Saat ia siap aba-aba ingin mengangkatkan kaki ke jendela.
Krak!
Kaki mejanya patah. Sehingga Hazel hilang keseimbangan dan jatuh.Juan yang berada dibawah dengan sigap menyambut tubuh Hazel yang jatuh.
Bruk!
Jatuh kedalam pelukan Juan.Karena kecepatan jatuhnya sangat cepat, sehingga membuat tubuh Juan kaget menahan beban. Alhasil Juan pun hilang keseimbangan dan jatuh ke atas tumpukan buku sambil memeluk erat Hazel. Tanpa sengaja, bibir Hazel bersentuhan langsung dengan pipi kanan milik Juan. Mata mereka terbelalak lebar dan saling menatap satu sama lain. Beberapa detik, kesadaran mereka kembali.
"Waa....!" teriak mereka histeris dan saling mendorong.
"Bangsat lo!" Menendang punggung Juan. "Lo ngambil kesempatan dalam kesempitan ya?" cecar Hazel matanya nyalang.
Tapi Juan terlihat acuh saja dan tenang, meski sebenarnya jantungnya masih berdisko.
"Apa sih! Sudah, kita fokus cari jalan keluar saja," tegas Juan.
"Gimana gue bisa fokus? Kalau lo mau berbuat mesum ama gue," cecar Hazel berapi-api.
Juan memijit dahinya.
Ia menatap dingin pada Hazel. "Kamu benar-benar ingin melihat aku melakukan hal hina itu ya?" geram Juan yang kesabarannya sudah setipis tisu makan.
"Ingat ya, Hazel. Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan loh. Terdapat di surah Al-Lahap ayat satu sama lima. Jadi, jangan sembarang tuduh kalau kamu gak punya bukti. Di sini bukan kamu saja dilecehkan, tapi aku juga. Meski aku seorang pria," murka Juan.
"Memangnya cuman kamu doang yang kehilangan ciuman pertama, sama aku juga kehilangan ciuman pertamaku," tambah Juan ikut berapi-api.
"Sudah, lupakan saja kecelakaan tadi untuk sementara. Tunggu kita keluar dari sini, baru kita bahas lagi," saran Juan kembali tenang. Tidak emosian seperti tadi.
Hazel mangut-mangut setuju.
Menatap jendela tadi. "Apa.... kita lanjut lagi susun mejanya biar kita bisa keluar lewat jendela itu?" tanya Hazel.
"Tidak perlu. Lihat jendela itu!" Menunjuk jendela tadi. "Di luarnya ada kawat besi. Jika kita keluar, otomatis tubuh kita luka-luka kena goresan kawat itu," jelas Juan.
Hazel angguk-angguk ketika baru sadar melihat ada kawat diluar jendela itu.
"Untuk sementara kita bermalam disini saja, sampai teman-teman kita dan warga sekolah datang sekolah lagi. Baru kita beri sinyal pada mereka untuk tahu keberadaan kita," usul Juan.
"Iya, sih. Tapi itu lama banget," keluh Hazel cemberut.
"Percuma kita teriak-teriak tapi gak ada satupun orang yang ada disekolah ini dan mereka mana bisa dengar suara kita," ucap Juan.
"Iya deh, kita tidur aja," pasrah Hazel lesu.
Ia terduduk lemas, membenamkan wajahnya di lipatan kakinya yang menekuk lututnya. Posisi mereka saling berhadapan, Hazel dalam keadaan terbaring sedangkan Juan duduk bersandar di dinding sambil mata terpejam dibawah penerang cahaya bulan dan bintang.
Hazel merasakan sesuatu membuatnya geli dibawah kakinya yang kiri, sehingga membuat dia kaget dan terbangun. Juan yang jadi terganggu mendengar suara berisik Hazel buat, ikut terbangun juga.
"Apa?" tanya Juan dingin.
"I i itu, rasanya ada sesuatu dibawah kakiku. Keknya ada mahluk hidup deh dibawah kaki gue, soalnya dia tadi gerak-gerak," urai Hazel takut.
Juan menyalakan senter jam tangannya, ia menemukan ada kecoa di dekat kaki Hazel.
"Benda yang bergerak tadi, itu apa Juan?" tanya Hazel penasaran dan sedikit panik.
Hazel memang tak melihat hewan apa yang bersemayam di dekat kakinya itu.
"Oh, itu. Itu cuman kecoa kok yang duduk manis di dekat kakimu," sahut Juan santai sekaligus mengantuk.
Jreng!
Mata Hazel terbelalak lebar."Hah! Kecoa?" kaget Hazel hampir jantungan.
Hazel sontak menatap pelan-pelan pada arah kakinya yang ternyata benar, ada kecoa dekat kakinya. Awalnya Hazel sedikit tenang dan bernapas was-was. Ketika kecoa itu terbang menujunya.
Hazel langsung lari terbirit-birit sambil berteriak histeris. "Waa....! Kecoa terbang...." Heboh Hazel satu kampung.
Bukannya menolong, Juan hanya duduk antek-antek memperhatikan Hazel berlari kesana-kemari. Mata Juan yang sayup berubah jadi terbuka lebar karena kaget menemukan ada besi ditengah jalan yang nantinya akan dilalui Hazel.
Juan ingin mencegah dan memberitahunya. Tapi sayangnya, sudah terlambat. Hazel sudah terjatuh kelantai dan sudah cipokan sama lantai. Juan segera menghampirinya dengan perasaan cemas.
"Kamu gak apa-apa kan, Hazel?" tanya Juan sambil membantunya berdiri.
"Aw!" rintih Hazel kesakitan dan ingin menyentuh luka.
Juan melihat kaki Hazel terluka, mungkin kena goresan bagian tajam besi itu. Serta ada lebam juga di lututnya.
"Sepertinya kaki kamu terkilir juga deh, sebaiknya kamu istirahat saja ya," suruh Juan.
Hazel mengangguk pelan. Perlahan-lahan Juan membantu Hazel berjalan dengan dengan hati-hati, lalu menyuruhnya berbaring kembali. Tapi Hazel menolak untuk berbaring, ia memilih ingin duduk saja. Mungkin lagi trauma kali ya.
"Kamu kenapa sih lari-lari segala? Itukan cuman kecoa, bukannya kamu preman ya disini? Kok sama kecoa aja takut," cibir Juan.
"Kalau kecoa nya jalan santuy, gue sih fine-fine aja. Tapi ini, dia terbang menuju gue. Gimana gue gak panik coba?" gerutu Hazel.
"Fyuh!" Menghela napas.
"Oke, sekarang kamu tidur. Besok kita lanjut cari cara lagi buat keluar dari tempat ini. Apalagi kakimu terluka, lebih baik kita tunda untuk sementara," saran Juan.
"Iya deh," sahut Hazel lemas.
Hazel kembali memejamkan matanya, ia duduk tak jauh dengan Juan disampingnya. Mungkin ia masih merasa takut pasal kecoa tadi.
Tuk!
Tak sengaja kepala Hazel jatuh dipundak Juan.Sebenarnya Juan tidak bisa tidur dan matanya masih terjaga, itu pun ia juga memaksa matanya untuk terpejam. Ketika merasakan sesuatu di pundaknya, ia menemukan wanita cantik bak seperti bidadari. Meski tingkahnya berbeda sekali dengan wajahnya yang sangat feminim. Apalagi dirinya dipancarkan oleh sinar rembulan, jujur Juan jadi terpana sekali pada gadis yang menumpang kepalanya dipundaknya.
Tangan Juan refleks dan tak sadar menyentuh helaian rambut Hazel yang ternyata begitu halus sekali, soal jantung tidak usah ditanya lagi. Jantung Juan terus berdetak dag-dig-dug ser.
Melihat Hazel yang merasa nyaman dielus dirinya, Juan mengurungkan niatnya yang tidak ingin menyentuhnya, takut tidurnya jadi terganggu. Kini berubah ingin terus mengelus rambutnya. Mata Juan tak pernah lepas dari mengagumi kecantikan ciptaan Allah yang satu ini.
"Ketika aku duduk di sampingmu tak berbuat apa-apa, entah kenapa hatiku sudah bahagia, Hazel? Saat kau menjauh dari diriku, hatiku berubah menjadi sesak."
"Hah...." Menghela napas berat. Dan sudah menjauhi tangannya dari helaian rambut Hazel. Ia duduk bersandar menatap cahaya bulan dibalik jendela.
Meraup rambutnya di kepala sambil memejamkan matanya. "Hah.... cinta. Cinta itu membuatku gila saja. Membayangkannya saja membuatku tersenyum sendiri, memikirkannya membuatku jadi terjaga. Karena namanya sudah membuat aku jadi bodoh dan tidak waras begini. Jantungku juga jadi tidak normal," gumam Juan tersenyum menertawakan kekonyolan dirinya sendiri.
"Ah, sudahlah," pungkas Juan pada dirinya sendiri.
Ia memutuskan untuk tidur, meski dipaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Bad Girl
Teen FictionKemerdekaan ketiga saudara berbuat nakal kini harus usai, setelah datangnya ketiga pria mengusik kehidupan mereka yang terlalu bebas. Berawal yang pahit berubah manis. Seperti itu juga nantinya kisah hidup tiga saudara yang tidak dapat diperkirakan...