Di tengah mamanya sedang asyik menonton televisi di ruang tamu, kebetulan ada televisinya. Di sampingnya ada Angel, meski ada Angel. Tetap saja mamanya merasa sendiri. Sebab, Angel sibuk sendiri melihat layar handphone, untuk memilih baju alias sedang belanja online.
Brum!
Mendengar suara mobil berhenti di depan rumahnya. Meli segera menurunkan volume televisi dan mempertajam pendengarannya.
"Kayaknya ada tamu," gumam mamanya.
Mamanya pergi ke pintu keluar, disusul Angel mengikuti mamanya takut ditinggal sendiri. Tak lupa ponselnya dia pegang erat.
"Tolong lepasin gue!"
Terdengar suara anak sulungnya mengamuk. Tentu, hal itu membuat mamanya menjadi cemas. Dengan lekas Meli membuka pintunya dan berlari ke teras.
Mata Meli membulat sempurna melihat anaknya digendong oleh pria tampan dan bertubuh gagah lagi. Dari otot-otot di dadanya dibalik baju saja, sudah terpampang jelas.
Melihat mamanya bengong mirip burung beo.
"Uy, ma! Awas!" Mamanya masih bengong. "Lah? Malah melamun pula nih mama," kesal Hazel menggaruk-garuk rambutnya.
"Uy, ma! Minggir, ma! Minggir!" teriak Hazel mengibas tangannya ke samping.
Mendengar teriakkan putri tomboinya, baru ia minggir dan masih bengong menatap Lucas. Lucas yang diberi isyarat oleh Hazel, spontan Lucas langsung masuk ke dalam rumah mereka dengan masih menggendong Lisa yang tak henti-hentinya mengamuk. Lucas masih sekilas membungkuk sopan melewati mama Lisa atau Hazel.
Tentu Meli membalasnya dengan senyuman, atas sikap sopan Lucas. Angel sendiri senyum malu-malu kucing, karena ada keberadaan guru gantengnya. Mendengar dehaman mamanya, baru dia menoleh.
"Cepat bikinkan teh untuk mereka! Jangan lupa, bawa kue kering yang ada di dalam lemari ditempat biasa," bisik Meli.
Angel mengangguk, ia pergi ke dapur menjalankan perintah Meli.
"Ayo silahkan duduk!" Senyum sopan.
Lucas mengangguk, ia menurunkan Lisa ke bawah. Setelah dia sudah lepas, Lisa langsung berlari ke kamarnya sambil menangis terisak-isak.
Lucas, Hazel, dan Aron sudah duduk. Hazel duduk disamping mamanya, sementara Lucas dan Aron duduk di sofa satunya berhadapan dengan mereka.
Meski Lucas dan Aron satu sofa, Aron duduk berjauhan dari Lucas seolah memberi jarak. Karena Aron masih senam jantung ada guru psikopat itu. Ia bahkan tak berani menatap langsung pada Lucas.
Apalagi pas kejadian gurunya itu menghajar kakak kelasnya tadi sampai lupa diri. Itu membuat Aron bertambah ngeri saja pada guru yang duduk disampingnya itu.
"Ada apa ini?" celetuk Meli memecah keheningan.
Lucas yang tak sadar menatap lantai atas terus, dimana Lisa berlari masuk ke kamarnya tadi. Sekilas Meli curi pandang dari tatapan Lucas mengenai putrinya, tapi Meli berusaha tenang dan bersikap biasa saja. Agar Lucas tidak salah tingkah dan malu, jika Meli mengatakannya sekarang juga. Jadi, Meli membiarkan Lucas sampai dimana gerakannya itu.
"Begini Bu, sebelumnya saya minta maaf terlebih dahulu sebesar-besarnya karena saya sudah lancang menyentuh putri ibu," sesal Lucas menangkupkan kedua tangannya dihadapan Meli.
Mengangguk. "Tidak apa-apa. Saya merasa.... melihatnya saja, pasti ada sesuatu buruk mengenai putri saya. Sehingga, kamu terpaksa menggendong Lisa. Iya kan?" tutur Meli tersenyum ramah.
Lucas mengangguk pelan. "Betul, Bu. Sebelum saya bicarakan masalahnya, perkenalkan saya Lucas. Saya guru wali kelasnya Lisa, sudah pasti sudah menjadi tanggung jawab saya menjaga semua anak murid saya dengan baik," ungkap Lucas.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Bad Girl
Teen FictionKemerdekaan ketiga saudara berbuat nakal kini harus usai, setelah datangnya ketiga pria mengusik kehidupan mereka yang terlalu bebas. Berawal yang pahit berubah manis. Seperti itu juga nantinya kisah hidup tiga saudara yang tidak dapat diperkirakan...