Kilas Balik: Kebahagiaan Sesaat

635 108 71
                                    

"Jika saja kamu tidak pergi, mungkin semua ini tidak akan terjadi, Elang."
.
.
.

Jika Nuha sedang berada didalam sebuah wawancara, lalu diberi pertanyaan semacam, 'Apakah Anda mengetahui jika selama ini Anda bukanlah satu-satunya wanita dalam hidup suami Anda?'

Tentu, dengan mantap Nuha akan menjawab 'Saya tahu. Saya selalu mencoba baik-baik saja selama bertahun-tahun.'

Jika ditanya dari kapan?

Maka jawaban Nuha adalah 'sejak lama.'

Saat perjodohan itu terjadi, Nuha hanya sebatas tahu jika calon suami yang akan dijodohkannya itu sedang menjalani hubungan dengan pacarnya. Namun, dengan keyakinan besar dari orang tuanya, perjodohan tetap berjalan.

Banar telah memantapkan hatinya untuk bersama Nuha dan meninggalkan kekasihnya yang berbeda keyakinan itu, Demi masa depan yang lebih baik—katanya.

Awal mula bertemu canggung, penuh keraguan dan penuh ketakutan. Timbul rasa tidak percaya jika rumah tangga berjalan dengan baik.

Nuha sempat berpikir untuk mengakhiri ikatan pernikahannya setelah dua bulan berjalan karena pikirnya, pernikahannya adalah sebuah kontrak tertulis dari keluarga besarnya.

Hanya sebuah perjanjian yang tidak mungkin dilanjutkan. Namun tidak seperti dugaan Nuha, Banar bersikap tulus, menyayanginya penuh cinta hingga memunculkan sikap percaya di dalam hati wanita itu.

Kehidupan rumah tangga mereka berjalan baik-baik saja bahkan sangat baik sebab dilengkapi oleh kehadiran dua putra mereka yang sangat tampan dan lucu. Terlihat sempurna namun ingatlah jika pada dasarnya, manusia yang hidup di dunia tidak akan menemukan kebahagiaan yang kekal.

Masalah jantung yang Nuha idap sejak remaja semakin hari kian memburuk yang mengharuskannya beristirahat lebih banyak dari ibu rumah tangga lainnya, ditambah Nuha harus menjaga agar kondisi mentalnya agar tetap stabil.

Semua orang berusaha mati-matian untuk menjaga Nuha, dimulai dari mengontrol sikap, nada bicara dan apapun yang rawan membuat jantung Nuha yang lemah itu berhenti berdetak. Akan tetapi, semua itu tetap diluar kendali, tidak ada yang dapat menyangkal jika sebesar apapun rahasia yang coba ditutup rapat, tentu akan terbongkar suatu saat nanti.

Dan benar saja, Nuha mulai mendengar gosip miring tentang Banar yang memadu kasih dengan wanita lain bersamaan dengan kondisi jantungnya yang memburuk. Saat putra Pertamanya—Adeo mulai memasuki bangku Sekolah Menengah Atas.

"Itu sama sekali enggak benar, Nuha. Jangan pikirkan gosip tetangga, pikirkan kesehatanmu jangan sampai sakit, nanti Kakak dan adik sedih Mamanya sakit terus, ya sayang?" ujar Banar yang kala itu tengah mencoba meyakinkan.

Meskipun begitu, Nuha tetap menaruh curiga, tentu, karena bukannya bertambah redup, namun gosip itu semakin menyebar tak terkendali dikalangan tetangga dan ibu-ibu komplek tempatnya tinggal. Banar tidak hanya dianggap berselingkuh namun juga menikah hingga memiliki anak.

Celine—begitu nama yang ia dengar. Sosok yang dianggap menjadi saingan hidupnya di hati Banar, sosok asing yang sering ia dengar saat perdebatan antara sang suami dengan ibu mertuanya.

Celine—sosok lama yang tidak pernah lepas dari genggaman Banar selama ini, sosok yang mengganggu ketentraman rumah tangga harmonis milik mereka.

Tidak! Sekonyongkonyongnya memang terbesit dalam benak Nuha bahwa dirinya lah yang merusak kisah cinta mereka. Dirinya lah yang patut disingkirkan dan sadar diri harus menyingkir.

Lalu apakah ia yang patut disalahkan atas situasi ini?

Akibat terlalu banyak memikirkan dan mencari tahu tentang semua hal itu, dalam sekejap membuat jantung Nuha benar-benar diambang toleransinya. Ia jatuh pingsan dan berakhir mendekam di ruang ICCU hampir dua minggu.

Memoar HometownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang