VOTENYA JANGAN LOEPAAAAA SENGKUHHH
Nanti aku marah rawrrrr🦖
***
Bola sepak yang biasa digunakan mereka latihan, Keyyara mainkan dengan iseng. Di antara: Gempi, Abraham, Gio dan Darma hanya dia yang tak mengikuti ekskul sepak bola atau olahraga bola lainnya. Alasannya simpel, karena dia perempuan feminim.
Tidak seperti Gempi yang setengah perempuan setengah lakik. Ke lapangan komplek pun dia hanya ingin melihat teman-temannya tanding atau latihan, itupun kalau dia tak ada kerjaan alias gabut.
"Kalian kenapa, sih? Kayak gak suka gitu sama sepupunya Gempi?" Tak tahan atas respons negatif mereka pada kehadiran Gempa, dia putuskan bertanya langsung daripada menebak-nebak sendiri berujung pusing.
Abraham mengambil bola sepak dari pelukan Gio guna ia mainkan. "Yang namanya Gempa-Gempa itu?"
"Iya," sahut Keyyara, lalu dia menempatkan diri di samping Darma. "Biasanya aja kalian welcome ke orang baru."
"Lo gak tau, ya?" Pertanyaan Gio hadirkan penasaran pada Keyyara, sontak dia tolehkan kepalanya ke arah Gio.
"Tau apa?"
"Gempa itu anaknya Pak Nakala. Anak haram lebih tepatnya." Darma menyahut lugas. Dari matanya terlihat meyakinkan sekali.
"Ya, terus?" Di luar dugaan mereka, Keyyara menyahut cuek. Baginya, mau Gempa anak siapapun itu ya itu tak penting, toh, Gempa juga tidak merugikan mereka.
"Dia bukan level kita." Darma menjawab, pun dia berdiri karena ingin berpartisipasi dalam permainan iseng Abraham.
Decapan lidah terdengar dari Keyyara. "Apaan, sih, mainnya level-level-an? Kayak bocah, tau gak?"
Kening Keyyara lukiskan kerutan tak suka. Bukan hal aneh lagi sebenarnya mendengar mereka berucap demikian. Walau mereka selalu welcome ke orang baru, tapi dalam tanda kutip. Mereka selalu demikian apabila ada orang yang berada di bawah ingin mendekati.
Selain terkenal akan paras rupawan dan prestasi, mereka juga dikenal sebagai circle sombong. Kecuali Keyyara dan Gempi yang selalu welcome ke siapapun.
"Apa kata orang kalo kita temenan sama anak haram? Gue juga ogah! Persetan dia sepupunya Gempi!" Mata Keyyara menusuk tajam ke arah Gio.
"Heh! Di dunia ini gak ada, ya, anak haram! Adanya mulut lo, tuh, haram!" serunya dibaluti amarah, walau ucapan Gio tak mengarah padanya.
Amarah Gio terpancing mendengar seruan Keyyara. "Loh, kok lo yang marah? Lo suka sama dia?"
"Kalo iya, kenapa? Kalo enggak juga kenapa?"
"Udah, udah! Ngapain ribut, sih?" Abraham datang menengahi. Sudah sangat familier apabila Keyyara dan Gio adu mulut. Mereka itu sama-sama pemilik kepala batu, tentu tak ada yang mau mengalah satupun.
"Key. Bokap lo juga pasti gak mau lo temenan sama dia. Gue yakin Bokap lo tau anak Pak Nakala sama cewek lain, secara Bokap lo temen deketnya Pak Nakala. Malah lebih deket dari Bokapnya Gio."
"Nyenyenye!" Penuturan Darma disambut demikian. Lantas Keyyara menjawab dengan benar, "Heh! Emang ada undang-undang buat ngejauhin Gempa? Gak ada! Kalo gak percaya tanya sama Bokap lo sono! Bokap lo, kan, DPR!"
Menjadi anak dari pejabat adalah sebuah anugrah yang tak dimiliki oleh semua orang, bagi mereka begitu. Haram hukumnya anak petinggi negara berteman dengan orang-orang bukan level mereka. Untung saja Keyyara tak terpengaruh meski ayahnya seorang perwira polisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Predator's Obsession
Teen FictionYang Gempi tahu, Gempa itu baik, Gempa itu introvert, Gempa itu pendiam, Gempa itu lemah, Gempa itu cupu. Tapi dia tidak tahu. Siapa Gempa yang sebenarnya. Dia hanya tahu covernya saja. Tidak tahu bagaimana isi kepala Gempa ketika melihatnya. Start...