Hidup memang selalu sulit untuk dipahami.
.
.
.[Jakarta, 2018]
Didikan Celine berhasil membentuk pola pikir Welang menjadi seorang anak penuh ambisi dalam hal apapun.
Bukan hanya negara yang memiliki landasan dasar, tapi juga Celine. Landasan utama yang Celine terapkan kepada anak semata wayangnya adalah sebuah prinsip penting yakni-- Keteraturan hidup yang sistematis tentu akan menghasilkan keberhasilan yang sempurna.
Maka prinsip itulah yang selalu melandasi Welang dalam menjalani hidup. Prinsip yang selalu berhasil membuat otak remaja tiga belas tahun dihantui rasa cemas, takut salah setiap kali akan mengambil keputusan atau tindakan besar.
Hasil yang sempurna menurut Welang adalah ketika dirinya mampu melakukan apapun yang membuat Celine senang dan bangga, sejak dulu itulah tujuan Welang.
Namun seseorang juga dapat melakukan kesalahan, begitu pula yang Welang alami. Jika Welang tidak berhasil meraih sempurna yang selalu diinginkan Celine, maka tamat sudah riwayat Welang ditangan Celine.
--_--_--_--_--
Suara tepuk tangan yang memenuhi rungu justru menambah kekuatan tangan dalam meremas sudut buku khusus dalam genggaman. Mata sehitam arang itu tak lepas menatap angka dipojok kertas dengan hati yang berapi-api.
"Semester kali ini juara umum pertama diraih oleh Dame Mauligue, Selamat Dame, nilaimu sangat sempurna. Kemudian peringkat kedua diraih oleh Welang Asta Mauligue, nilainya juga sempurna. Nilai total kalian hanya selisih dua angka. Luar biasa. Bapak sebagai wali kelas merasa terhormat karena juara umum pertama dan kedua berasal dari kelas ini."
Lalu, laki-laki paruh baya tersebut kembali menuntun seisi kelas agar kembali bertepuk tangan untuk memberi selamat pada dua pemuda yang duduk saling berjauhan itu.
Hanya sekilas Welang melirik dari ekor mata, Dame tampak tersipu begitu teman-teman yang lain memberi ucapan selamat. Terlihat dari tingkah Dame yang canggung dengan tangan yang menggaruk tengkuk leher dengan senyuman lebar. Mata Dame yang sipit makin terlihat seperti orang terpejam karena terlalu kuat otot wajahnya bergerak kerana tersenyum.
"Selamat Dame, akhirnya bisa juga ngalahin si angkuh."
"Eh.. enggak kok, lagi betuntung aja. Hehe." Sahut Dame seraya melirik Welang. Merasa tidak enak senang di atas penderitaan Welang.
Sementara, Welang memasukkan rapor miliknya ke kolong meja. Melihat lama-lama keterangan itu bisa-bisa membuatnya makin emosi. Yang bisa Welang lakukan hanya mengatur nafas sebaik mungkin agar tangan dan kakinya yang gemetar segera normal kembali.
Kenapa? Kenapa harus anak itu yang juara pertama? Bukan dirinya atau orang lain pun tak apa, asalkan jangan Dame. Manusia yang jadi tolak ukur Welang dalam menjalani hidup.
Dame harus selalu di bawah Welang, apapun yang terjadi. Tapi kenapa? Kenapa hari ini Welang sangat tidak beruntung? Welang tidak menyangka, hanya salah dalam menjawab satu soal bisa berpengaruh besar pada perbedaan peringkat yang Welang dapatkan.
Sialan. Tanpa Welang sadari, keringat telah membanjir di pelipis dan giginya saling bergemeletuk menggigit kuku jari dengan sangat gelisah.
Apa yang harus Welang katakan saat di rumah nanti?
--_--_--_--_--
"Sudah pulang anak Mama?"
Bagaikan seorang pencuri yang tertangkap basah, Welang melonjak kaget karena nyawanya nyaris terlepas. Kakinya yang berjinjit melemas nyaris tersungkur. Aksi diam-diam masuk tanpa ketahuan rupanya berujung sia-sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoar Hometown
Fanfiction{Brothership, Familly, Slice Of Life, Sicklit, Angst} Semuanya terasa sangat membingungkan bagi Welang. Dalam ingatannya rumah adalah tempat yang paling nyaman dan menyimpan banyak sekali kenangan yang sulit dilupakan. Namun saat ini, rumah dan selu...