BERLIAN MAP
Aku menyelinap ke belakang bangunan kayu yang kokoh dan luas. Dari sana aku mengintip anak-anak tampan, cantik dan bersih menari dengan pedangnya.
Ingin sekali aku melabrak mereka dan membunuhnya satu-satu, tapi aku kalah jumlah. Untung kewarasanku ini tidak termakan oleh emosi dan rasa marah.
Seorang pria bertubuh tinggi berjalan memasuki ruangan didampingi dua pengawal, mereka yang tadinya sedang berlatih kini diam patuh saat melihat pria tadi berdiri angkuh di depan. Mereka berdiri rapi siap mendengarkan sesuatu.
"Manusia tidak diciptakan setara," ujarnya dengan sombong. "Kita adalah kaum bangsawan, penduduk asli Benua Berlian dan harusnya menjadi satu-satunya kaum yang ada di sini. Namun karena kebijakan dan sifat murah hati leluhur kita, kaum Bawah dan Menengah diizinkan tinggal."
Telingaku panas mendengar. Amarah menyulut di dada.
Laki-laki itu melanjutkan, "Kehidupan damai hari ini besar sekali harganya. Untuk menguasai, mendominasi, dan dihormati, kita harus memperjuangkannya. Namun kalian anak manja tidak tahu apa-apa, kalian generasi sutra tanpa bekas luka." Ia terdiam sejenak, menatap murid-muridnya satu persatu.
"Kemenangan harus diperjuangkan. Kedamaian harus direbut dengan darah. Bahkan makanan, harus dibayar dengan beberapa nyawa. Itulah kaum Bangsawan, kita orang kuat dan Kaum Bawah hanya tulang belulang yang dibalut dengan segumpal daging."
Matanya yang seperti elang menyapu seluruh murid. "Kaum Bawah memang sangat lemah, tapi kita harus terus berlatih untuk bertarung. Itulah yang menjadikan kita Para Bangsawan. Jangan percaya kata orang kalau Berlian diwariskan untuk manusia yang lembut, manusia harus saling hidup akur, itu hanya janji manis demokrasi." Orang itu berbicara dengan serius.
"Kalian memang Bangsawan, tapi tetap saja yang kuatlah yang akan bertahan. Sejarah kita mencatat bahwa orang lemah seperti kaum Bawah memang layak hidup jadi bawahan, petani, kuli, tukang dan suruhan!"
Tapi aku adalah Orang Bawah. Mereka meremehkanku. Kaum Bawah tidak selemah yang mereka katakan. Aku tidak dibesarkan dengan tangan lembut seorang ibu atau kata bijak ayah. Masa kecilku tak diisi dengan tontonan bodoh dan game. Aku dididik dengan banyak duka, luka, dan kematian.
Aku tidak hidup di istana. Tidak tampil cantik dan manja dengan perhiasan-perhiasan. Aku ditempa di hutan yang bahaya. Dicambuk oleh badai dan gelombang.
Mereka keliru. Jika yang kuat yang berkuasa, tidak satu pun dari mereka yang akan bertahan.
Aku akan bangkit.
***
Terima kasih buat kamu yang udah baca, vote, komentar, dan share. Kalian akan sangat menyukai cerita ini.
instagram: haris_znr
KAMU SEDANG MEMBACA
Perang Berlian [END]
ActionBerlian adalah bagian bumi yang terasingkan, di sana berdiri beberapa kerajaan, mereka percaya bahwa umat manusia ini dibedakan dengan ras dan golongan. Jagat seorang kaum Bawah, ras yang mengabdikan diri menjadi petani, kuli, tukang, suruhan dan pe...