09. Mad Predator

6K 219 16
                                    

Vote doeloe

Komen dong, aku pengen tau reaksi kalian tiap paragrafnya

***

Ini mimpi!

Namun, mendapati sosok sepupunya tengah tidur dalam dekapannya menampar, bahwa kejadian semalam bukanlah mimpi, jelas nyata ia rasakan bagaimana sisi lain sepupunya yang tak pernah ia lihat selama ini, belum lagi ia mendapat jackpot.

Sebelumnya ia hanya bisa melihat tubuh naked sepupunya di layar saja. Namun, semalam tak hanya melihat, ia juga merasakannya. Gadis. Ralat, wanita cantik yang masih lelap dalam tidurnya itu terlihat damai setelah ia ganggu jam tidurnya.

Sudah seharian ini dia tidur tanpa membuka mata sebentar saja. Gempa maklumi, bukan hanya begadang, Gempi juga harus merasa lelah akibat pergulatan panas mereka.

Mata hijau miliknya mematri penuh damba pada sang dara. Ia memang memiliki banyak pengalaman di ranjang bersama perempuan ketika di tempat lahirnya dulu, pengalaman kencannya juga sama banyaknya. Namun, tak ada yang se-terbaik kedekatannya dengan Gempi.

Keunikan dan ciri khas Gempi menarik Gempa untuk melabuhkan hatinya. Sekelebat ekspektasi pun tak pernah hadir begitu kakinya menapak di negara ini akan merasakan euforia jatuh cinta. Namun, pesona Gempi tak bisa ia elak.

Gadis dengan wajah jutek, tapi juga tampan ini memporak-porandakan rencananya. Bahkan ia belum melakukan rencananya satu pun, terlalu enggan menemui ayahnya ketika ia di ujung euforia jatuh cinta.

"Hai. Gimana tidurnya?" Ia menyapa lembut sebagaimana embusan angin sore tatkala mata Gempi terbuka— menyesuaikan cahaya dengan kornea matanya.

"Eunghh. Udah pagi?" Perempuannya melebarkan mulut selagi merilekskan otot-otot tubuhnya yang kaku sehabis dibawa istirahat. Akan tetapi, ia merasakan nyeri di beberapa titik.

Satu sekon kemudian kelereng coklat gelapnya melebar terkejut. "Eh? Kuliah! Kita telat!"

Ibu jari Gempa mendarat di pipi Gempi dan ia berikan elusan di sana. "Jam segini pasti udah pada pulang."

Garis oleh bulu halus di atas mata Gempi menyatu. "Loh? Emang sekarang jam berapa?"

"Jam enam sore. Yang kuliah malem pun pasti belom dateng." Jari-jari tangan Gempa menyelinap masuk ke surai Gempi.

"Hah?" pekik Gempi setelahnya. Pun matanys mencari-cari dengan cepat keberadaan penunjuk waktu. Kontan matanya membola seketika ia lihat jarum di sana.

"Gue tidur jam berapa, ampe baru bangun jam segini?" Dia melirih tak menyangka. Hari ini adalah rekor terpanjang jam tidurnya selama ia menjalani hidup.

Setitik kecewa hampiri Gempa. Gempi kembali menyebut dirinya 'gue' alih-alih 'aku' seperti yang ia lakukan malam tadi. "Kamu baru tidur jam lima."

"Emang gue abis ... ngapain—" Kalimat terakhir ia ucapkan secara lirih. Ingatannya memutar kembali serangkaian kejadian tadi malam, malu pun hadir detik itu juga.

Anjir! Anjir! Anjir! Ini beneran gue udah pecah perawan?! Terus yang perawanin gue, dia?! Sepupu gue sendiri?! Anjir! Gue udah gila!!

Segera Gempi membelakangi Gempa selagi benaknya mengumpat rusuh. Wajahnya ekspresikan gelisah. Perasaan asing mengalir menembus hatinya, akalnya masih mencari-cari alasan kalau kejadian semalam tidaklah nyata. Kendatipun ia melihat sendiri piamanya sudah berubah. Ia ingat sangat jelas kalau piama yang ia kenakan sore kemarin berwarna abu-abu. Namun, kini piama abu yang ia maksud entah kemana perginya, terganti dengan piama maroon.

Lalu ia bangun di kamar Gempa, di pelukan lelaki itu pula! Sudah menjadi bukti konkret dia diperawani sepupunya sendiri! Ini gila! Gempi memekik tertahan mendapat kenyataan bak bom waktu ini. Bagaimana bisa ia menyerahkan diri pada sepupunya sendiri? Sialnya lagi ia masih ingat betul kalau sisi jalangnya ia nampakkan di depan Gempa.

The Predator's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang