas keras, seolah membuang rasa gelisah yang bergerumul di benak. Kendati Gempa telah menyelamatkannya dari kematian, bayang-bayang betapa chaos-nya situasi tadi masih menghantui.
Melihat jelas bagaimana gelisahnya Gempi, jemari yang ditekuk Gempa menyusuri rahang Gempi. "Mau peluk?"
Gempi lantas menoleh. Ada sorot kosong yang menyimpan takut di sana, Gempa sangat menyadari hal demikian. Selang beberapa detik perhatikan betapa lembutnya riak wajah Gempa, Gempi segera membuka safety belt yang sayangnya sulit ia lakukan.
Radar Gempa segera menangkap kesulitan Gempi, pun ia membantu Gempi membuka safety belt. Seusai tali tersebut membebaskan Gempi, perempuan itu segera menempatkan diri dalam dekapan laki-laki yang paling ia benci.
Begitu kehangatan dan rasa aman Gempi dapatkan melalui dekapan serta usapan lembut Gempa di kepala belakangnya, air mata semula mendesak ingin dikeluarkan sebab tidak tahan terus memendam rasa takut, gelisah dan panik pun akhirnya berbondong-bondong keluar menganak sungai di pipi Gempi, tidak sungkan pula Gempi keluarkan isakan untuk mengeluarkan emosi negatif yang mengganggu benaknya.
"I'm here, Bunny. Menangislah sampai kamu merasa tenang." Pun isak tangis Gempi kian mengeras tatkala aspirasi Gempa mengalahkan kelembutan sutra.
Setiap tetesnya seakan mengurangi beban rasa negatif mengganggu relung hati. Semerbak aroma khas yang selalu menyapa acap kali ia berdekatan dengan lelaki ini membelai relung hati yang semula dibawa ombang-ambing dalam balutan takut. Kedua tangan melingkar di leher sang lelaki sengaja ia eratkan; dengan harapan bisa mendapatkan perlindungan lebih dari jahatnya dunia.
Mulut cantik yang selalu memberi kesenangan pada sang lelaki kini udarakan kepiluan, buat penghuni hutan turut tersayat hatinya diberi kidung masygul yang begitu memilukan. Beberapa burung saling berterbangan sembari udarakan kicauan merdu; menghibur sang dara yang tengah bersedih hati seusai dihantam badai ketakutan.
"Mereka hibur kamu." Gempa berujar begitu mendengat sahutan dari kicauan burung yang mengalun bak orkestra. "Kelinci hutannya sedih abis dibikin takut sama anjing. Jadi mereka hibur kamu biar gak sedih."
Gempi dapat merasakan beberapa kali bibir Gempa mendarat di pipinya, bahkan sesekali juga ia menghirup pipi Gempi yang sudah banjir akan keringat serta air mata.
Dekapan mereka terlepas. Saat itu pula Gempi gerakan tangan guna menyeka sisa air mata yang basahi seluruh pipinya. Melihat itu Gempa membawa tangan Gempi untuk ia genggam, sedangkan tangan lainnya ia gunakan menyeka keringat serta air mata Gempi. Sorot lembut penuh puja mematri wajah berantakan Gempi. Terdapat rasa bersalah di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Predator's Obsession
Teen FictionYang Gempi tahu, Gempa itu baik, Gempa itu introvert, Gempa itu pendiam, Gempa itu lemah, Gempa itu cupu. Tapi dia tidak tahu. Siapa Gempa yang sebenarnya. Dia hanya tahu covernya saja. Tidak tahu bagaimana isi kepala Gempa ketika melihatnya. Start...