5.

18 3 0
                                    

"Hazel, pintunya jangan kamu tutup ya. Soalnya pintu itu dah tua dan karatan, jadi bisa terkunci sendiri. Kalau mau tutup pintu, jangan terlalu rapat," pesan Juan sibuk menyusun meja.

"Iya, iya. Bawel," marah Hazel sambil memutarkan bola matanya.

Hazel sampai terbatuk-batuk menyusun meja karena terhirup debu, melihat Hazel sedang batuk. Juan melihat sekelilingnya penuh berdebu, ia mengambil kemoceng untuk membersihkan tempat-tempat berdebu.

"Cit, cit, cit," terdengar suara sesuatu di balik lemari.

"Apaan tu ya?" tanya Hazel penasaran terus memperhatikan lemari itu.

Hazel membuka lemari itu dengan menggunakan tongkat sapu untuk menarik gagang pintunya. Ia berjauh sedikit dari lemari itu, takutnya ada hewan berbahaya di balik lemari itu.

Saat terbuka.

Kreek!

Mata Hazel sedikit terbelalak menemukan tikus bersarang di dalam lemari, melihat tikus ingin melompat ke arahnya. Cepat-cepat Hazel berlari mundur hingga kakinya terkilir membuat ia terjatuh ke belakang. Untung saja Hazel mendarat tubuhnya dengan bok*ng nya. Jika tidak, bisa pecah tu kepala karena terbentur oleh keramik.

Hazel mengelus bok*ng nya sambil meringis kesakitan. "Aw....! Kurang ajar tu tikus, mau gue kutuk aja jadi batu kayak si Maling Kundang." Padahal benarnya Malin Kundang. Hazel masih mengelusnya dan masih merasa kesakitan.

Hazel sontak bangkit dan menatap tajam pada tikus yang bersembunyi lagi di tumbukan kertas. Hazel menggenggam sapunya sangat erat.

"Lihat aja lo tikus! Karena lo membuat pant*t gue jadi cedera, lo harus gue buat jadi daging cincang,"ucap Hazel tersenyum mengerikan seperti psikopat saja.

Juan yang asyik membersihkan debu, hanya geleng-geleng kepala kepada tingkah Hazel. Hazel mengejar tikus itu, yang tadinya hampir tersusun rapi. Kini kembali amburadul di ulah Hazel sedang berburu tikus tadi. Sementara Juan pergi menyusun tumpukan kertas yang ternyata ada ruangan lagi di dalam gudang ini.

Tikus itu berlari keluar ruangan, Hazel yang sudah kewalahan tidak kuat mengejarnya lagi. Ia membanting pintu itu sebagai pelampiasan amarah, karena tidak bisa menangkap tikus itu hingga pintunya jadi tertutup rapat. Hazel duduk lemas di lantai sambil merasa lelah dan haus.

"Woy, Juan! Lo punya minum kagak! Gue haus...." ucap Hazel berteriak sambil mengelus tenggorokannya karena kehausan.

Juan keluar dari ruangan itu dan menghampiri Hazel.

"Gue haus, uy!" keluh Hazel.

Juan bukannya mendengar permintaan Hazel malah melihat sekelilingnya yang tiba-tiba jadi kapal pecah lagi.

"Hazel! Kenapa semuanya berantakan lagi? Bukannya tadi sudah tersusun rapi ya? Itu juga!" Menunjuk tempat ia menyusun tadi. "Aku baru aja nyusun tempat itu, enggak berhamburan kayak kapal pecah begitu. Kamu niat kerja enggak sih?" murka Juan.

"Emang sama sekali enggak niat, cuman terpaksa aja," jawab Hazel seolah ingin menantang.

Plak!
Menepuk jidatnya sendiri dan menghela napas kasar. Disertai memperbanyak membaca istighfar menghadapi gadis bar-bar itu.

Setelah amarah Juan mulai menurun. Baru Juan menatap kembali pada Hazel dengan extra sabar dan penuh ketegasan.

"Aku enggak gak mau tau ya, jika kamu ingin keluar dari gudang ini dan kembali bermain bersama anak buahmu itu. Kamu harus selesaikan menyusun kembali kekacauan yang kamu buat sendiri. Paham?" ancam Juan disertai tatapan melotot pada Hazel.

Tampaknya gadis itu tak menggubris dan malah garuk-garuk leher. Juan duduk di kursi yang masih bisa di pakai sambil mengawasi Hazel bagaikan CCTV tanpa celah ataupun terkecoh.

3 Bad Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang