53.

6 1 0
                                    

"Guys! Kelasku sudah selesai. Sekarang kita bisa deh cari bahan buat persiapan kemah nanti," ungkap Aron.

"Bagus deh," ucap Alex.

Melihat tatapan bosnya terus tertuju pada teman barunya, Aron langsung sadar.

"Oh ya, lupa. Perkenalkan ini teman lesku," ucap Aron menatap sekilas Kai.

"Oh...." Mangut-mangut.

Hazel menyeret tangan Aron hingga tubuhnya ikut terseret, mereka sedikit berjauhan jarak dari Kai.

"Ron! Lo kagak salah temanan sama culun kayak dia? Lo tau kan, temanan sama spesies kek dia itu membosankan," bisik Hazel.

"Bos tenang aja. Justru aku berteman dengan dia pasti ada alasannya, bos. Dia itu enggak kayak culun biasanya. Tapi dia ini berbeda banget bos. Pokoknya dia asyik, bos," bisik Aron.

Sebenarnya Hazel masih kurang yakin. Berhubung Aron adalah sahabat karibnya. Jadi, dia percaya.

Hazel dan Aron kembali mendekati teman-temannya, termasuk Kai. Kai terus jadi perhatian anak buah Hazel, tatapan mereka seolah tidak pernah lepas.

Meski Kai merasa gugup daritadi, tapi ia berusaha untuk tenang. Siapa coba enggak risih ditatap terus kayak gitu?_-

~×××××~

Setelah selesai mencari bahan atau barang-barang buat persiapan kemah nanti. Mereka memutuskan untuk isi perut dulu di warung Mamang Sukirman. Disana ada berbagai macam makanan menggoda, termasuk jengkol makanan favorit Hazel dan anak buahnya.

Meski makanan mereka kunjungi tidak semewah restoran bintang lima, tapi belum tentu juga restoran itu jadi bintang lima di lidah Hazel. Ditambah lagi ada kopi hitam di warung Mang Sukirman. Lengkaplah sudah surgawi bagi Hazel.

Kulit Kai jadi memucat disertai tubuhnya berkeringat dingin. Aron yang menangkap raut wajah ketakutan dari teman barunya itu, dari kaca spion.

Aron tahu, pasti temannya takut ke warung itu. Sebab, biasanya sering ada anak geng motor suka nongkrong di tempat itu.

"Kamu enggak usah takut, Kai." Melepaskan helmnya. "Kalau geng lain, biasanya nongkrong di sini pas pulang sekolah aja, habis isya atau tengah malam. Kalau jam segini mah, biasanya buat balapan liar," papar Aron. Mungkin bisa menenangkan Kai.

"Kalau The Lion 19, biasanya jam 10 malam sih mulai ada di sini," papar Aron sudah turun dari motornya.

"Oh....." Mangut-mangut dan ikut turun dari motor dengan rasa ragu-ragu.

Kakinya terasa seolah tidak memijakkan ke atas tanah. Saking diselimuti oleh rasa takutnya. Aron menggenggam tangan Kai sambil berjalan menyusul bosnya yang sudah masuk duluan.

"Kalau geng Naga Gold, kadang-kadang muncul pas habis magrib. Makanya, kami balapan liar aja. Supaya enggak ketemu geng Naga Gold," papar Aron blak-blakan.

Kai menelan salivanya pahit.

"I-i-ini kan mau magrib, kok kalian masih di sini? A-a-apa.... kalian enggak takut ketemu sa-sama.... Naga Gold?" tanya Kai terbata-bata sambil merasa cemas luar biasa di dalam dirinya.

Menatap Kai. "Nah! Itu dia!" seru Aron.

"Makanya kami cepat-cepat ke sini. Makannya pun mesti cepat-cepat juga," jelas Aron.

"Jangan deh makan cepat-cepat! Nanti bisa-bisa keselek lagi," canda Kai terkekeh kecil.

"Mau gimana lagi? Daripada nyawa yang melayang," keluh Aron.

Deg!

Tawa Kai langsung berhenti mendengar ucapan Aron. Tak lama, ia kembali tersenyum manis pada Aron. Seolah tidak ada apa-apa.

"Sebaiknya kita berdoa aja. Semoga geng Naga Gold enggak datang ke sini," harap Kai.

"Aamiin," sahut Aron ikut berharap tidak bertemu geng berbahaya itu.

Kemudian, Aron tersenyum. Melihat Aron tersenyum, Kai jadi merasa bahagia melihat kawannya itu jadi bahagia.

"Ron! Aku telepon mamaku dulu ya. Takutnya mamaku cari in aku lagi," izin Kai terlihat kuatir.

"Oke. Aku tunggu di warung," setuju Aron.

Kai mengangguk.

Aron pergi menyusul bos dan teman-temannya. Sementara Kai masih di parkiran di dekat motor teman-teman Aron, sendirian. Kai langsung ponselnya dan segera menelepon.

Cukup lama Aron menunggu teman barunya. Akhirnya, dia muncul juga. Kai duduk di samping Aron.

Menatap satu plastik penuh berisi jagung yang baru mereka beli. "Kalau boleh tau, kalian beli jagung banyak-banyak buat apa, Ron?" tanya Kai.

"Kami beli jagung buat bakar-bakar di acara kemah nanti. Soalnya sekolah kami ngadain kemah gitu," jawab Aron sambil mengunyah bakwan masih di dalam mulutnya.

"Oh.... sekolah kalian mengadakan kemah ya," simpul Kai mangut-mangut.

Habis menelan bakwan di dalam mulutnya. "Kamu sekolah dimana, Kai?" tanya Aron.

"Aku sekolah di British School," jawab Kai sejujurnya.

"Beh....! Sekolah yang elit itu? Yang harganya juga selangit itu? SPP nya bisa beli satu rumah mewah?" Kaget Hazel hampir jantungan. Padahal masih muda, tapi efek kaget kaum miskinnya. Makanya dia bisa jantungan.

"Waw.... keren banget....." kagum Hazel berbinar-binar.

"Wah! Berarti lo anak kayak dong?" simpul Farhan.

"Ah, enggak juga," kekek kecil Kai sambil membuka tutup botol.

Tiba-tiba pemilik warung muncul sambil membawa berisi minuman sesuai yang mereka pesan.

"Nah! Ini es teh, kopi hangat, sama es jeruknya sudah siap," pungkas Mamang Sukirman mengakhiri obrolan mereka.

Semuanya menoleh pada Mamang. Ketika Kai melihat Mamang, sekilas Kai kaget dan sontak menundukkan kepala. Seolah dia sedang diselimuti oleh ketakutan.

Begitu juga dengan si Mamang, ikut kaget melihat keberadaan Kai yang tak biasa. Mamang ingin bersuara menyapa dia. Dengan lekas, Kai memberi bahasa isyarat berupa gelengan kepala. Beruntung, otak Mamang langsung paham.

"Ada apa, Mang?" tanya Hazel mulai curiga pada Mamang yang tiba-tiba terdiam dan langkah kakinya juga berhenti memberikan pesanan mereka.

Menggelengkan kepala cepat. "Enggak apa-apa kok, bos. Cuman.... Mamang merasa kayak ada yang lupa gitu," kilah Mamang lancar, tak lupa ia juga tersenyum untuk menghilangkan rasa curiga.

"Oh...." Mangut-mangut.

Akhirnya, Kai bisa bernapas lega. Setelah semuanya aman.

"Ron, aku mau ke toilet bentar ya," izin Kai.

"Oh, oke," sahut Aron.

Ketika berpapasan dengan Mamang, Kai sekilas memberi kode. Sampai Hazel dan anak buahnya tidak mengetahui dan curiga pada tingkah Kai tadi. Termasuk Aron.

"Mamang mau cuci piring dulu ya. Kalau mau pesan lagi, minta aja sama Asep," pamit Mamang terburu-buru.

"Oke," sahut mèreka.

Diam-diam dan penuh berhati-hati, Mamang menemui Kai dibalik pohon besar dan terlindung juga tenda warung Mamang. Sehingga, Hazel dan anak buahnya tidak bisa melihat dan mendengar mereka. Karena jarak mereka jauh.

"Eh, Nak Kai. Tumben banget jalan-jalan sama mereka, bahkan tidak pernah sama sekali lagi. Biasanya kan, Nak Kai sering banget nongkrong bareng temannya. Kok Nak Kai sendiri aja? Nak Kai enggak bawa temannya?" tanya Mamang.













3 Bad Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang