Seperti apa jiwamu sebelum menjadi sekarang, Elang?
.
.
.Insting kadang membawa seseorang untuk bertindak tanpa logika yang kuat. Menuntun kaki pergi ke arah yang sesuai ia mau hingga tersesat. Sama halnya pada Welang yang tiba-tiba merasakan sesuatu yang memaksanya untuk terus melangkah mengikuti banyaknya suara-suara untuk menemukan sosok Mamanya di luar sana.
"Mamaaa?"
Langkah Kaki Welang berhenti. Kepalanya mengedar mencari-cari keberadaan yang dirindukan tiba-tiba menghilang dari pandangannya.
"Mama di mana?" Welang kebingungan, kakinya kembali melangkah berusaha menemukan sosok itu, hingga beberapa saat, tatapannya terpaku begitu menemukan sesuatu yang lebih menarik dari pada mencari Mama.
Panggilan seseorang di depan Welang membuat dirinya terbuai untuk lebih mendekat. Welang duduk berhadapan, tersenyum. Welang suka kebebasan.
--_--_--_--_--
"Mas Dame..Mas Dame."
Pintu kamar digedor dengan panik. Bi Nur mengeraskan suara beberapa kali, memanggil si tuan muda yang tak kunjung menyahut dan membuka pintu.
"Mas Dame di mana?" Bi Nur makin kebingungan saat pintu kamar terbuka. Si pemilik kamar tidak ada di tempat.
"Halaman belakang, Bi!"
Bi Nur lantas bergegas ke arah sumber suara yang menyahut.
"Kenapa, Bi?" Tanya Dame begitu Bi Nur sampai.
"Mas Elang di mana, Mas? Enggak ada di sini?" Bi nur dengan kepalan clingak clinguk.
"Elang kan masih tidur, Bi. Biasanya juga bangun jam sembilan."
Dame sedang menyiram tanaman bonsai kesayangannya menatap bingung Bi Nur.
"Aduh Mas, tadi saya beli sayur, lupa tutup gerbang. Pas balik rumah gerbangnya masih kebuka. Terus saya pastiin Mas Elang gak pergi eh Mas Elang udah gak ada di kamar Mas."
"Ah yang bener aja sih, Bi. Biasanya kalau dia turun tangga mulutnya berisik."
Dame masih tidak percaya, hatinya mulai gusar tapi tangannya masih tetap memegang selang air.
"Bibi cariin dalem rumah gak ada, Mas."
Dame mematikan selang air dan mulai melangkah masuk. Mulai panik. Pasalnya dia tidak mendengar suara Welang karena pikirnya masih tidur. Lalu begitu mendengar kata gerbang terbuka, Dame tidak tunggu lama langsung tertuju ke kamar Elang.
Kosong. Dame hanya menemukan selimut yang kusut dan suasana kamar yang masih gelap. Bi Nur pun juga tetap mencari Welang ke dapur, gudang bahkan setiap sudut untuk di periksa ulang.
Sementara Dame berlari ke kamar sebelahnya, masuk tanpa permisi dan menemukan penghuni yang tiba-tiba sudah bersantai di balkon dengan kepulan asap rokok.
"Lo liat Elang gak?"
Adeo menghisap rokok lalu menghembuskan nafas yang menciptakan kepulan asap tebal. Nampak tidak peduli tanpa melirik, menggeleng ataupun bersuara.
Woy! Gue tanya, Lo liat Elang kagak?!"
Adeo melirik sekilas, "Bukan urusan gue."
"Bukan urusan Lo? Itu urusan Lo bangs*t, dia adek Lo! Kalau dia kenapa-kenapa emang Lo mau tanggungjawab?"
Adeo kembali menghisap rokoknya lalu membuang muka, menatap halaman sembari berdecih.
"Dia bukan anak kecil yang mesti dicariin, bentar lagi juga balik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoar Hometown
Fanfiction{Brothership, Familly, Slice Of Life, Sicklit, Angst} Semuanya terasa sangat membingungkan bagi Welang. Dalam ingatannya rumah adalah tempat yang paling nyaman dan menyimpan banyak sekali kenangan yang sulit dilupakan. Namun saat ini, rumah dan selu...