Berusaha Menjadi Rumah terbaik untuk Welang

728 107 75
                                    

"Kenapa disaat sekarang, kalian memperebutkan Elang?"
.
.
.

Belum cukup rasanya Tuhan menguji Welang dengan berbagai cobaan yang dimulai dari hilangnya identitas diri hingga cacat fisik yang ia rasakan.

Menjalani hidup dengan penuh tanda tanya, kebingungan, melupakan banyak hal serta memperoleh kebencian dari beberapa orang membuatnya paham jika hidupnya penuh kesengsaraan.

Belum usai sampai disana, rupanya Tuhan masih ingin terus menguji kekuatan dan ketabahan Welang dengan cobaan lainnya.

Sepertinya, Tuhan sengaja membiarkan hidup Welang tidak tenang. Tuhan seperti ingin melihat sekali lagi apakah Welang mampu tabah seperti sebelum-sebelumnya dengan dihadirkan pahitnya kehilangan pendengaran secara total.

Lagi-lagi, siksaan fisik. Tidakkah cukup Beliau menyiksa dengan mencacatkan tangan dan kakinya saja?

Tidakkah Beliau puas setelah berhasil merusak kepala Welang sampai seperti ini?

Tidakkah Beliau kasihan karena telah merusak total mental dengan siksaan bertubi yang ia terima selama ini?

Nampaknya Tuhan ingin lebih dari itu.

Kenapa Tuhan?

Padahal baru kemarin Welang bersyukur karena memiliki Kakak yang baik seperti Dame dan ayah yang perhatian seperti Banar. Padahal juga, Welang mulai beradaptasi dengan perubahan fisiknya yang baru, berjalan pincang dengan tangan kiri yang tidak bisa digerakkan leluasa. Welang belajar terbiasa, tapi kenapa?

Kenapa Welang harus beradaptasi hal lain, lagi?

Welang tidak mau. Welang takut tidak bisa lagi mendengar suara Dame yang mengomel, suara ketus dan marah-marah Adeo, dan yang lebih menakutkan lagi, tidak bisa mendengar suaranya sendiri.

Welang tidak menduga hal ini akan kembali terjadi padanya. Sesuatu yang sebelumnya terasa aneh memang mulai Welang rasakan saat sebelum-sebelumnya.

Saat dimana ia mendengar suara teriakan seseorang yang perlahan menghasilkan denging tak tertahankan ditelinga. Menciptakan rasa sakit yang membuat pendengarannya berangsur menipis lalu senyap total.

Welang sempat merasakan hal seperti ini beberapa kali, tapi tak menyangka menjadi semakin parah.

Segala usaha telah Welang kerahkan agar bisa kembali mendengar. Membanting benda, memastikan dengan seksama suara orang-orang yang mengajaknya bicara bahkan setelah melakukan pengecekkan dengan suara besar di ruangan khusus dengan dokter, nyatanya tak membuahkan hasil.

Berteriak sekencang-kencangnya sampai membuat tenggorokannya perih adalah tindakan yang Welang lakukan tadi pagi. Alhasil Welang terpaksa harus ditenangkan dengan satu suntikan yang mengalir bersamaan dengan infus yang masih terpasang sejak lima hari lalu.

Shock kehilangan pendengar permanen secara mendadak tentu tak hanya Welang sendiri yang merasakan. Semua keluarga, Banar, Dame, Adeo bahkan keluarga Bendetti sekalipun merasakan hal yang sama. Mereka terpukul, tak menyangka jika kondisi Welang semakin menurun seperti ini.

Pecahnya pembuluh darah pada bagian saraf auditori menyebabkan Tuli sensorineural (sensorineural hearing loss) adalah gangguan pendengaran yang terjadi akibat adanya masalah pada koklea, yakni bagian telinga dalam yang memiliki saraf sensorik. Koklea (rumah siput) terdiri dari serabut saraf pendengaran yang berfungsi untuk mengantarkan informasi suara ke otak melalui saraf auditori.

Sekarang, kerusakan tidak hanya berlaku untuk telinga kirinya, tapi telinga kanannya secara permanen. Tidak ada pengobatan yang bisa menyembuhkan masalah Welang kali ini, yang ada hanya kenyataan bahwa Welang akan hidup dalam kesunyian seumur hidupnya.

Memoar HometownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang