Elang, apa yang harus kamu percayai disaat semuanya terasa mimpi?
.
.
.Dunia selalu terasa berbeda setiap kali Welang terbangun, asing tapi familiar. Welang tidak bisa menjelaskan agar semua orang mengerti karena terlalu rumit untuk dijabarkan. Welang hanya merasa, semua tidak dapat kenali, sulit dideteksi tentang apa saja yang baru saja Welang lakukan di hari kemarin.
Layaknya sebuah mimpi. Setiap kali mencoba mengingat, gambaran dibayangannya akan mengabur dan perlahan mengilang seperti asap tersapu angin. Apabila semakin keras Welang mengingat, otomatis kepalanya akan sakit seperti akan pecah.
Ada apa dengan dirinya?
Welang tidak dapat mengenali kejadian yang baru-baru ini terjadi, meski sebanyak apapun hari-hari yang dilewati akan menyimpan banyak kenangan, tetapi Welang tetap akan lupa esoknya.
Kepalanya hanya terisi memori lama yang isinya itu-itu saja, kenangan lama dengan orang-orang yang Welang kenali. Namun anehnya, ketika Welang mencari orang-orang yang dikenal itu, Welang selalu tidak menemukannya setiap kali terbangun. Ke mana perginya mereka?
Kenapa justru yang muncul hanyalah orang-orang baru nan asing yang sedikit pun tidak tersimpan di dalam ingatan lamanya.
"Elang."
Welang mengerjap saat seseorang mengusap kepalanya.
"Pagi Elang, gimana tidurnya hari ini? nyenyak?"
Orang ini...
"Langsung kenalin diri dong, Pah, biar Elang gak aneh-aneh ingetnya." Tegur seorang pemuda di sisi ranjang Welang.
"Lang, ini Dame." lanjutnya.
Juga orang ini...
Mereka lah yang Welang maksud sebagai asing tapi tidak familiar. Orang-orang yang sering Welang temui seperti hanya sekilas di dalam mimpi. Ingat tapi sering dilupakan. Welang benar-benar tidak mengerti.
"Lang? Kenapa? Ada yang sakit?" Banar bertanya. Khawatir saat menyadari Welang hanya diam dengan tatapan kosong.
Bagi Welang, suara pria itu terdengar samar seperti terendam dalam air, menjauh dan telinganya seperti dibekap, terutama telinga yang sebelah kiri. Niat Welang ingin memastikan keadaan telinganya itu, namun tangan kirinya sangat kaku dan sakit saat diangkat.
Welang lagi-lagi merasa aneh, bukan hanya ingatannya yang rumit tapi juga tubuhnya. Kenapa tubuhnya selalu sakit dan gerakannya sangat terbatas. Setahunya, dulu Welang adalah anak yang sehat dan tidak pernah sakit, Jadi tubuhnya kenapa?
"Ma.. Mama, di mana?"
Welang mengedarkan ruangan asing ini. Ia tahu, ini bukan kamarnya. Diantara banyaknya mimpi, sedikitpun Mamanya itu tidak hadir meski sekeras apapun Welang mencarinya.
"Lang, Mama pergi kerja. Mama nggak di sini."
Suara yang keluar dari mulut pria itu semakin samar karena dikeluarkan dalam volume yang sangat kecil.
Welang mengerjap. "Elang gak denger." Ucapnya pelan, kembali menyentuh telinga.
"Alat bantu dengar Welang, Pah. Biasanya kalau malam jatuh sampai kolong, makanya aku selalu lepas."
"Tolong ambilin, Dame." Kata Banar, kemudian kembali tersenyum pada Welang. "Sini Lang, Papa bantu bangun, ya?"
Welang hanya memandang dua orang yang sibuk itu dengan kerjapan lambat. Tubuhnya yang lemas berpasrah saat di angkat dan di rebahkan ke kepala ranjang.
Dame kemudian berjalan ke tepi ranjang setelah mengambil benda yang di cari di atas nakas. Ia lantas duduk di samping Welang dan memasangkan sebuah benda kecil berwarna bening ke telinga Welang.
![](https://img.wattpad.com/cover/363755065-288-k120394.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoar Hometown
Fanfiction{Brothership, Familly, Slice Of Life, Sicklit, Angst} Semuanya terasa sangat membingungkan bagi Welang. Dalam ingatannya rumah adalah tempat yang paling nyaman dan menyimpan banyak sekali kenangan yang sulit dilupakan. Namun saat ini, rumah dan selu...