Kami membangun tenda-tenda di Himala, menunggu kedatangan seluruh Raja Berlian. Mereka pasti berkuda sekuat tenaga karena kabar kekalahan Nersia telah tersebar kemana-mana.
Raja Josuan, Miller, Erwin, Darrel berdiri bersamaku membuat lingkaran perkumpulan. Goldey juga duduk di antara kami. Lukanya masih menyakitkan.
Aku mengambil keputusan sebelah pihak saat mengampuni seluruh Bangsawan demi membuat penawaran dengan para Raja Berlian. Beberapa orang tidak setuju. Aku mengerti, tidak mudah membiarkan orang-orang biadab bernapas saat kita memiliki kesempatan mengakhiri seluruh kaumnya.
"Kau membawa kami ke medan perang, lalu saat kita menang, kau mengampuni mereka, apa yang sebenarnya kau inginkan, Jagat?" Erwin yang pertama menentang keputusanku.
"Seseorang mengajariku bahwa bertarung untuk memaafkan lebih penting daripada bertarung untuk membunuh," jawabku singkat.
Erwin tidak setuju. "Aku tidak malu mengakui bahwa aku memang orang yang lemah saat pertama kali kau datang ke Darxon, Jagat, tapi kini aku telah menjadi sesuatu yang tidak pernah kubayangkan. Aku menjadi pembunuh berhati dingin, aku membelah dada Bangsawan dan memakan jantungnya. Mencopot mata mereka. Menguliti yang terluka. Aku melakukan itu semua karena kau datang menghapuskan ketakutanku kepada mereka, dan mengingatkanku tentang dendam dan apa yang berhak mereka terima."
"Aku memang menyulut dendam dan kemarahan kalian," kataku. "Namun kita tidak boleh memuaskan hati untuk sesuatu yang hanya bisa dinikmati beberapa hari."
Miller juga tidak setuju denganku. "Para raksasa telah hidup ribuan tahun, Jagat, seluruh luka dan kematian mengendap di hati. Namun kami tidak bisa membalas para brengsek itu karena ketakutan. Lalu kau datang meminta kami berperang, kami menerima ajakanmu, tetapi kami tidak hanya menginginkan kemenangan. Kami ingin memusnahkan seluruh Bangsawan, selagi kita punya kesempatan."
Aku terdiam. Erwin dan Miller benar. Bangsawan berhak menerima itu semua.
Raja Josuan tertawa kecil. Kami semua meliriknya dengan rasa heran.
"Erwin," sapa raja, "Kau telah mengenal Jagat selama lima tahun, apa menurutmu dia monster berhati dingin?"
Erwin mengangguk. "Dia membunuh anak buah Serge di Darxon, padahal mereka tidak bersenjata."
Raja mengangguk. Lalu menunjuk Miller, "Kau baru mengenalnya beberapa hari, apa menurutmu Jagat seorang monster?"
Miller mengangguk juga. "Tentu saja, dia seorang monster licik, kami menghabiskan banyak waktu di Pulau Kemarau, namun itu tidak perlu diceritakan di sini."
"Apa yang ingin kau katakan, Raja?" Tanya Goldey.
"Aku tidak akan mengatakan apa-apa, Jagatlah yang akan mengatakannya."
Aku menatap raja dengan bingung. "Apa yang harus kukatakan?"
"kejujuran, Jagat," kata raja, "Jelaskan mengapa kami harus menyetujui semua idemu ini. Katakan alasan kau memaafkan mereka!"
Aku menghela napas. "Kejujuran," kataku, lalu mendongak menatap langit biru. "Aku tercipta karena kebutuhan. Saat Darrel hampir dieksekusi di Julister, aku membawanya kabur. Saat naga hijau kecil itu terjepit di dasar laut hijau, aku menyelamatkannya. Saat Darxon akan kehabisan makanan, aku menyerukan ide menyerang Berlian. Aku hidup untuk melayani rakyatku, kaumku, para orang Bawah.
"Aku menjadi yatim piatu saat kecil, Bangsawan membuatku membunuh Rahul saudaraku, memutuskan hubunganku dengan Darrel, merebut segalanya dariku. Aku yang dulu hanya akan diam menangisi semuanya. Namun sekarang aku memiliki segalanya. Aku memiliki pedang, prajurit, raksasa, bahkan naga. Aku bisa memusnahkan seluruh musuhku. Namun mengapa aku tidak melakukannya?"
"Karena meskipun kau seorang monster, kau memikirkan kaum Bawah," jawab Darrel.
Mataku berkaca. "Karena kebangkitan tidak hanya sekedar memenangi perang, Darrel. Harga kemanusiaan telah menjadi murah. Para Bangsawan telah menjadi tuhan. Mereka menjadikan kita robot, menyuruh kita kerja seharian tanpa makan, membuat kita membunuh sesama, menganggap kita mainan, memberi kita kubangan sementara kita membangun mereka istana. Mereka tercipta dari neraka. Anak-anak mereka terlahir ke dunia untuk melanjutkan pemerintahan iblis. Dilatih oleh jin-jin laknat, dibisikkan kebencian, mereka mengajari generasinya untuk menjentikkan jari agar anak-anak kita berlutut di kaki-kaki manjanya."
"Jadi, ketika kita menaklukkan Nersia, itu tidak dilakukan dengan ketamakan. Bukan demi nama baik. Aku tidak memimpin kaumku untuk merebut Himala karena menginginkan kemuliaan. Aku tidak butuh gelar di depan namaku. Aku tidak ingin sejarah mencatat masaku sebagai masa emas, membubuhi namaku dengan ketenaran. Kita menaklukkan Nersia karena itulah hal yang benar untuk dilakukan, Kita harus menjadi manusia seperti yang tuhan inginkan. Kematian akan mengasilkan kematian"
"Umat manusia tidak diciptakan dengan ras dan kasta berbeda. Kita harus hidup dalam satu tujuan. Rahul tidak menginginkan kita membalas nyawanya, Darrel. Lihatlah ke langit, bayangkan keluarga kalian yang telah mati berbisik agar kita membunuh seluruh Bangsawan hanya demi tanah Berlian dan dendam. Mereka tidak menginginkan itu semua."
Aku menyeka mataku.
"Kita berperang demi umat manusia yang akan datang. Demi kaum bawah di masa depan. Kita mengampuni Dennis dan prajuritnya agar bisa melakukan negosiasi menduduki Nersia. Jumlah Bangsawan ada jutaan. Kita bisa membunuh setengah dari mereka sebelum mereka berhasil menombak naga-naga dan tubuh kita."
Erwin memegang kepalanya. "Namun ada orang-orang sepertiku, Jagat," katanya. "Aku berperang karena ingin membalaskan dendam."
"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi, Erwin," jawabku. "Aku percaya padamu dan umat manusia. Aku akan memastikan kita akan melanjutkan hidup selamanya. Aku akan membimbing kita keluar dari sistem gila yang diciptakan oleh tangan-tangan rakus. Kita akan menciptakan kehidupan baru."
"Meskipun aku tidak terlalu menyukaimu, Erwin, aku tidak akan membiarkanmu mati karena membalas dendam yang tak kunjung usai. Karena saat kau mati, kau akan menghadap tuhan dan keluargamu. Aku tidak rela jika mereka di surga akan kecewa dengan apa yang telah kau tinggalkan di dunia. Berjalanlah bersamaku, kita akan membuat Berlian menjadi tanah damai. Mengangkat derajat umat manusia di mata tuhan. Kita akan menciptakan tanah di mana orang yang terlahir miskin bisa berjuang menjadi kalangan atas, dan orang yang terlahir kaya menjadi rendahan jika terus berpangku tangan dan bermalas-malasan."
Kalimat-kalimat itu mengalir seperti air di bibirku.
"Baiklah, Jagat," kata Erwin, "Kau telah membuatku percaya. Namun jika darah kaum Bawah tumpah lagi, kau harus membunuhku agar tidak memusnahkan umat manusia."
Aku tersenyum. Mengangguk mengiyakan. Kini semua orang telah mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perang Berlian [END]
ActionBerlian adalah bagian bumi yang terasingkan, di sana berdiri beberapa kerajaan, mereka percaya bahwa umat manusia ini dibedakan dengan ras dan golongan. Jagat seorang kaum Bawah, ras yang mengabdikan diri menjadi petani, kuli, tukang, suruhan dan pe...