Papa tahu, Jiwa murni yang tersimpan di hati Elang menghilang karena ulah Papa
.
.
.[Jakarta, 2017]
Welang merenggangkan otot-otot tangannya yang kaku setelah tiga jam digunakan untuk mengerjakan soal matematika di hadapannya. Tak lupa juga memutar kepala guna merilekskan otot leher yang kaku. Lelah sekali, matanya terasa perih, ia lantas melepas kaca mata dan mengurut tipis tengkuk hidung seraya menguap lebar. Otot di area wajah juga ikut-ikutan menengang.
Welang lantas melirik jam tangan.
"Jam sepuluh, hari minggu. Assa! Sekarang waktunya bebas." Katanya pada diri sendiri. Senyum lebar mengembang untuk pertama kalinya hari ini.
Jadwal wajibnya sebagai seorang siswa telah usai, begitu juga menjadi sosok patuh untuk mengikuti les di hari Minggu telah berakhir. Kini waktunya Welang menjadi dirinya sendiri. Memanfaatkan waktu bebasnya dengan melakukan apa pun yang dia mau.
Langit biru menembus dibalik jendela, membuat Welang sadar jika sejak pagi waktu yang dia habiskan hanya di dalam ruangan. Bergelut dengan buku-buku dan celotehan guru bimbel yang menjelaskan.
Tak mau membuang waktu, Welang cepat-cepat membereskan buku dan memasukkannya ke dalam tas.
Pemuda itu lantas meninggalkan kelas les dengan berlari kecil menuju parkiran.
"Hari ini kita mau ke mana Mas Elang?" Begitu masuk mobil, Pak Rudi bertanya.
Welang berpikir sejenak. "Ke taman hiburan?"
"Taman hiburan?" Pak Rudi mengulang, takut salah dengar.
Tempat yang sejak dulu ingin Welang kunjungi tapi tidak pernah terwujud. Bukan karena tidak mampu membeli tiket, bukan juga tidak ada waktu pergi bersama Celine di hari libur, hanya saja, Welang yang menunda dengan alasan khusus.
Katanya, "Pokoknya pergi ke taman hiburan sama Papa dan Mama, ya, Pa? Kita bertiga liburan bersama dan naik bianglala bertiga, pokoknya harus."Kepada Celine dan Banar yang selalu dilakukan dengan merengek.
Welang sudah bosan dengan mainan-mainan limited edition yang selalu dibelikan Celine setiap kali dirinya berulang tahun. Yang mana main-mainan yang selalu diidamkan anak-anak lain, menjadi sesuatu yang membosankan untuk Welang. Dia hanya ingin pergi liburan dengan orang tuanya, seperti teman-temannya yang lain, hanya itu. Sangat sederhana.
Sampai saat ini, keinginan itu tetap menjadi urutan yang pertama. Welang si bocah dua belas tahun tahun itu selalu bersabar menunggu saat-saat itu tiba. Welang sadar betul, perkerjaan Ayahnya yang super sibuk membuat pria itu tidak sempat meluangkan waktu bermain dan berakhir Welang sendiri yang harus mengalah.
Tak apa, Welang selalu menunggu waktu luang sang Ayah. Akan tetapi sepertinya untuk hari ini Welang sudah sangat bosan pergi ke Mall yang isinya seperti itu saja, sama membosankannya saat Welang pergi ke taman kota yang dipenuhi bocah-bocah TK yang memperebutkan mainan.
Lagi pula, Welang sudah bukan anak-anak lagi, Buat apa dia sering-sering datang ke taman?
Jadi tidak ada salahnya kan, mencoba bermain lebih dahulu ke taman hiburan sebelum pergi bersama orang tuanya?
"Iya, kita pergi ke sana."
Keputusan sudah bulat. Tidak bisa diganggu gugat, sehingga Pak Rudi pun melajukan mobil ke tempat tujuan itu.
--_--_--_--_--
Tujuan pertama yang di kunjunginya adalah wahana bianglala. Permainan kincir raksasa yang selalu menjadi daya tarik di setiap tempat hiburan itu juga turut menarik perhatian Welang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoar Hometown
Fanfiction{Brothership, Familly, Slice Of Life, Sicklit, Angst} Semuanya terasa sangat membingungkan bagi Welang. Dalam ingatannya rumah adalah tempat yang paling nyaman dan menyimpan banyak sekali kenangan yang sulit dilupakan. Namun saat ini, rumah dan selu...