24. Mata Uang

12 1 4
                                    

Di pagi buta saat aku menunggu eksekusi Serge, kabar paling menjijikkan melubangi hatiku dan seluruh kaum bawah.

Bilik bertelari besi yang digunakan untuk mengurung Serge telah dibobol. Dua penjaga ruangan bawah jatuh pingsan dan baru sadar saat fajar pertama muncul.

Serge menghilang. Seseorang pasti melepaskannya.

Raja kesal dan marah. Dia juga menghardik dirinya sendiri karena tidak membunuh Serge ketika kesempatannya sangat besar. Kini dia telah hilang dan kepanikan terjadi di Aula Dewan.

Aku, raja, dan para dewan mendengar penjelasan kedua penjaga yang sudah sadarkan diri. "Aku tidak bisa melihat wajah siapa pun. Malam itu seseorang mengetuk pintu bawah dan aku membukanya. Makanan diletakkan di depan pintu dan aku mengambilnya dengan suka rela. Kukira itu jatah makan dari raja untuk kami yang berjaga."

"Tidak ada seorang pun di sana. Aku tidak sadarkan diri kira-kira dua puluh menit setelah makan."

"Aku juga begitu," sahut penjaga satu lagi.

Kacau. Tidak ada Bangsawan lain di sini. Hanya ada kaum Bawah dan itu berarti banyak kemungkinan.

"Orang itu mencuri Serge dari kita dan membunuhnya dengan tangan sendiri," kata Erwin menduga-duga. "Setidaknya dia mati."

Aku berkomentar, "Bagaimana kalau orang misterius ini membebaskan Serge ke Berlian?"

"Jangan terlalu berlebihan," kata Erwin lagi. "Tidak ada Kaum Bawah yang akan melepaskan si biadab itu!"

"Wah, Nak, kau tidak tahu apa yang mampu dilakukan seseorang demi perak!" Goldey berseru dari belakangku.

Ada dua kemungkinan, Serge hidup atau mati. Jika dia mati, itu cukup menguntungkan. Namun kalau si licik ini hidup dan mencapai Berlian, kami semua akan diserang balik. Itu artinya kematian.

Pagi tadi, pasukan sudah dikerahkan raja untuk mencari keberadaan Serge. Dia pasti masih belum jauh dari benteng. Namun ini sudah siang, tidak ada yang memberi laporan. Suasana di luar aula mulai panas. Mereka geram dan menginginkan kepastian apakah Serge sudah mati atau belum.

Kami sibuk berdebat tentang kemungkinan-kemungkinan. Raja tidak bicara banyak, hanya memperhatikan kami memaparkan isi otak. Dia terlihat menyesal karena memberikan Serge malam yang beruntung.

Erwin tidak terima kalau Goldey mengatakan seseorang dari kaum Bawah membantu pelarian Serge ke Berlian. Itu artinya pengkhianatan. Kaumku tidak akan melakukan hal separah itu. Memalukan sekali. Tetapi aku setuju dengan Goldey, kemungkinan besar Serge masih hidup. Entah kepercayaan apa yang dianut kaum Bawah, seseorang pasti mampu melanggar sumpah dan berpaling dari kepercayaan itu.

Saat kami sibuk berdebat. Darrel masuk membawa seorang anak muda. Aku mengenal bocah itu, Army. Wajahnya ketakutan sekali. Dia tidak mampu mengatakan sepatah kata pun di depan raja, sementara Erwin memaksanya bicara.

"Dia sampai di sini barusan, katanya ada informasi penting," kata Darrel. Aku menjelaskan kepada raja kalau Army adalah pemuda yang kuperintahkan untuk menjaga kapal.

Setelah menunggu dia rileks, kami pun mendengar ceritanya dengan seksama.

"Aku tidak paham apa yang terjadi. Saat itu masih gelap dan aku meninggalkan kapal untuk buang air. Ketika kembali, seseorang menyerang kapal. Tiga penjaga yang menemaniku dipukuli hingga jatuh. Aku hanya menontonnya, tidak berani mendekat karena takut mati." Army terisak.

"Setelah membuat semua penjaga tidak sadar diri. Dia menaiki kapal sambil menarik seseorang yang bertubuh kecil. Tangannya diikat seperti budak. Mereka menaiki kapal dan berlayar melewati Laut Sentosa.

Aku penasaran, "apa kau melihat wajah orang itu?"

Army menggeleng. Aku mendesaknya lagi, "Tidak melihat apa pun?"

"Aku mendekat ke dermaga saat mereka sudah berlayar. Orang yang menyerang penjaga memakai senjata yang aneh di tangan kanannya. Seperti pedang kecil tetapi tidak digenggam. Menggantung begitu saja." Army masih merasa ketakutan saat berbicara.

"Itu Ferdi!" Dengus Darrel.

"Dia tidak membunuh para penjaga. Hanya melumpuhkan mereka," sambung Army.

Aku mengangguk kesal. "Itu karena dia kaum Bawah!"

"Dasar pengkhianat!" Erwin memukul meja dengan keras sekali. Lalu menunjuk Darrel "Ini salah kKau! Andai Kau membunuh Ferdi di sini dan tidak memberinya maaf."

"Kau suka sekali berandai, Tuan Mulut besar," cetus Darrel.

Aku masih tidak menerima logika Ferdi mengalahkan semua penjaga yang ada di kapal. "Berapa orang yang dilumpuhkan Ferdi?"

"Tiga orang, Tuan," jawab Army.

"Kemana sisanya, bukannya aku menyuruh puluhan orang menjaga kapal denganmu?"

"Kebanyakan memutuskan pulang setelah mendengar kabar kalau para Bangsawan sudah ditangkap. Aku tidak bisa menegur mereka yang lebih tua, Tuan, maaf...." Army membungkukkan badan kepadaku dan raja.

Raja Josuan diam dan berdiskusi dengan dirinya sendiri. Tidak ada yang perlu kami katakan lagi. Ferdi membawa Serge ke Berlian demi perak. Dua pria licik bertemu dan terjadilah hal yang mengerikan.

"Baiklah," kata Raja Josuan akhirnya, "Mereka akan tiba di Berlian dalam seminggu. Ferdi tahu penyerangan kaum Bawah sebulan lagi, meskipun tidak tau setiap detail rencananya. Kita tidak bisa mengambil resiko apakah Ferdi akan membocorkan rencana kita atau tidak."

Raja menatap kami semua dengan wajah paling serius. "Goldey, selesaikan pekerjaanmu. Dalam tujuh hari ke depan, kita sudah berada di laut dan merebut Narnar. Tidak ada pilihan, kita akan menyerang duluan."

Kami semua mengangguk. Tidak ada negosiasi lagi. Perang ini benar-benar terjadi.

Perang Berlian [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang