42.

7 2 0
                                    

Ketika Hazel lengah dan genggaman tangan satunya terlepas.

Plak!

Hazel kena tamparan Lisa. Kejadian itu, membuat Darel, Aron, dan Lucas kaget. Tapi Lucas kembali memukul Jodi. Sedangkan Hazel, kedua matanya terbelalak lebar dengan mulut sedikit ternganga.

Hazel yang tadinya sabar, kini jadi mendidih. Hazel menatap tajam kepada kakaknya. Sementara Lisa, tak menggubris dengan tatapan tajam itu. Malah ia ikut menatap tajam juga.

"Apa maksud kamu sebut dia selingkuh? Hah!" Berteriak murka. "Dasar anj*ng lo!" cela Lisa berteriak.

"Kakak jangan membuat kesabaranku habis ya, aku begini juga karena aku sayang kakak."

Lisa tertegun sekilas, tapi rasa cintanya pada Jodi membutakannya lagi.

"Aku enggak mungkin berbohong, karena temanku lihat dia jalan sama wanita lain." Lisa tersenyum seringai, seolah masih tak percaya. "Lagian kakak itu jangan bego sedikit. Coba kakak pikir-pikir! Jangan karena cinta, kakak sudah bodoh dan gila," berang Hazel.

"Seandainya kakak bukan kakak aku, sudah dari dulu aku biarkan kakak terjerumus oleh lelaki bajingan itu," sungut Hazel menunjuk Jodi.

"Cukup ya, Hazel!" Berhasil melepaskan tangannya dari genggaman Aron dan Hazel. "Tolong jangan ikut campur kehidupan aku! Ngerti!" ancam Lisa dengan tatapan sinis.

Kali ini Hazel membiarkan kakaknya pergi, lagipula Jodi sudah babak belur di hajar guru killer. Darel yang menyimak bersembunyi di balik dinding, menatap pada Hazel yang cemberut melihat kakaknya menghampiri pacarnya.

"Dari ketiga saudara, cuman Hazel yang waras. Aku kira, Hazel orang yang suka memberikan harga dirinya kepada pria. HM, ternyata perkiraanku salah ya." Sekilas tersenyum. "Dia malah sebaliknya, tidak seperti Lisa dan...." Lidahnya terasa kelu mengucapkan nama orang yang ia benci. " Wanita murahan itu. Hm, ya. Si Angel," gumam Darel kesal.

"Andai saja Hazel tidak disukai Juan, sudah dari dulu aku membuat dia jadi kekasihku. Sampai menjadi istriku." Menghela napas panjang. "Ah, sudahlah. Mungkin itu mimpi. Sebab, aku tidak mungkin merebut dari Juan. Itu sama saja aku mengkhianatinya," gumam Darel sangat sedih.

Lisa menghampiri Jodi dengan wajah cemas. Sedangkan Lucas menarik tubuh Jodi ke atas, yang sudah berbaring karena lemah.

"Kalau coba-coba lagi melecehkan seorang wanita, aku tidak akan ragu membunuhmu sekalian. Pria brengsek!" berang Lucas dengan tatapan sangat murka.

Sementara Jodi hanya menatap Lucas dengan samar-samar. Darah di bibirnya terus menetes saja.

Sret!

Tangan Lucas ditarik seseorang, sehingga ia sedikit menjauh dari Jodi. Sontak Lucas melihat orang yang menariknya, yang ternyata orang itu adalah Lisa. Dengan tatapan murka dan kedua tangannya saling mengepal.

"Siapa yang kau bilang brengsek? Hah! Kenapa bapak selalu saja ikut campur? Aku minta bapak pergi! Aku enggak butuh pertolongan pria sok cari nama seperti anda," berang Lisa menunjuk tajam sambil berteriak.

Lucas hanya diam menanggapinya, demi menyelamatkan diri. Jodi segera kabur melewati mereka, Hazel ingin mengejarnya. Tapi ditahan oleh Aron sambil menggeleng kepala.

"Sudahlah, bos. Dia sudah babak belur juga. Kalau dia mati, entar kita yang bikin repot," saran Aron.

Hazel mangut-mangut mendengar ucapan Aron.

Melihat Jodi pergi, Lisa langsung menyusul Jodi lari sambil menahan sakitnya di dada habis kena hajar Lucas tadi. Beruntung saja, Jodi dengan gercep mengambil jaket dan celana panjang sekolah. Ia lari, masih mengenakan celana pendek dengan jaket menutupi tubuhnya.

Perhentian Jodi berlari, berakhir di balkon lantai paling atas hotel. Sepi, tidak ada orang.

"Jodi!" panggil Lisa berlari ke arahnya sambil berair mata.

Jodi sekilas menatapnya malas dan penuh amarah memuncak yang sedang ia tahan. Jodi sudah mengenakan celana panjang sekolahnya.

"Apalagi sih, Lis?"

"Apa kamu masih kurang buat aku jadi babak belur gini?" Menunjuk dirinya sendiri. "Atau perlu kamu ingin buat aku meninggal sekalian? Di hajar habis-habisan sama guru laknat itu. Iya?" cecar Jodi menahan amarah.

Lisa tidak bisa berkata apa-apa. Dia terdiam membisu dan hanya bisa menangis, meratapi hubungannya yang akan hancur.

"Maaf...." sesal Lisa dengan kepala tertunduk sambil menangis tersedu-sedu.

Tak ada respon dari Jodi. Malahan, ia membuang mukanya dan melemparkan pandangannya menatap gedung-gedung tinggi.

Lisa memberanikan diri mendekati kekasihnya, ia ingin mengelap bibir Jodi berdarah menggunakan sapu tangan ia bawa. Belum mengenai bibir Jodi, Jodi langsung menepis kasar tangan Lisa. Hingga, sapu tangannya jatuh.

"Hentikan semua itu, Lisa!" bentak Jodi amarahnya sulit ditahan.

Lisa terdiam menjadi patung dengan tatapan nanar.

"Itu semua tidak ada gunanya lagi." Terdiam sesaat. "Jadi, aku minta kamu jauhi aku mulai dari sekarang. Detik ini juga, kita putus. Oke?" marah Jodi sangat frustasi dan ingin pergi.

Bruk!

Lisa menjatuhkan tubuhnya dan memeluk erat kaki kanan Jodi. Sehingga, Jodi sulit pergi.

"Tolong beri aku kesempatan lagi! Tolong, Jodi!" mohon Lisa menangis terisak-isak.

Jodi menghela napas kasar. Terdiam sejenak. Tak lama, ia sudah mendapat keputusan.

"Baiklah, aku akan memberimu kesempatan lagi." Masih enggan melihat Lisa, tatapannya masih lurus ke depan.

"Untuk mengobati rasa sakit ku atas perbuatanmu ini." Sambil memegang dadanya terasa perih.

Sontak Lisa merasa cemas kekasihnya kesakitan.

"Aku ingin kau transfer 100 juta ke nomor rekeningku, sampai jam 5 sore besok. Jika kamu ingkar lagi. Hm." Tersenyum. "Jangan harap aku mau melihat wajah menjijikan kamu lagi, ataupun berani menyentuhku sedikitpun. Paham?" perintah Jodi meninggalkan Lisa masih tertegun menatap pacarnya sudah pergi.

"100 juta?" gumam Lisa kaget.

"Dimana aku harus menemukan 100 juta? Satu juta pun aku tak punya," gumam Lisa kebingungan.

Sret!

Menyeka air matanya dan bangkit berdiri. "Tidak! Aku tidak boleh menyerah. Aku pasti bisa. Ini semua demi Jodi. Atau perlu aku akan menjual ginjalku agar dia selalu bersamaku," gumam Lisa sudah menggila, seperti Hazel katakan.

Dia tersenyum optimis, tak berapa lama ia tersenyum sedih. Karena masih bingung mengatasi masalah 100 juta.

Lisa sudah keluar dari hotel, ia sangat kaget menemukan Hazel, Aron, dan Lucas masih menunggunya. Lucas menghampiri Lisa dan menggenggam erat tangannya.

"Ayo kita pulang!" ajak Lucas dingin sambil menariknya.

"Tidak! Aku tidak mau!" Berusaha melepaskan genggaman Lucas, tapi nihil.

"Aku ingin bertemu Jodi. Kau jangan ikut campur terus! Memangnya kau ini siapa yang sok-sok mengatur hidupku?" berang Lisa melototi nya.

"Sudah, kak! Aku yang suruh Pak Lucas," pungkas Hazel.

Tatapan tajam Lisa beralih ke Hazel.

"Apa maksudmu, Hazel!" berang Lisa.

"Stop deh, kak! Capek aku. Pak! Bapak bawa aja dia. Aku izinkan kok," ucap Hazel menahan kantuk.

"Bawa?"

Lisa tidak tau, bahwa Lucas sudah mendekatinya. Mata Lisa membulat sempurna, ketika Lucas menggendongnya, seperti karung beras.

"Lepaskan aku! Lepaskan!" teriak Lisa mengamuk sambil memukul tubuh belakang Lucas.

Tapi Lucas sama sekali tidak menggubris, ia terus berjalan menuju mobilnya. Lalu, Lucas mengikat Lisa agar tidak kabur dengan tali sabuk pengaman mobil. Baru dia ikut masuk ketempat duduk menyetir.

Sedangkan Hazel masih boncengan dengan Aron. Darel menatap kepergian mereka sambil menunggu teman-temannya datang ke hotel. 









3 Bad Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang