20. Disappointed

1.5K 79 12
                                    

Vote Doeloe

***

Ponsel dalam genggaman, Gempa letakan kembali pada tempatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ponsel dalam genggaman, Gempa letakan kembali pada tempatnya. Matanya menerawang pada sosok perempuan tengah menyelami dunia mimpi. Perempuan keras kepala ini sulit sekali dikendalikan, Gempa sendiri tak yakin Gempi akan berhenti mendekati Abraham kendati telah ia beri hukuman.

Satu-satunya cara agar Gempi berhenti mendekati Abraham adalah melalui Nara. Namun, di sisi pertolongan Nara terhadap menahan Gempi, Gempa telah merencanakan hal lain yang akan menjerat Gempi. Sekalipun ia harus mengecewakan Nara.

***

"Ma-maksud kamu Gempa perkosa kamu?" Gempi beri anggukan cepat. Riak wajah masygul terpatri di sana, guna yakinkan Nara bahwa benar ia diperkosa ... kendati ia menikmati hukuman Gempa.

Ah, mikir apa sih gue! Gempi menyentak isi pikiran kurang ajarnya. Ia kembali pusatkan perhatian pada sang ibu. Gempi merasa ... ekspresi terkejut Nara tidak natural, terkesan dibuat-buat. "Mama kok gitu mukanya?" Ia merajuk.

Lantas Nara surutkan riak terkejutnya yang kemudian disusul tawa menggema. "Heh! Kamu pikir Mama pulang karena kemauan Mama?"

Alis Gempi bertautan. "Ya- terus?" Dia sudah dibawa ke angkasa begitu mamanya nyaris pingsan di tempat kala ia berikan kabar buruk itu. Namun, kini? Mamanya tertawa? Pantas kah seorang ibu bahagia usai mendengar anaknya diperkosa? "Mama seneng aku diperkosa Gempa?" Gempi melirihkan kalimat akhir.

"Dih? Mana percaya Mama." Nara mencebikkan bibir. "Mama tau Gempa gak perkosa kamu! Tapi hukum kamu! Itupun karena kamu pulang tengah malem!" Gempi tertegun mendengar penuturan Nara.

"Dia hukum aku dengan perkosa aku Mama!" Pun Gempi leraikan air mata. Kecewa menghantam mendapati kepercayaan Nara merujuk dominan pada Gempa sebagai pelaku. "Mama seriusan gak percaya aku?"

"Enggak! Lagian siapa yang ngajarin kamu pulang tengah malem? Sama cowok pula? Mentang-mentang Mama gak ada di rumah!" Nara mulai memberang. "Mama udah suruh Gempa jagain kamu selama Mama gak ada di rumah! Tapi kamu malah seenaknya! Ini, nih, yang Mama gak suka kamu main sama cowok itu! Dia bawa pengaruh buruk buat kamu!"

"Gempa yang berpengaruh buruk buat aku! Dia perkosa aku, Mama! Dia juga iket aku di kamar Bi Tatu! Mama jahat banget gak percaya sama aku!"

"Gimana Mama mau percaya sama kamu? Hobi kamu aja bohong sama Mama! Dari kecil Gempi Loreana Rosellind! Dari kecil kamu selalu ngelak kalo bikin salah! Mama muak sama kebohongan-kebohongan kamu! Apalagi setelah kamu punya temen cowok! Makin menjadi kamu!" Tak segan Nara menunjuk Gempi dengan telunjuknya, amarah tercetak jelas di wajah sedikit berkeriput itu. "Pokoknya sekarang kamu berada di bawah pengawasan Gempa! Mama percayakan semuanya sama Gempa. Mama udah angkat tangan urus kamu. Pantes aja Kakak kamu milih pergi ke Wuhan. Emang susah kamu diaturnya."

Deretan kalimat itu sebagaimana ribuan belatu menusuk jantung Gempi membabi-buta- mengoyak sampai berdarah-darah, rasa sakitnya tercipta begitu dalam. "Harusnya Mama aja yang mati, bukan Papa! Kalo gini ceritanya Mama gak jauh beda sama Gempa! Kalian sama-sama setan!"

The Predator's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang