Di sisi lain, Gilang sedang menjalani hukuman dari Juan. Berupa push up 100 kali dan di lanjutkan lagi lari 10 kali mengelilingi lapangan sepak bola.
Waduh! Bisa-bisa kurus tubuh Gilang. Lemaknya langsung musnah, kalau tiap hari begitu terus. He he he....
Sialnya lagi. Ia diawasi oleh Pricilla, OSIS yang kebanyakan bawelnya. Kadang-kadang ia bersikap kejam pada Gilang dan memberi hukuman yang tidak kira-kira. Sebagai pelampiasan amarahnya, kesal melihat Hazel bisa berduaan bersama Juan pujaan hatinya.
"Kamu lihat saja Hazel!" Mengepalkan kedua tangannya sangat erat. "Aku enggak akan membiarkan kamu merebutkan oppa Juan ku dari milikku, Hazel. Enggak akan bisa," gerutu Pricilla mengamuk sendiri sambil duduk di kursi panjang. Tak jauh dari Gilang sedang push up.
"Lah, ngamuk sendiri. Kayak orgil aja, orang gila lepas. Boro-boro bos mau merebutkan. Baru satu detik aja bos dekat satu meter dari Ketos galak itu, bos sudah melambaikan tangan di depan kamera. Apalagi niat merebutkan. Prêt! Kayak ta! kucing aja. Tunggu akhir dunia, kemungkinan bos baru gitu atau tunggu alam kubur kali," batin Gilang menggerutu.
Gilang terus meneruskan push up nya baru 8 kali, daripada mendengarkan ocehan nek lampir itu dari tadi tidak selesai. Malahan telinganya yang jadi budek ia dapatkan.
"Eh! Jin Tomang! Kapan lo selesai push up nya? Kok lama banget sih? Dari tadi enggak selesai-selesai," marah Pricilla sambil berkacak pinggang.
"Lo enteng banget tinggal ngomong. Coba lo ikut push up sini! Pasti lo mangap-mangap juga kan?" protes Gilang berdiri dihadapannya dengan tatapan tajam.
"Sudah! Jangan ganggu gue lagi. Bisa-bisa sampai lebaran monyet gue baru selesai push up nya. Lagian, gue mau dihukum karena Ketos bangs*t itu. Bukan karena lo," omel Gilang kembali berbaring menelungkup, melanjutkan push up nya.
Dengan napas ngos-ngosan, rasa tidak sanggup lagi melanjutkan push berikutnya. Pricilla bangkit dan berdiri di samping Gilang masih berbaring lemas tak berdaya.
"Hei! Apa maksud lo sebut oppa Juan gue dengan sebutan bangs*t? Hah!" Hidung Pricilla jadi berasap. Ibarat kan banteng sedang mengamuk.
Gilang tak mau menatapnya, malah memalingkan muka. Sebab, percuma saja dia protes. Pasti Pricilla tidak peduli dan tetap teguh pada keputusannya yang di anggap oleh Pricilla sudah benar.
Namanya perempuan. Jadi, Gilang besarkan saja menjadi tuli pendengarannya. Agar tidak budek dan membuang-buang energi saja, melayani amarah gadis itu.
"Lagian, oppa Juan kasih hukuman ini sangat tepat kok buat kamu. Biar enggak kena o-be-si-tas." Eja Pricilla memang disengaja.
Jreng!
Darah Gilang jari mendidih, apalagi kata obesitas tadi. Membuat amarah Gilang jadi menumpuk. Ia sontak bangkit dan menoleh pada Pricilla dengan mata melebar. Kedua tangannya mengepal di sisi samping tubuhnya.
Mendadak Pricilla merasakan aura menyeramkan dari sisi Gilang. Sekilas ia tersentak kaget, tak berani menatap Gilang dan ia sedikit berjalan mundur seolah membuat jarak. Takut kena hajar.
"Apa maksud lo sebut gue kena obesitas? Hah!" berang Gilang meninggikan suara sambil menatapnya tajam.
"Mentang-mentang badan gue besar. Berani banget lo hina gue," murka Gilang melototinya.
Pricilla semakin memalingkan muka dan merasa ketakutan, tapi ia sembunyikan.
"I-i-ih! Jadi, orang kok gampang banget tersinggung. Dih!" cibir Pricilla sambil merasa gugup dan masih memalingkan muka.
"Ini bukan masalah tersinggung atau apa! Coba lo dihina juga! Muka lo cosplay sama tokek. Apa lo juga enggak marah dihina kayak gitu?" berang Gilang.
Sontak Pricilla menatapnya dengan tatapan tajam.
"Apa maksud lo ngomong gitu? Mau gue sumpal itu mulut pakai cabe rawit?" berang Pricilla berapi-api kayak banteng.
"Nah tu kan! Lo marah juga?" Menunjuk Pricilla berapi-api. "Pas gue samain lo sama tokek. Gitu juga yang gue rasain, nek Lampir," marah Gilang kembali telungkup melanjutkan push up tadi yang sempat tertunda.
"Dasar jin Tomang!" umpat batin Pricilla masih geram.
"Untung dia anak buah Ketos angker itu. Coba kalau bukan. Sudah dari tadi ku kasih bugem itu mulut. Biar dia betina. Cih!" batin Gilang masih kesal.
Meski Pricilla masih menatapnya tajam, Gilang tetap tidak menggubris. Ia tetap fokus pada hukumannya, agar cepat selesai dan bisa bergabung lagi bersama bosnya.
~××××~
Para siswa-siswi di suruh segera berkumpul dan berbaris rapi di depan kantor, oleh Pak Carlos. Kali ini, kecuali untuk kelas 12 tidak ikut baris.
Juan selaku ketua OSIS, memimpin kan dan merapikan barisan tiap antar kelas. Setelah Juan memberi aba-aba istirahat di tempat. Baru Pak Carlos berdiri dihadapan mereka bersama mikrofon ia pegang.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," salam Pak Carlos.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," sahut para murid.
"Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua," ucap Pak Carlos.
"Pagi!" balas para siswa-siswi. Kecuali, Hazel dan anak buahnya tidak menyahuti gurunya.
"Eleh! Pak Carlos ini pakai acara salam sejahtera buat kita semua? Hm! Palingan sejahtera nya buat dia doang," cibir Hazel.
"Ho'oh," sahut Putra mangut-mangut dan tatapannya masih lurus di depan.
"Berdirinya bapak di sini, ada yang ingin bapak sampaikan. Berhubung kakak kelas kalian sedang melakukan simulasi untuk UN di bulan April nanti. Maka, bapak ingin mengadakan acara kemah untuk kelas 10 dan juga 11."
"Wih! Ada kemah bos!" seru Alex.
"Iya. Bakal seru nih," girang Hazel rasa ingin bersorak, bahkan hendak bersiul sekalian. Tapi sayangnya, ada orang banyak. Ingat! Hazel juga masih punya urat malu.
"Tak lama lagi, seminggu dari kegiatan kemah. Kita akan mengadakan ulangan semester ganjil. Itu saja yang ingin bapak sampaikan. Mengenai kelompoknya, berdasarkan regu di Pramuka saja," ungkap Pak Carlos.
"Ah, tenang aja. Cuman semester ganjil aja, bukannya semester genap kok. Jadi, aman-aman aja dong. Kan enggak ulangan kenaikan juga," ucap Putra santai.
"Yo'i," sahut Alex.
Kecuali Aron, yang merasa cemas sendirian. Hazel yang melihat sekilas Aron, langsung memahami.
"Semangat aja, Ron. Gue yakin lo peringkat satu lagi," ucap Hazel.
"Iya sih, bos. Permasalahannya.... sekarang ada Ketos kejam itu, bos. Bukannya dia murid paling pintar juga," cemas Aron.
"Hm, benar juga kata lo. Tapi lo bisa kan minta pengertian sama madam. Jadi, dia enggak marah," usul Hazel.
"Iya, bos. Nanti aku coba," ucap Aron kembali bersemangat lagi.
Setelah sudah selesai penyampaian dari Pak Carlos dan tambahan dari guru lain. Baru Juan di perintahkan membubarkan barisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Bad Girl
Teen FictionKemerdekaan ketiga saudara berbuat nakal kini harus usai, setelah datangnya ketiga pria mengusik kehidupan mereka yang terlalu bebas. Berawal yang pahit berubah manis. Seperti itu juga nantinya kisah hidup tiga saudara yang tidak dapat diperkirakan...