21.

10 0 0
                                    

Jam pelajaran telah usai, para siswa-siswi pulang ke rumahnya masing-masing. Seorang pria memarkir motornya tak jauh dari gerbang sekolah, ia masih duduk di atas motor dengan tatapan masih fokus ke layar ponsel.

Ia mengenakan seragam berbeda dengan sekolah yang ia berada, makanya ia berkerumun orang-orang sekolah itu. Sebenarnya bukan cuman itu alasan dia dikerumuni, melainkan parasnya yang tampan. Itu pun yang mengerumuninya cewek semua, kecuali para cowok tak berani menatapnya.

Ia sebenarnya bukannya datang dengan sembarangan tanpa niat seperti orang tersesat atau cari masalah ke sekolah orang. Ia datang untuk menjemput seseorang, salah satu warga sekolah itu juga tapi paling penting di sekolah itu juga. Orang yang dijemput telah datang sampai menjinjing tas kecil berisi banyak buku, belum lagi tas yang ada di punggungnya isinya buku juga.

Melihat kerumunan itu, tentu akan menjadi pusat perhatian Hazel dan anak buahnya menuju parkiran.

"Ada acara apaan tuh pakai berkerumun segala? Ada topeng monyet ya?" tanya Hazel garuk-garuk kepala.

"Enggak tau, bos. Anehnya yang berkerumun semuanya rata-rata cewek aja," jawab Alex.

"Hm.... biasanya bila berkerumun kek pasar malam gini dan cuman para ladies aja, pasti ada cogan itu, bos," ucap Putra menarik kesimpulan.

"Bisa jadi itu," seru Hazel menjentikkan jari.

Hazel dan anak buahnya berusaha melihat sosok misteri di balik para ladies, memantau dari jauh. Ketika orang yang di jemput sudah ada dihadapannya, akhirnya para cewek memberi celah penglihatan untuk Hazel dan anak buahnya. Saat misteri terpecahkan dan sudah melihat orangnya.

Jreng!

Mata Hazel dan anak buahnya membulat sempurna.

"Di-dia!" kaget Hazel menunjuknya.

"Ke-ke-ketua The Lion 19!" kaget anak buah Hazel bersamaan sambil ikut menunjuk dengan jari gemetar.

Sementara itu, orang yang di jemput Jericho terlihat sangat marah padanya.

"Aku sudah bilang kan, jemputnya di luar gerbang aja. Kalau kamu di sini, yang ada bawa keributan aja. Kamu lihat kan sekarang, Jericho!" marah pria itu yang khas.

"Eits, ini bukan keributan. Dan ini bukan aku juga yang bawa kehebohan, melainkan mereka. Ya, aku tau. Aku salah. Aku salah terlalu tampan dan terlalu mempesona, sehingga ketampanan ini menjadi beban untuk adikku tersayang," ucap Jericho dengan pedenya membuat Juan semakin jengkel.

Juan mendadak ingin mual, tapi ia tahan.

"Sudah!" Menahan amarahnya. "Ayo kita pulang!" perintah Juan ketus.

"Siap, bosku," sahut Jericho menyerahkan helm pada Juan.

Saat Juan memasang helm menghadap arah Hazel dan anak buahnya sedang bersembunyi untuk memantau. Betapa kagetnya mereka, ternyata orang yang ditunggu ketua The Lion 19 adalah Juan.

"Wah, ada hubungan apa nih bos antara ketos kejam dan ketua The Lion 19 itu?" seru Putra penasaran.

"Iya, mereka terlihat sangat akrab banget," timbal Aron.

"Hm, sangat mencurigakan," selidik Farhan mengusap-usap dagunya terus menatap Juan penuh curiga.

Mereka mengendap-endap semakin mendekat ke tempat Juan berada, tapi tetap bersembunyi. Kini mereka semakin penasaran, ada hubungan gerangan apa antara Juan dan Jericho? Sungguh, ini semakin jiwa kepo mereka meronta-ronta.

Juan sudah selesai memasang helmnya dan sudah naik boncengan dengan Jericho.

"Sudah dulu ya wanita-wanita cantik, aku anterin adik sepupuku dulu. Good bye," pamit Jericho dengan gaya genitnya membuat cewek-cewek sekolah Juan teriak histeris karena kegirangan dan berbunga-bunga.

Juan memutar bola matanya berekspresi masam pada tingkah Jericho menguji kesabarannya. Sementara Hazel lekas-lekas mencium aroma minyak kayu putih karena ingin muntah pada tingkah Jericho tadi.

Jericho menyalakan motornya dan pergi. Tak lupa ia mengedipkan matanya pada siswi sekolah itu. Alhasil Jericho mendapatkan hadiah berupa cubitan dari Juan, Jericho jadi merintih kesakitan karena pinggangnya habis kena cubit.

Sementara Hazel dan anak buahnya terdiam mematung dan melongo.

"Hah! Ja-jadi..... ketos itu adalah adik sepupunya ketua The Lion 19?" kaget Farhan syok.

"Ini mah, sungguh terlalu," ucap Putra masih bengong.

"Pantesan dia sama sekali enggak takut sama gue. Hm.... ini tidak bisa dibiarkan," gerutu Hazel mengepalkan kedua tangannya.

"Betul itu, bos," sahut Alex mangut-mangut.

Mereka memutuskan pergi menuju motor mereka.

~××××~

Matahari terbenam dan digantikan dunia menjadi gelap. Benda langit terdiri atas gas menyala seperti matahari, sudah tampak pada malam hari bertaburan menghiasi langit. Hazel sedang mengendarai motornya yang sudah di perbaiki di bawah sinar bulan.

Hazel mendapatkan kabar gembira di grupnya dari Aron, bahwa Aron ingin mentraktir mereka di Mal. Tentu dengan senang hati Hazel langsung otw.

Ditengah perjalanan, tiba-tiba motornya mogok. Entah ada penyakit apa lagi? Padahal motornya baru di pake. Hazel garuk-garuk menatap motornya.

"Ini motor punya penyakit apa lagi sih? Baru saja sudah dibaiki, mau ngambek lagi ini motor," keluh Hazel mencek-cek motornya.

Pada akhirnya, Hazel turun dari motornya dan melihat ternyata masalahnya cuman habis bensin. Hazel tersenyum geli sendiri, menertawakan dirinya sendiri.

"Hé hé hé.... lupa gue, isi bensin," kekeh Hazel.

Hazel merogoh tiap sakunya, tapi tak menemukan uang selembar pun. Bahkan receh juga tidak ada.

"Alamak, gue lupa bawa uang. Mentang-mentang gue kepikiran ditraktir, eh pakai acara lupa bawa uang segala dalam keadaan darurat gini. Haduh, gue mesti gimana nih," gumam Hazel bingung.

Di sisi lain, ada tiga preman yang tak jauh dari Hazel. Mereka nongkrong di kawasan itu untuk mencari mangsa membegal, merampok, bahkan jika korbannya wanita bisa di lecehkan.

Kalian tau lah kriminal ciri khas kota. Enggak mungkin kan, enggak tau?_-

"Wih, ada mangsa cantik nih!" ucap preman satu tergiur menatap Hazel sedang bingung soal motornya.

"Iya, mana cantik banget lagi. Pas banget kita ajakin main-main," ucap preman dua sudah berpikir mesum.

Sedangkan perman ketiga, terlihat lagi berpikir keras sosok wanita itu.

"Kayaknya gue kenal itu cewek, tapi dimana ya?" gumam preman ketiga terus menatap Hazel berusaha mengingat.

"Yuk, kita cap cus temui mangsa cantik kita," ucap preman kedua sudah tak sabar.

"Sebaiknya kita skip aja deh sama korban itu. Entah kenapa firasat gue enggak enak banget sama itu cewek?" Tahan preman ketiga.

"Alah! Paling cuman rasa takut lo doang, padahal enggak ada apa-apanya. Kalau lo enggak mau ya sudah. Itu jatah gue sama Ardi aja. Ya kan Ardi?" ucap preman satu menatap preman dua.

"Yo'i. Serah lo aja, Arman," ucap preman kedua meninggal preman ketiga. Lalu diikuti preman satu menyusul preman dua.

Preman ketiga hanya menatap kepergian mereka.

"Ah, serah mereka deh. Lagipula aku juga mau ke kamar kecil, daritadi sudah enggak bisa ditahan," ucap preman ketiga lari berlawanan arah dengan temannya.





3 Bad Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang