One Step Over

673 97 67
                                    


"Let's Fight, Elang!"
.
.
.

Dini hari kala itu, Welang terpaksa membuka mata karena ngilu dikaki kiri membuatnya tidak nyaman. Di gelap malam dengan cahaya minim, Welang mengedarkan pandang lalu menadapati Dame yang tertidur di sofa dengan sebuah selimut hangat yang menutupi dada.

Di sofa yang lain, juga ada Kakak pertama Elang yang akhir-akhir ini mulai sering menampakkan diri dan membuat Welang perlahan mengingat namanya dengan benar. Adeo, ya?

Ya, Kakaknya itu mulai sering mengunjungi Welang dan bahkan hampir seharian penuh berjaga dan mengurus dirinya, seperti yang Dame lakukan setiap hari. Welang ingat tadi, sebelum tidur, Adeo membantu mengganti piyamanya yang basah karen berkeringat. Lalu membantu mengeringkan rambut Welang karena hari ini adalah jadwalnya keramasa.

Adeo tertidur, menghadap ke arah Welang. Terlihat sangat nyenyak, Adeo mendengkur, dengan mata yang sedikit terbuka, mulutnya sedikit menganga, dan penampilan itu jauh dari wajah sangar yang identik melekat setiap kali menatap orang-orang. Welang merasa lucu. Ini adalah pertama kalinya Ia melihat Adeo dengan wajah yang tenang dan begitu polos.

Welang menyunggingkan senyum saat semua hal yang Welang lihat didepan mata ini, terlihat begitu hangat. Sungguh luar biasa, semua ini menyadarkan Welang bahwa meski keadaannya yang penuh keterbatasan, selalu ada orang-orang yang menyayanginya.

Suasana senyap mendadak membuat suasana hati Welang tidak karuan. Welang sebenarnya sangat penasaran mengenai cerita-cerita lama yang selalu Dame sebutkan tentang kehidupan sebelum memorinya menghilang, tentang semua dunia Welang yang Dame ceritakan sangat indah penuh kebahagiaan itu.

Welang penasaran tapi juga Welang justru merasa bersalah karena Welang melupakan kenangan lama yang membuat semua orang merasa sedih karena dilupakan.

Tapi kata Dame tidak apa. Kata Dame, daya ingat Welang sudah membaik. Banyak hal yang Welang ingat akhir-akhir ini tanpa dilupakan. Kemajuan besar, tapi Dame selalu was-was. Katanya, kejadian seperti ini sering terjadi. Disaat Welang mulai mengingat banyak hal, selalu saja datang badai yang menghancurkan semua usaha yang keras yang dilakukan, dan Dame berharap, itu tidak akan terjadi lagi, meski sebenarnya kemungkinan itu akan terjadi.

Efek samping dari operasi yang akan Welang jalani itu, menjadi momok menakutkan semua orang, termasuk Welang sendiri.

Kepalanya akan dibedah, kata Dame, kepalanya beberapa kali diperbaiki di meja operasi. Welang tidak ingat kapan persisnya. Tapi menurut cerita Dame, kepalanya cukup mengalami cedera berat dan harus menjalani beberapa prosedur operasi untuk menghilangkan rasa sakit dan pusing yang sering Welang alami.

Kata Dame juga, katanya agar mimpi-mimpi buruk yang selama ini Welang alami, menghilang. Kata Dame supaya Welang hanya bisa fokus pada ingatan baru yang Dame sering ceritakan itu.

Pokoknya, semua kata Dame, Welang percaya. Dia juga belajar untuk mempercayai dirinya sendiri, Welang juga berharap agar dirinya dapat kembali sehat dan tidak lagi menyusahkan Dame dan Adeo, serta Kakek dan Neneknya.

Kata Dame juga, Welang barus semangat. Jadi dia pun akan semangat dan jangan takut saat operasi nanti. Kata Adeo, operasi tidak akan semenyeramkan masuk ke dalam tabung pemeriksaan seperti yang kemarin, Welang harap begitu.

Beberapa saat termenung, Welang mengganti posisi baringnya menjadi menyamping. Persis menghadap wajah Adeo, hingga, tak berselang lama saat Welang menguap, secepat angin bagaikan orang yang mengalami kesurupan. Adeo tiba-tiba saja sudah membuka mata lebar.

Welang terkejut, sampai-sampai kepalanya sedikit terangkat dengan mata yang diusap beberapa kali, memastikan bahwa yang dilihatnya benar.

Benar memang. Adeo sudah membuka mata. Bahkan perlahan melepas kepala dari tumpukan tangannya.

Memoar HometownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang