16.

10 3 0
                                    

"Gila! Ketua mereka ini sebenarnya jago senam lantai atau apa sih? Kok lincah banget gerakannya," heran Reza sekaligus kagum tanpa ia sadari.

Hazel sedikit oleng tapi ia tak mau menyerah, ia memaksa tubuhnya bangkit berdiri tegak. Ketua The Lion 19 senyum lebar menatap punggung Hazel membelakanginya.

"Gak, gak bisa kubiarkan," gumam Juan sangat cemas.

Juan lekas-lekas merogoh saku celananya dengan tangan gemetar mencari petasan yang sudah ia siapkan, jika keadaan terdesak seperti sekarang ini.

Dengan serangan mengejutkan, Hazel menendang tepat di tulang rusuknya. Bersamaan itu juga, Hazel mengibas kayu balok tepat di samping telinganya. Sehingga meninggalkan luka dan darah segar keluar. Awalnya anak buah The Lion 19 merasa senang ketuanya hampir membuat Hazel roboh. Ketika melihat ketua mereka hampir ambruk, mereka berubah sangat murka dan ingin menghajar Hazel secara keroyok. Tapi aksi mereka di gagalkan ketua mereka dengan mengangkatkan satu tangan menandai jangan bergerak.

Ketua mereka mulai bisa bangkit berdiri tegak, meski tidak bisa tegak sempurna seperti orang normalnya. Tanpa ada keluhan sakit.

"Aku sudah bilang, biar aku yang melawannya sendirian. Satu lawan satu. Jangan bersikap seperti pengecut. Apalagi di hadapan cewek. Paham?"

Mereka mengangguk dan kembali menghajar anak buah Hazel, satu lawan satu.

"Aku benci pengecut!" gumamnya geram.

Krak!

Mengepalkan kedua tangannya sangat kuat.

Baju ketua mereka sudah dinodai oleh darah miliknya sendiri dan juga sudah oleng, begitu juga Hazel sama olengnya, meski tak separah ketua lawannya.

Di tengah pertarungan memanas, Juan telah berhasil menemukan petasannya. Saat ia ingin menyala petasan, tiba-tiba ia dihampiri pak RT warga situ juga.

"Ayo nak, pergi dari sini! Bapak tau kamu pasti ketakutan juga dan terkurung oleh anak brandal itu kan? Kamu tidak perlu menyalakan petasan, percuma. Bukannya mereka takut, yang ada malah mereka habis menghajar kamu, nak," usul pak RT.

"Tapi pak-"

"Ayo ikut bapak saja! Bapak tau jalan yang aman untuk kamu pulang," potong pak RT memaksa Juan menjauhi kawasan berbahaya.

Juan menghela napas kasar. Niat aksinya menghentikan tawuran malah dibatalkan oleh pak RT. Pak RT telah sampai mengantarkan Juan didepan gang tadi bersama kang ojek.

"Anu pak, pak polisinya bakal datangkan pak untuk menghentikan tawuran mereka?" tanya Juan berharap pak RT menelepon polisi supaya lekas mengakhiri tawuran mereka.

"Iya, saya sudah menelepon polisi. Gak lama lagi para polisi pasti datang kok," jawab pak RT membuat Juan bernapas lega.

Tak lama beberapa saat, dari keluarga terdekat suara sirine milik polisi. Ternyata pak RT tidak bohong, Juan pun memutuskan untuk pulang dan tak lupa berpamitan dengan pak RT.

~××××~

Jericho memarkirkan motor Kawasaki ninja 2-tak, ia langsung melepaskan dan membawanya di lengan. Dia dikagetkan dengan Juan berdiri ditengah pintu sambil melipatkan tangan di dada, dengan raut terlihat tidak senang. Melainkan aura kemarahan yang ada.

"Why?" tanya Jericho mengerutkan keningnya.

"I'm furious.  I lost my temper. I can't stand it anymore," ucap Juan dingin. Sedangkan yang mendengar Juan bicara malah ternganga.

"Kok dia malah ngajak gue ngomong bahasa Inggris sih?" Bingung Jericho garuk-garuk kepala.

Karena tingkat kebahasaan Inggrisnya masih minus, tapi gak minus-minus amat sih.

"Ck." Memutar bola matanya. "Maksudku kenapa kamu menghajar Hazel sampai lupa diri? Itu membuatku sangat marah padamu. Oke?" papar Jericho.

Jericho mangut-mangut saja tanpa menjawab pertanyaan Juan, Juan mengusap wajahnya kasar sebab sepupunya masih belum mengerti. Jericho ingin masuk tapi di tahan Juan lagi dengan tangannya menempel di tiang pintu.

"Apa lagi sih?" marah Jericho sudah stres.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku tadi," tekan Juan.

"Oh, itu...." mangut-mangut baru paham.

Berusaha berekspresi marah. "Sebelum lo tanya pacar lo, elo harus tanyain gue dulu. Karena apa? Lo gak lihat gue hampir sekarat sampai babak belur gini sama bini lo." Menunjuk-nunjuk lukanya dibuat Hazel.

"Untung gue kuat, sekuat singa. Kalau gak, gue udah is dead dari dari tadi," gerutu Jericho sambil memegang dadanya terasa masih perih.

Termenung. "Jadi.... yang menang-"

"Tetap geng gue lah, tapi tetap gue jadi tumbalnya kali ini dalam sejarah," omel Jericho.

Mendorong Juan yang terkekeh geli mengejeknya. "Minggir lo! Puas lo sekarang!" marah Jericho seperti emak-emak komplek melenggang masuk rumah dengan penuh luka-luka dan lebam-lebam ditubuhnya.

Setelah Jericho masuk, Juan tertegun sejenak bersandar di pintu.

"Syukurlah kalau Hazel gak kenapa-kenapa." Tanpa sadar ia tersenyum sendiri.

Untung saat itu tidak ada orang yang liat dan sepi. Kalau tidak, pasti orang yang melihatnya akan mengejeknya orang gila karena senyum-senyum sendiri.

~××××~

Hazel sudah sampai dirumahnya, ia masih setia duduk diatas motor sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Cih! Dikit lagi gue bisa kalahkan The Lion 19, meski ketuanya sudah mau sekarat gue hajar. Tapi tetap aja sih, anak buah mereka gak kalah hebatnya juga. Untung polisi datang. Nyawa anak buah gue semuanya pada masih bisa bernapas," lirih Hazel termenung sedih.

Hazel menghela napas berat, ia turun dari motornya dan berjalan masuk ke dalam rumah dengan langkah lemas tak bergairah.

Sementara itu, Angel berjalan dengan tampilan cantik, dress mini gemerlap, dan wangi parfum semerbak. Ia berpapasan dengan Hazel, tampilannya justru berbanding terbalik dengan sang adik. Tampilannya kacau kek gelandangan, pakaian kek laki banget, dan bukan wangi parfum yang semerbak. Melainkan bau masam keringat yang semerbak.

Saat berpapasan dengan Hazel, Angel tiba-tiba mencium aroma yang tak sedap. Angel segera menutup hidung dan mengeluarkan parfum lalu ia semprot ke berbagai penjuru, menghilang aroma tak enak itu. Hazel sampai bersin beberapa kali mencium aroma parfum, bukannya menyegarkan pernapasan malah memabukkan Hazel menciumnya.

"Woy! Kalau pakai parfum itu ngira-ngira dong. Ini pakai parfum bukannya bikin gue semakin bernapas, malah bikin gue sesak napas," seru Hazel marah.

"Habis Kak Hazel bau masam sih. Ya udah, aku semprotkan aja parfum, biar bau biang keringat Kak Hazel itu gak menular sama aku." Melipatkan tangannya di dada lengkap sikap angkuhnya. "Aku gak mau ya, acara kencanku jadi rusak gara-gara kakak," marah Angel menatap tajam.

"Sembarangan lo bilang gue bau masam. Ini tuh bukan bau masam tau, tapi bau petualangan. Ngerti gak lo?" gerutu Hazel ikut menatap tajam juga.

"Petualangan dari Hongkong?" cibir Angel membuang muka.

Lalu menatap Hazel lagi, ia baru sadar ada luka ditubuh kakaknya.

"Itu kenapa ada lebam-lebam di dagu kakak segala?" Menunjuk dagu Hazel biru. "Apa kakak tawuran lagi?" tanya Angel penuh curiga sambil menatap sinis.











3 Bad Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang