29. Collision

1K 74 9
                                    

Perjalanan menuju rumah mendiang nenek Gempi terasa sangat lama bagi Gempi. Ia rasa dulu sebelum dia dan ibunya memutuskan pindah setelah sang nenek berpulang, rasanya cepat sekali, mengapa kali ini terasa sangat lama? Belum lagi pencahayaan di sekitar minim sekali begitu mereka memasuki kecamatan; tempat di mana rumah mendiang neneknya berdiri.

Masih melekat erat ingatan jalan menuju rumah mendiang neneknya, jadi Gempi merasa yakin ketika ia mengarahkan Abraham.

Omong-omong, Abraham tetap nekat menyetir kendati ia belum tidur serta mata mulai sayu. Sudah berkali-kali Gempi menyarankan dirinya menggantikan Abraham. Namun, Abraham selalu menolak dan menyuruh Gempi tidur saja.

Alih-alih tidur, Gempi terus mengawasi Abraham, khawatir nanti hal buruk terjadi pada mereka.

"Gantian aja yuk. Mata lo udah sayu." Gempi mulai was-was tatkala jalanan yang mereka lewati berbatu dan banyak sekali lubang.

"Tanggung. Bentar lagi nyampe." Gempi hanya mampu embuskan napas jengah.

Jawaban Abraham adalah kebohongan. Biarpun mereka sudah memasuki kecamatan rumah mendiang neneknya, nyatanya rumah mendiang neneknya masih sangat jauh mengingat luasnya kecamatan ini.

"Jangan maksain diri. Kalo kita kecelakaan gimana?" Gempi mulai memprovokasi agar Abraham mau bergantian dan istirahat.

"Gak bakalan. Lo lupa gue ahli banget kayak beginian?" Gempi kembali mendengus.

Menyerah adalah opsi yang Gempi pilih. Toh ia juga percaya Abraham akan berhati-hati sekalipun kondisinya sangat tidak memungkinkan meski jujur ia sangat khawatir serta takut menggelayuti Gempi melihat Abraham menyetir dengan mata sayu.

"Bra."

"Gue bukan kutang, Anying." Sempat-sempatnya laki-laki ini berkelakar di kondisi seperti ini.

"Batu banget lo dibilanginnya." Gempi ingin menyerah. Namun, ia tak dapat menampik bahwa ia benar-benar khawatir. "Gantian aja. Jalannya bergelombang, pencahayaan juga minim banget. Lo masih yakin?"

"Yakin."

"Yakin kita selamat?" Gempi bertanya lagi.

Entah darimana hadirnya perasaan mengganjal di benak, timbulkan gelisah yang menyertai, terlebih kondisi jalan dan Abraham sangat menambah kekhawatirannya.

"Jangan ngomong aneh-aneh. Positif thinking aja." Abraham mengusahakan diri untuk tetap sadar di tengah kantuk mulai hadir.

Selama kantuk belum menguasai, Abraham akan mengusahakan agar bertahan pada keputusannya.

"Serah, lah. Semoga aja kita selamat sampe tujuan." Adalah ucapan yang sama sekali tidak menggambarkan yang sebenarnya ia rasakan.

Gelisah dan takut masih ada, karena Abraham terus meyakinkan, maka Gempi akan berusaha untuk yakin, sebelum suara nyaring berupa klakson hentakkan Gempi dari alam bawah sadar yang nyaris hadir.

"Abraham!" Gempi refleks berteriak tatkala lampu dari mobil yang berpapasan dengan mobil mereka menyorot mereka dengan kecepatan tinggi.

"Tenang, tenang. Kita bakalan selamat." Abraham berujar dengan kepanikan tergambar jelas di wajahnya, terlebih ketika ia tidak melihat tanda-tanda mobil itu akan berhenti guna mencegah kecelakaan, lebih kesengaja akan mencelakai mereka.

Mengingat jalan yang mereka lewati berukuran hanya untuk satu mobil saja, Abraham memilih banting setir untuk menghindari kecelakaan ke arah ladang. Ia memposisikan Gempi menghadap langsung pada mobil yang sebentar lagi menabrak mereka. Namun, tepat ketika Abraham membelokkan mobil, mobil lain itu segera menghantam tepat di samping Gempi.

The Predator's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang