Seorang pembantu datang menemui Calista sedang menyiapkan masakan kesukaan putra semata wayangnya, dengan senyuman terukir di bibirnya. Sementara dihadapannya, ada pria seumuran dengannya yang berstatus sebagai suaminya. Yaitu Muhammad Alan Subastian Abdi Guna, dipanggil Alan.
"Nyonya!" panggil pembantunya.
"Ya," sahut Calista menoleh.
"Tuan muda bilang, dia tidak akan turun makan bersama nyonya. Jika Tuan Alan tidak pergi dari rumahnya," ungkap pembantunya.
Calista menghela napas kasar, lagi-lagi anaknya menolak makan bersama ayah barunya. Calista termenung sedih dan menitikkan air mata, semakin hari anaknya terus menjauh. Bahkan, melihat wajahnya saja, putranya sudah enggan melihat. Apalagi menatap Alan, ia pasti menatap Alan seolah-olah musuhnya saja di mata putranya. Calista menyeka air matanya.
Alan sangat memahami, bagaimana rasanya dibenci oleh anak darah daging sendiri. Sebab ia juga sudah merasakannya. Alan bangkit dari tempat duduknya, menghampiri sang istri.
"Calista kamu.... yang sabar ya." Berusaha menghibur Calista, meski dadanya sesak karena merasa sangat tidak nyaman.
"Sebaiknya kamu panggil dia kemari, nanti aku makan dikamar saja atau aku makan, setelah dia selesai makan," usul Alan berusaha tersenyum.
Alan merasa tak nyaman, gara-gara kehadiran dia di rumah ini dan mengganti posisinya ayahnya yang telah meninggal. Ibu dan anak kini berseteru, karena kehadirannya.
Padahal, baru dua hari suami Calista dimakamkan. Calista malah mengajak Alan menikah dan meninggalkan semua harta mereka. Demi cinta mereka yang dulu berpisah karena Alan sudah dijodohkan dengan wanita setaranya juga. Sekarang mereka bersama lagi, tentu Calista tidak akan meninggalkan kesempatan ini sekali seumur hidup.
Sementara harta almarhum suaminya, ia serahkan semuanya kepada putranya tanpa tertinggal sedikitpun. Sebenarnya neneknya juga ogah menyerahkan semua harta putranya kepada Calista. Makanya, neneknya menyuruh pengacara mengubah seluruh harta putranya atas nama cucunya saja. Sedangkan Calista tidak dikasih sepeserpun.
Alan mengira putra Calista bersama suaminya dulu, mau menerima kehadirannya sebagai pengganti ayahnya. Ternyata perkiraannya salah. Justru sebaliknya, putra Calista menolak mentah-mentah dan sangat membenci Alan.
Karena gara-gara Alan, ayahnya telah meninggal karena kecelakaan. Bukannya memasukkan Alan ke penjara, ibunya malah melindunginya dan menikahinya. Meski Alan tak sengaja menabrak ayahnya.
Jadi, itulah alasan putra Calista membenci Alan. Termasuk ibu kandungnya sendiri, ia benci juga sampai sekarang.
Di kamar putra Calista, putranya sedang fokus membaca buku kimia. Di tengah dia sedang membaca buku tebal, di meja belajarnya.
"Drrttt...." Ponselnya berdering.
Dia mengangkat teleponnya.
"Halo!" panggilnya.
"Halo juga, cucuku sayang," jawab rupanya neneknya yang menelepon.
"Nenek!" Antusias dia.
"Nenek sudah kirimkan makanan dan minuman untukmu sama kurir. Nanti kamu ambil ya! Jangan lupa nanti dihabiskan. Oke?" papar nenek.
"Oke, nek. Terima kasih banyak, nek. Aku sayang nenek. I love you, nek," ucapnya tersenyum lebar.
"I love you too. Nenek juga sayang banget sama cucu nenek tersayang," kekeh nenek bahagia.
"Ingat! Jangan makan masakan ibumu. Kamu tau kan dia itu sudah tidak sayang lagi sama kamu. Jangan kan kamu, ayah kamu aja dicampakkan. Nanti kalau kamu makan masakan ibumu, yang ada ibumu sama suami barunya malah ngelunjak. Mereka kira, mereka berhasil pengaruhi kamu dan melupakan ayah kamu," pesan nenek.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Bad Girl
Teen FictionKemerdekaan ketiga saudara berbuat nakal kini harus usai, setelah datangnya ketiga pria mengusik kehidupan mereka yang terlalu bebas. Berawal yang pahit berubah manis. Seperti itu juga nantinya kisah hidup tiga saudara yang tidak dapat diperkirakan...