38.

5 2 0
                                    

Sesampai Hazel dan Angel sudah pulang ke rumah, Angel menjenguk Lisa di kamarnya sudah mengenakan baju tidur. Biar Angel orang yang cuek dan lebih memprioritaskan kecantikannya, tetap saja Angel sangat peduli kepada para saudaranya. Sementara Hazel sibuk di dapur, mengamankan kotak bekalnya berisi lauk-pauk di pesta tadi. Itupun pemberian Juan.

Selepas Angel menceritakan kecelakaan mencium orang yang dibencinya tadi, sontak Lisa tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya terasa perih karena tertawa. Hazel yang menguping di balik dinding luar kamar Lisa, ikut tertawa sampai lupa diri dan tubuhnya ambruk sambil memukul-mukul pintu kamar, saking geli nya.

"Ha ha ha.... itulah karma buat cewek kegatalan. Cipok sana, cipok sini, eh akhirnya salah sasaran juga. Ha ha ha ha," ledek Hazel tertawa sambil memukul pintu lagi.

"Ih, bukannya ikut kasihan. Malah diketawain. Dasar!" gerutu Angel cemberut. Sampai-sampai kedua pipinya menggembung sambil membuang muka dari Hazel.

"Perkataan Hazel itu ada benarnya, Ngel. Kamu sih suka merendahkan Darel, eh tanpa sengaja cium pertama kamu di bibir malah di rebut dia dari kamu. Lain kali, kalau enggak suka sama orang lain itu jangan berlebihan. Sekarang sudah dapatkan karmanya, gara-gara kamu suka buli dia," ceramah Lisa masih terkekeh.

Padahal dia pun tidak jauh bedanya dengan Angel. Sangat membenci guru killer nya. Angel tidak menggubris ceramah Lisa, dia malah bangkit dan pergi dari kamar Lisa dengan wajah di tekuk. Cemberut banget.

Di tempat lain, di rumah bak istana milik pria berkacamata. Tak jauh berbeda, di dalam kamar mandinya yang berdinding dengan warna berpadu gold dan putih. Dia sudah berjam-jam sampai lupa diri menggosok-gosok kasar bibirnya bekas ciuman Angel.

"Ya ampun, kok enggak hilang-hilang ya?" Panik sambil menangis.

Melempar botol sampo ke sembarang arah sebagai pelampiasan amarahnya.

"Gara-gara wanita jalang itu, ciuman pertamaku di renggut oleh dia. Istriku saja sampai sekarang masih belum menyentuh bibirku, tapi dia! Dia wanita asing dan rendahan, bisa-bisanya dengan mudah ia rebut begitu saja." Mengepalkan kedua tangannya. "Uh! Bangs*t!" murka Darel meninju cermin hingga retak. Soal luka, dia sudah tidak perduli lagi.

"Akan ku beri dia pelajaran!" berang Darel masih menangis sambil mengacak-acak rambutnya penuh frustasi.

Bundanya yang menatap dia di balik pintu, hanya geleng-geleng kepala dan menghela napas. Kemudian, ia pergi meninggalkan putranya yang sedang stres sendiri.

Asal kalian tahu saja, Darel adalah sosok pria yang paling setia. Sampai sekarang, dia tidak pernah berpaling dari istrinya.

Pasti kalian bingung kan, loh bukannya anak sekolah tidak boleh menikah? Kok si Darel bisa sih? Aneh banget kan? Alasannya bisa dijelaskan, jika kalian terus mengikuti cerita ini. Yup! Baca terus!

~××××~


Di ruang OSIS. Juan duduk ditempatnya penuh dengan tumpukan kertas. Tangannya daritadi tak berhenti menulis.

Bruk!

Meletakkan tumpukan buku tepat dihadapannya.

"Ini dari Pak Gatot, katanya ini catatan siswa yang melanggar aturan sekolah. Katanya, siapa tau aja lo bisa atasi mereka,' urai Iqbal.

"Oh, oke. Nanti aku kerjakan setelah tugas ini selesai," ucap Juan tanpa menoleh sedikitpun.

Iqbal mengangguk. Ia kembali pada bangkunya untuk menyelesaikan tugas dari Juan berikan.

Beberapa menit kemudian, akhirnya selesai juga. Juan meregangkan otot tangannya.

"Prok!" suara tulang jari, akibat pegal menulis.

3 Bad Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang