Jadilah seseorang yang tegas dan berpendirian, Elang karena semua orang tidak bisa dipercaya.
.
.
.Setelah mendapat panggilan mengejutkan dari sang anak, Banar hilang akal. Pria itu berlari dari ruang rehabilitasi menuju IGD yang berjarak cukup jauh. Tidak hanya dirinya, tetapi dokter Bela yang bertanggung jawab juga ikut berlari menemui pasiennya yang mendadak collaps padahal sesi tetapi masih berlangsung.
Di ujung ruangan, Banar menemukan Dame menunduk dengan kedua kaki yang bergetar, tangannya mengepal memeluk jaket hitam milik Welang.
"Dame."
Dengan cepat, yang dipanggil menoleh. Dame lantas berdiri.
"Pah. Elang, Pa." Dame panik.
"Kenapa bisa gini ini, Nak? Elang kenapa?"
"Tiba-tiba Elang ngeluh sakit kepala setelah ketemu Mario. Dia berusaha keras nginget Mario, setelah itu dia kesakitan."
"Mario?"
Dame manggangguk cepat. "Sepupunya, Pa. Anak dari tantenya Elang yang---"
Percakapan mereka mendadak berhenti saat dokter Bela membuka pintu IGD. Keduanya menoleh ke dalam dan pandangan mereka langsung tertuju pada Welang yang sedang ditangani oleh tim medis. Tubuh Welang diposisikan menyamping dan dipengang banyak orang.
Mulanya sempat bingung, namun keduanya baru mengerti setelah mendengar suara denguk yang Welang keluarkan. Welang muntah, banyak sekali sampai mengeluarkan cairan berwarna kuning yang meleleh di pinggir bibirnya. Dame melihat jelas karena wajah Welang tepat berhadapan pintu. Jantung Dame dan Banar mendadak melonjak dua kali lipat saat kemudian melihat tubuh Welang kaku dan bergetar.
"E-elang kejang, Pah." Nafas Dame memburu hebat. "Pah, Elang..."
"Astagfirullahaladzim, Elang." Banar pun tak kuasa menyaksikan kondisi Welang yang kesakitan seperti itu. Kedua tangan Banar meraup wajah kasar lalu duduk ke kursi saat pintu kembali tertutup.
Otak adalah pusat pengendali tubuh manusia. Apabila pusatnya rusak, maka semuanya akan berdampak. Penderita pasien yang memiliki trauma otak tidak akan memiliki kondisi yang sama seperti sedia kala.
Adapun masalah fisik berupa gangguan keseimbangan, sakit kepala berkepanjangan, mual dan muntah, gangguan pernapasan dan gangguan irama jantung. Masalah afektif seperti perubahan suasana hati yang ekstrim dan kebingungan serta gangguan tingkah laku misalnya perilaku yang berbeda dari sebelum trauma terjadi dan mudah tersesat.
Dalam tiga bulan terakhir, setelah Welang dinyatakan berhasil melalui proses rehabilitasi dan diperbolehkan rawat jalan, Banar sudah cukup percaya diri jika keadaan Welang akan berangsur membaik selama ia merawatnya dengan baik. Menghindari pembicaraan yang memicu trauma muncul serta menjaga dari orang-orang lama yang berusaha menyakiti anaknya.
Rupanya, cobaan selalu datang untuk menguji kesabaran Banar. Keadaan putranya malah memburuk, gejala yang tidak seharunya muncul kini dengan menyaksikan langsung dengan kedua mata kepalanya sendiri.
Kehadiran sepupunya sungguh membuat Banar sakit kepala, padahal hanya sepupu, bagaimana jadinya jika Welang sampai mengetahui peristiwa tragis yang dialaminya itu? Keberadaan Celine yang tentunya akan membuat keadaan Welang jauh lebih buruk dari ini dan bisa membahayakan nyawa Welang sendiri.
Lagi-lagi, tanpa sadar, Banar kembali meraup wajah dengan kasar. Wajahnya telah memerah.
"Di mana kamu ketemu sepupu Elang itu, Dame?"
Dame yang masih berdiri, sontak membalik badan. Wajah ayahnya sangat kusut dan frustasi. Dame takut jika seperti itu. Ayahnya bisa saja memarahinya detik itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoar Hometown
Fanfiction{Brothership, Familly, Slice Of Life, Sicklit, Angst} Semuanya terasa sangat membingungkan bagi Welang. Dalam ingatannya rumah adalah tempat yang paling nyaman dan menyimpan banyak sekali kenangan yang sulit dilupakan. Namun saat ini, rumah dan selu...