Kedua preman itu telah sampai dihadapan Hazel, kedua preman itu mendekati Hazel membuat alis satu Hazel terangkat.
"Hai cantik! Lagi sendirian ya?" Mengedipkan mata sambil senyum mesum.
Bukannya menjawab, Hazel malah meludah tepat ke wajah preman yang menanyainya tadi.
"Kalau gue sendirian kenapa?" jawab Hazel senyum seringai.
Kedua preman itu berusaha tetap tenang dan tersenyum palsu supaya Hazel tak curiga pada niat mereka. Padahal Hazel sudah tau dari tampang luar-dalam karena sudah menjadi makanan sehari-hari kalau soal begitu.
"Jangan kasar begitu dong cantik, nanti cantiknya hilang loh," genit preman kedua ingin menyentuh pipi Hazel dengan cepat Hazel menepisnya kasar.
"Stop bilang gue cantik ya! Gue itu jijik dibilang cantik. Gue itu bukan cantik, melainkan sangar. Paham lo!" marah Hazel melototi mereka sambil menunjuk.
Dapat tatapan melotot dari Hazel, sekilas bulu kuduk mereka berdiri. Mereka berusaha tetap tersenyum, meski tadinya merinding melihat aura Hazel tadi
"Ha ha ha.... serah kamu aja. Tapi pokoknya-"
Sret!
Mengarah pisau tajam di hadapan Hazel.
"Serahkan kunci motormu, uang, dan apapun semuanya kamu miliki!" perintah preman satu.
"Termasuk.... hé hé hé.... mahkota berharga mu juga boleh," goda preman kedua mengeluarkan lidahnya membuat mode singa Hazel jadi bangun.
Hazel mengepalkan kedua tangannya, karena tak sanggup dikendalikan lagi.
Puk!
Satu pukulan lolos mengenai dada preman kedua.
"Kamu mau mahkota berhargaku kan." Senyum seringai. "Rasakan ini buat kamu!"
Puk!
Menendang kejantanan milik preman kedua.
"Ha ha ha...." Tawa jahat. "Pecah sudah telur lo sekarang," ucap Hazel senyum jahat.
Hazel sudah membuat babak belur kedua preman itu. Melirik pisau yang di pegang preman satu.
"Jadi-" Menendang pisau yang di pegang preman satu. Jadi, terlempar dan di tangkap Hazel. Lalu ia arahkan pisau itu ke preman.
"Serahkan semua uang kalian! Karena gue lagi butuh uang. Paham lo! Jika kalian menginginkan aset berharga kalian tetap ada," ancam Hazel senyum seringai.
Dengan tangan gemetar kedua preman itu merogoh saku mereka dan menyerah semua hasil rampok mereka dengan korban sebelumnya kepada Hazel. Hazel senyum lebar melihat banyak uang ia dapatkan. Ia menyimpan uang itu di sakunya.
"Pergi kalian, gue enggak butuh motor butut kalian," usir Hazel kembali mendorong motornya mencari tempat jual bensin.
"Hu hu hu.... niat mau rampok dia, kenapa kita yang malah di rampok sih? Hu hu hu.... apes banget hari ini," tangis preman satu kehilangan semua uangnya. Bahkan uang milik dia sendiri habis di rampas Hazel.
"Lo masih mending cuman uang aja yang di rampas. Lah gue, aset laki gue mau ia rampas juga. Untung enggak kenapa-kenapa," keluh preman kedua sama menangis juga.
Saat berpapasan dengan Arman yang baru habis buang air kecil, sedangkan Hazel mendorong motornya.
"Mau kemana, Zel?" tanya Arman.
"Mau cari bensin, mang," jawab Hazel.
"Kalau cari bensin dari sini, enggak jauh lagi, Zel," ucap Arman.
"Oh, gitu. Thanks mang, atas infonya," ucap Hazel senyum senang. Bersemangat mendorong motornya.
Kedua preman yang di rampok Hazel tadi, malah bengong melihat percakapan antara temannya dan wanita tadi tampak begitu akrab sekali. Sedangkan temannya itu berjalan melenggang menghampiri mereka sudah babak belur.
"Lo kenal sama cewek tadi?" tanya preman kedua seolah tak percaya.
"Iya, aku baru ingat. Dia itu Hazel, ketuanya geng King Kobra di tempat sebelah. Dia juga suka rampas duit orang," papar Arman malah tersenyum lebar.
"Hah?" Kedua preman tadi saling menatap kaget.
"Jadi, ketua geng King Kobra itu bukan cowok. Melainkan cewek?" kaget preman satu sangat syok.
"Iya. Hebat kan!" puji Arman memberi jempol.
Terdiam seperti habis kemalingan, tak berapa saat. Preman satu, berteriak seperti orang gila.
"Dia kenapa sih? Kok stress gitu?" tanya Arman bingung menatap preman dua.
"Justru itu masalahnya. Gara-gara wanita itu semua uang kami, ia ambil. Bahkan aset berhargaku hampir aja melayang gara-gara dia. Mau niat rampok dia, eh malah kami yang di rampok," gerutu preman kedua.
Arman geleng-geleng kepala dan menghela napas kasar.
"Kalian sih enggak sabaran. Aku sudah bilang firasatku enggak enak, sebaiknya diselidiki dulu. Eh, malah langsung cap cus aja. Jadi, ini kan dapatnya bagi orang yang suka tidak sabaran," ceramah Arman mengomel.
"Untung aja hasil rampok ku selamat," ucap Arman masih kesal pada temannya.
"Minta ongkos dong, Arman. Gue mau ke rumah sakit buat biaya ini," ucap preman kedua menunjuk asetnya sudah cedera.
Arman sebenarnya tidak mau mengasih, melihat muka memelas temannya. Arman menghela napas kasar dan menyerahkan beberapa lembar uang merah.
"Tapi ingat, ganti! Anggap aja ini pelajaran buat kalian," tegas Arman.
Temannya merasa senang Arman meminjamkannya uang.
"Terima kasih temanku," ucapnya saking tersenyum manisnya.
Arman memutarkan bola matanya dan sudah malas.
~××××~
Hazel sudah selesai mengisi bensin dan juga telah sampai di Mal sesuai alamat yang di chatting Aron. Di parkiran, Hazel menemukan anak buahnya yang sedang menunggu Aron juga. Tak lama Aron datang dengan di antar sopir pribadinya.
Aron mengajak mereka masuk ke dalam Mal. Saat memasuki Mal, mata mereka berbinar-binar kecuali Aron sudah biasa.
"Wih, gede amat ya ini Mal. Rumah gue aja kalah sama luasnya Mal," kagum Putra seperti orang pedalaman.
"Iya, mana tempatnya dingin lagi. Ada AC -nya lagi. Pas banget tempat ini, cocok buat tidur di sini," seru Hazel kegirangan.
Aron tertawa canggung. Entah tertawa menahan rasa malu punya teman pedalaman semua atau apa? Hanya Aron yang tau.
Aron mengajak mereka pergi ke tempat jualan pakaian pria. Ingin Aron membawa Hazel ke tempat pakaian wanita, kalian sudah taulah. Pasti dia mengamuk, sebab dia wanita tomboi.
"Kalian pilih aja pakaian mana yang kalian suka, bebas. Nanti aku bayar, alias aku traktir. Oke?" ungkap Aron mengagetkan mereka.
"Beneran lo, Ron? Gue beli baju dua lusin enggak apa-apa nih?" tanya Hazel masih kaget.
"Ya, enggak apa-apa. Mahal juga enggak apa-apa. Aku pasti bayar kok. Ingat kita ke sini harus happy-happy," ungkap Aron membuat mereka senang.
"Thank you very much, Ron," ucap Farhan lalu kabur menghampiri jaket yang ia suka.
Yang lain juga sibuk mencari baju mereka suka, Aron merasa senang melihat teman-temannya dan bos terlihat berseri-seri.
"Ah, kalau gini gue sekalian aja beli baju buat lebaran mumpung Aron traktir. Kapan lagi coba dapat gratisan, bahkan bisa pilih yang mahal lagi. Hé hé hé...." gumam Putra bersemangat mengambil baju banyak-banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Bad Girl
Teen FictionKemerdekaan ketiga saudara berbuat nakal kini harus usai, setelah datangnya ketiga pria mengusik kehidupan mereka yang terlalu bebas. Berawal yang pahit berubah manis. Seperti itu juga nantinya kisah hidup tiga saudara yang tidak dapat diperkirakan...