Sepanjang malam, Lisa sangat sulit tidur karena masih memikirkan permintaan Jodi semalam. Ia masih bingung, bagaimana cara ia mengabulkan permintaan kekasihnya. Dengan wajah murung di depan cermin, ia sedang memasang dasinya. Kemudian, ia berjalan lemas menuruni anak tangga menemui mamanya untuk sarapan di dapur. Melihat mamanya sendirian di dapur sedang menggoreng nasi, Lisa mendapat ide.
"Ma!" sapa Lisa mendekati mamanya sambil tersenyum.
Meli yang memahami tingkah anaknya yang sudah ia pelihara bertahun-tahun, sudah pasti ia tau niat terselubung putrinya itu. Tapi Meli pura-pura cuek saja.
"Apa?" ketus mamanya masih fokus menggoreng nasi.
"Mama, apa mama punya uang 100 juta?" tanya Lisa hati-hati.
"Soalnya temanku mau pinjam uang ma, buat bayar utang nyokap nya. Tapi pasti dia bayar kok," kilah Lisa tersenyum paksa.
Meli sejenak menghentikan aktivitasnya, lalu menghela napas kasar. Kemudian, baru ia kembali melanjutkan aktivitasnya menggoreng nasi.
"Lisa kamu enggak salah bilang gitu ke mama? Kamu tau kan uang 100 juta itu enggak sedikit, mama juga enggak punya uang segitu. Mama cuman punya uang 30 juta, itupun buat kehidupan kita. Sedangkan 125 juta, itu enggak bisa diganggu gugat. Itu buat bayar karyawan mama, sama bikin warung makan. Karena usaha butik mama semakin menurun, sebab banyak pesaing. Mana butik mama masih kecil-kecilan lagi. Kalau kamu ganggu gugat uang 125 juta itu, mama enggak punya kerjaan lagi. Mau makan apa kita," papar mamanya sambil mengomel.
Sekilas termenung sedih. "Kamu tau kan, mama tidak mau terlibat lagi dengan keluarga mama dan--" Tidak sanggup mengucapkan nama orang itu yang telah menyakiti dia dan putri-putrinya.
"Keluarga papamu. Mama tidak ingin mereka tau." Mematikan kompornya dan pura-pura sibuk membuat kopi. Padahal mamanya tidak doyan kopi. "Bahwa pernikahan mama sudah hancur, mama tidak ingin memaksa ayahmu kembali bersama mama. Biarkan. Biarkan dia bahagia," ucap mamanya dengan lekas menyeka air matanya.
"Sudah ya. Mama mau ke atas dulu, bangunkan adik-adikmu. Kamu cepat sarapan," pungkas mamanya meninggalkan Lisa termenung sendiri.
Antara sedih melihat mamanya kembali mengingat masa menyakitkan dan bingung masalah Jodi sampai sekarang ia belum bisa mendapatkan uang 100 juta. Lisa mengacak-ngacak rambutnya sedang frustasi.
~××××~
Para murid masuk berhamburan melihat ini Azalea berjalan kearah kelas mereka. Mereka segera pergi ke bangku masing-masing. Hazel dan anak buahnya bingung melihat mereka kalang kabut.
"Woy! Woy! Woy! Ada apa nih, woy? Ribut kek pasar malam aja," marah Farhan sambil memegang rokok ditangan kiri.
"I-itu!" Menunjuk keluar. "Ada ibu Azalea," ungkap Bima buru-buru menuju bangkunya.
Hazel dan anak buahnya sontak segera mematikan rokok mereka masing-masing. Lalu, dibuang ketempat yang sangat aman dan disapu agar menutup jejak. Biar tidak ada yang curiga, terutama ketos bangs*t itu.
Tak lupa, mereka menyemprotkan parfum ke segala penjuru. Agar bau rokoknya musnah. Kemudian, mereka duduk manis seperti siswa normalnya. Kenapa disebut normal? Kalian tau lah, mereka itu rada bandel. Makanya, disebut kurang normal.
Aron menyemprotkan mulutnya dengan spray penyegar mulut, agar mulutnya tidak bau rokok. Melainkan, wangi. Melihat Aron menyemprotkan mulutnya dengan penyegar mulut, teman-temannya pada kepengen juga.
"Ron! Minta dong, Ron!" pinta Hazel mengadahkan tangannya dengan wajah polos, meski Hazel tak menyadarinya.
Aron segera memberikannya kepada bosnya. Baru giliran teman-temannya saling berebut dan injak-injak kan, kayak bagi sembako gratis aja_-
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Bad Girl
Teen FictionKemerdekaan ketiga saudara berbuat nakal kini harus usai, setelah datangnya ketiga pria mengusik kehidupan mereka yang terlalu bebas. Berawal yang pahit berubah manis. Seperti itu juga nantinya kisah hidup tiga saudara yang tidak dapat diperkirakan...