Dikelas, Hazel dan kawan-kawan sedang asyik duduk sambil ngobrol. Ada yang duduk di kursi orang, ada yang duduk di kursi sendiri, dan ada yang duduk di atas meja.
"Bos, dah punya belum dress buat pesta besok?" celetuk Aron.
Byur!
Menyembur tepat ke wajah Putra.Putra mengusap wajahnya kasar dengan mimik masam.
Sedangkan pelakunya tidak menggubris sama sekali.
"Astaga.... pergi ke pesta harus pakai dress gitu? Wajib gitu?" Matanya membulat sampai ingin keluar.
"Ya, wajib lah bos. Masa orang pergi ke pesta pakai baju sepakbola sih, kan lucu," sahut Putra masam.
"Iya juga ya, dimana-mana cewek sering pakai dress sih." Manggut-manggut sendiri.
"Tapikan, aku kan enggak pernah pakai dress. Sekali pun syukur-syukur banget, ini aku enggak pernah sama sekali. Mana aku enggak punya dress lagi." Mengacak-acak rambutnya sedang stres, sebab datang masalah baru lagi.
"Mau aku beli in?" tawar Aron.
"Enggak usah, Ron. Gue enggak mau repoti lo lagi," tolak Hazel tersenyum tak nyaman.
"Enggak apa-apa kok, bos. Aku enggak sama sekali merasa direpotkan kok," ucap Aron.
"Tetap Ron, gue enggak enak," tolaknya sekali lagi.
"Huf, terus gimana bos?" tanya Aron.
Menjentikkan jarinya.
Semuanya kini memperhatikan Putra.
"Gimana bos pinjam dress adiknya bos si Angel aja?" saran Putra.
"Eh, iya. Baru ingat gue," seru Hazel tersenyum gembira.
"Bos yakin mau pakai dress Angel?" ucap Aron merasa tak yakin.
"Iya, gue yakin. Dia kan punya banyak dress, jadi bisa lah pinjam satu," ucap Hazel senyum optimis.
.....
Sesampai di rumahnya, Hazel memohon-mohon pada Angel untuk meminjam dress-nya. Sampai ia memasang muka mengasihankan, tapi Angel tidak peduli. Angel sangat tahu. Jika Hazel meminjamnya, setelah dibalikan. Pasti dress-nya sudah tidak berbentuk lagi. Karena yang memakai sangat ganas dan liar.
"Please, Ngel! Pinjam satu.... aja. Masa lo enggak kasihan sama gue sih?" mohon Hazel dengan wajah memelas sambil mengejar Angel berjalan cepat ingin kabur.
"Tetap, aku enggak mau. Yang ada dressku jadi rusak tau, itu dress harganya enggak main-main. Memangnya kakak mau ganti yang baru lagi," marah Angel tetap berjalan cepat.
"Tapi kan, Ngel --"
"Enggak, tetap enggak!" tolak Angel membentak.
Tangan Hazel berubah jadi kepalan sedang menahan amarahnya. Hal itu, sangat menggores harga dirinya. Beruntung saja, Angel dalam mode masih selamat. Andai tidak karena dress laknat itu, sudah daritadi Hazel menyobek mulutnya.
Mamanya yang melihat kedua putrinya bertengkar, geleng-geleng kepala. Mamanya menghampiri mereka.
"Angel! Pinjamkan saja dress untuk Hazel, nak. Kasihan dia. Lagian, harusnya kamu bersyukur Hazel mau pakai dress. Meskipun cuman sebentar. Pinjamkan saja, nak. Lagipula buat apa sih? Punya dress banyak-banyak, tapi enggak dipakai juga. Jadi, pinjamkan saja," pinta mamanya secara halus.
Angel semakin merenggut dan termenung. Beberapa menit kemudian, dia menghela napas kasar. Lalu, menatap Hazel sedang termenung kebingungan.
"Oke deh, aku pinjamkan," ungkap Angel dengan berat hati.
"Benaran?" tanya Hazel seolah tak percaya.
Angel mengangguk pelan.
Buk!
Hazel memeluk erat Angel dengan senyuman lebar.
"Terima kasih!" seru Hazel kegirangan.
Angel malah memberontak dan ingin melepaskan dirinya dari pelukan Hazel.
"Lepasin! Nanti tubuhku banyak kumannya gara-gara kakak," sedikit berteriak tapi mencibir.
Sontak, Hazel melepaskan pelukannya dan tersenyum cengar-cengir.
Angel membawa Hazel ke kamarnya, dengan senang hati Hazel mengikuti dia dari belakang. Melihat kedua putrinya jadi akur, sekilas mamanya tersenyum bahagia.
Angel menunjukkan dress-nya. Mata Hazel membulat sempurna dan mulutnya ternganga lebar melihat dress yang di tunjukkan Angel untuknya.
Dress yang di tunjukkan Angel untuknya, ada yang berwarna merah menyala, tapi kelihatan dadanya. Ada berwarna abu-abu berkelap-kelip, tapi kelihatan belakangnya dan juga ketat. Yang terakhir berwarna pink berenda-renda, tapi kelihatan pahanya.
"Lo gila ya! Suruh gue pakai dress zaman jahiliah kek begitu!" Menunjuk dress itu dengan tatapan melotot.
Angel tersentak dan bergumam," Jahiliah?" Mata tak berkedip.
"Mana dress-nya ada yang kelihatan paha, dada, terus punggung gue lagi. Lo kira gue lagi tebar pesona gitu," geram Hazel.
"Fiks, dress lo semuanya jelek. Kayak kekurangan bahan aja," cela Hazel.
Angel jadi udang rebus karena tak terima dress-nya disebut jelek.
"Ini tuh bukan kekurangan bahan, kakaknya aja yang enggak tau fashion dan ketinggalan zaman. Makanya, jadi orang itu jangan kampungan. Tinggal didalam gua, zaman purba," cela Angel.
"Eh, sembarangan lo ya!" Menunjuk Angel penuh tidak terima. "Lagipula ceramah di mesjid tiap hari Jumat juga bilang, enggak boleh pakai baju kelihatan aurat segala," nasihat Hazel berceramah, demi kebaikan dirinya tidak disalahkan oleh Angel.
"Alah! Jangan sok alim deh! Kakak aja masih kelihatan aurat, buktinya rambut kakak enggak dilindungi kerudung tuh. Jangan itu, tampilan kakak aja sudah belok melewati batas takdir kakak menjadi wanita," gerutu Angel tidak mau kalah.
"Enggak apa-apa, rambut gue kelihatan. Setidaknya dada gue masih aman, daripada lo!" Menunjuk Angel berapi-api. "Sudah terekspos kemana-mana," balas Hazel tak mau kalah sambil senyum puas.
"Arrghh! Ya sudah, pergi sana! Lagipula, aku juga bersyukur. Kakak enggak pinjam dress ku, yang ada nanti rusak. Sana pergi!" usir Angel sangat murka.
"Iya, gue pergi juga tuh!" berang Hazel langsung pergi.
Angel masih berteriak menggerutu, tak terima pada omongan Hazel. Tapi Hazel tak menggubris, justru dia semakin puas.
Hazel kembali bingung lagi, pinjam dress kepada siapa lagi. Ingin beli, tapi dia tidak punya uang. Ingin ambil uang mamanya secara diam-diam, yang ada uang sakunya terpotong. Setelah ketahuan, mengambil tanpa izin. Setelah berjam-jam berpikir, Hazel menemukan solusi.
Dia pergi ke kamar Lisa untuk meminjam dress. Beruntung, kali ini Lisa mau meminjamkan.
"Tapi, ingat! Jangan sampai rusak. Oke? Itu dress hasil aku nabung," pesan Lisa dengan tatapan penuh serius.
"Iya-iya, aku pasti jaga baik-baik kok. Seperti menjaga harta sendiri," ucap Hazel santai.
Tapi Lisa tak percaya. Tapi disisi lain, Lisa prihatin juga melihat Hazel tidak memiliki satu dress pun. Lagipula, kapan lagi momen langka ini yaitu Hazel mengenakan dress. Makanya, Lisa mau meminjamkan. Meski nantinya ada yang cacat di dress-nya.
"Aku pilih ini, kak!" seru Hazel senyum lebar sambil memegang dress berwarna hitam dan cukup tertutup dari milik Angel tadi.
"Oh, oke deh. Ambil aja! Lagian dress itu sudah enggak muat ke aku," ucap Lisa mengejutkan Hazel.
"Beneran, kan?" tanya Hazel masih tak percaya.
"Iya, benar. Buat aku simpan, kalau enggak bisa di pakai. Jadi, ambil aja. Siapa tau kamu datang pesta pakai dress lagi?" ucap Lisa.
"Terima kasih, kak," ucap Hazel senyum lebar.
Lisa hanya mengangguk. Hazel langsung berlari membawa dress itu ke kamarnya. Melihat tingkah Hazel, Lisa hanya geleng-geleng kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Bad Girl
Teen FictionKemerdekaan ketiga saudara berbuat nakal kini harus usai, setelah datangnya ketiga pria mengusik kehidupan mereka yang terlalu bebas. Berawal yang pahit berubah manis. Seperti itu juga nantinya kisah hidup tiga saudara yang tidak dapat diperkirakan...