(Terkadang Elang itu.... Menyebalkan.)
.
.
.Penjelasan Mr. Gundoft yang terlalu cepat ditambah angin sejuk yang berhembus dari jendela yang terbuka benar-benar double combo yang menarik Welang untuk terpejam. Kelopak mata yang dirasa semakin berat dan semakin lambat menjadi peperangan yang sulit dikalahkan.
Beberapa kali menguap hingga membuat mata berair sungguh menjadi bukti betapa mengantuknya Welang hari ini. Padahal biasanya tidak sampai begini.
Welang heran, atau dia bisa begini gara-gara ucapan Mario tempo lalu yang menyuruhnya untuk tidak terlalu keras dalam belajar? Ck!
Tapi apapun alasannya, Welang harus menahan kantuknya, atau kalau tidak, Grandma tidak akan mengizinkanya pergi ke kota besok sore. Waktu pelajaran tersisa lima belas menit lagi, dan Welang akan menahan sampai durasi itu.
Ya begitu, tahan sedikit lagi!— sembari mengangguk mantap. Lalu perhatiannya kembali tertuju ke depan. Berusaha keras memahami materi biologi yang sebenarnya hanya sekilas singgah di telinga kanan dan keluar dari telinga kirinya.
"Ooo ya ya.. i know Mr.. eummm okee.."
Lalu disela pelajaran dengan segala usaha mempertahankan tetap terjaga, cobaan selalu datang. Disaat tak sengaja Welang menggulirkan mata ke samping kanan, betapa terkejut dirinya menemukan sang sepupu yang tertidur.
Tertidur?!
Kepala yang dijatuhkan di atas buku yang terbuka itu terlihat sangat nyenyak. Saking nyenyak, mulutnya sampai terbuka, mengeluarkan air liur yang membasahi buku sampai mengalir ke tangan kiri di depan wajahnya.
Keterlaluan! Berapa lama Mario tertidur begitu? Setahu Welang tidak lama dia mengeluh mengantuk, Mario masih menertawakan dirinya.
"Heh! Heh, Rio... bangun.. kok tidur sih?!" Bisik Welang seraya mengguyangkan bahu sepupunya.
Namun Mario tetap bergeming. Senyenyak itukah?
"Yo! Bangun. Nanggung banget tidur, dikit lagi selesai. Bangun Yo, nanti kamu nggak dikasi pergi lo sama Gema."
Mario tampak terusik, dia mengangguk-angguk seraya melenguh. "Eung.."
"Bangun!"
Mata Mario terbuka, terlihat banyak usaha membuka kelopak, lalu mulutnya mengecap-ngecap. Kemudian kembali memejam.
"Erkhm!!" Sang guru mulai menyadari kedua anak didiknya tidak fokus.
Welang yang menyadari, tersenyum lebar. "Sorry Mr."
Lalu sang guru kembali melanjutkan.
Hanya lima menit bertahan memaksa fokus, Welang menyarah. Pada akhirnya merebahkan kepala di atas meja, seperti yang Mario lakukan. Matanya kemudian terpejam setelah bisikan motivasi Mario dalam hati terus menuntun dirinya untuk tertidur.
'Gak usah serius-serius belajar kenapa sih, heran gue, toh kita udah kaya.'
—_—_—_—_—
"C-cu.. cuma li.. lima menit aja Grandma, a-aku nggak bohong." Mario glapagan saat mata tajam sang nenek menatap. Mata yang bergulir gelisah juga menjadi satu gerakan otomatis saat seseorang mencoba bertahan dengan kebohongan yang dibuatnya.
Welang menyenggol lengan Mario, lalu menggeleng. Lebih baik Mario diam dari pada harus berlama-lama dalam situasi menegangkan seperti ini.
"Laporannya bukan hari ini aja ya kalian malas-malasan belajar. Selalu tidur, alasan nggak bisa ngerjain tugas, sakitlah. Terus juga kadang ngilang berdua." Nyonya Bendetti menghela napas lelah. Selalu saja ada alasan dua cucunya membolos belajar.
![](https://img.wattpad.com/cover/363755065-288-k120394.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoar Hometown
Fanfiction{Brothership, Familly, Slice Of Life, Sicklit, Angst} Semuanya terasa sangat membingungkan bagi Welang. Dalam ingatannya rumah adalah tempat yang paling nyaman dan menyimpan banyak sekali kenangan yang sulit dilupakan. Namun saat ini, rumah dan selu...