45.

6 1 0
                                    

Waktunya jam istirahat, setelah habis ke kantin. Hazel dan anak buahnya nongkrong di dekat pohon mangga, baru niat curi mangga sekolah. Dari kejauhan, beruntung Aron melihat Juan datang kemari. Mereka cepat-cepat duduk dan bersikap biasa seolah tak terjadi apa pun.

"Guys, aku bisa kan nimbrung sama kalian?" tanya Juan senyum saking sopannya.

Bukannya dibalas dengan senyuman juga, Hazel malah membalasnya dengan tatapan sinis. Begitu juga dengan anak buahnya, merasa tak nyaman ada keberadaan manusia angker satu ini.

"Bagaimana ni bos? Bisa-bisa kita enggak jadi bolos deh bos, beli semur jengkol di warung Bu Maimunah," ucap Putra bicara pada bosnya dari batin ke batin. Anggap saja mereka ngomong secara telepati.

"Jangankan ke warung Bu Maimunah. Kita aja enggak bisa makan mangga. Duh! Kasihan banget perutku itu jadi cacingan," keluh batin Gilang merengut.

Hazel dan anak buahnya jadi murung, mereka lagi bersama. Di tengah mereka sedang asyik memikirkan cara menjauhi ketos itu dari mereka. Tanpa izin lagi, Juan langsung duduk berdesak-desakan ditengah-tengah antara Hazel dan Aron. Melihat Juan yang mendesaknya, mata Hazel sontak terbelalak pada kelakuan pria menjengkelkan ini.

"Woy! Gue belum beri lo izin. Kenapa lo malah asal duduk desak-desakan gini? Memangnya badan lo itu enggak gede apa?" marah Hazel menatapnya tajam.

Pria itu tampaknya tidak takut sedikit pun, malah ia menyengir-nyengir seolah Hazel merasa di ejeki oleh ketos bangs*t itu.

"Pergi enggak!" usir Hazel mendorongnya membuat Aron ikut terdorong juga.

"Enggak mau. Ini kan tempat umum. Jadi, terserah aku dong," ucap Juan terdengar menantang di telinga Hazel.

"Kurang ajar banget ini anak! Rasanya ingin ku cabik-cabik aja si bab! ini. Lama-lama, gue bisa darting kalau terus begini," geram batin Hazel sambil mengepalkan kedua tangannya sebagai melampiaskan amarah.

Memejamkan mata sejenak. Kemudian, dia kembali menatap Juan sedang membuka kotak bekal. Ketika melirik isi kotak bekal Juan, amarah Hazel jadi sirna.

Tanpa pikir panjang, Hazel langsung mencopot sepotong kue bolu coklat milik Juan. Lalu, ia makan dengan lahap. Tanpa izin lagi dengan Juan, Juan sedikit kaget dan bengong menatap Hazel sedang makan dengan lahap.

"Lo itu kenapa sih ikut in gue terus? Apa lo naksir ya sama gue?" cecar Hazel sambil mulutnya dipenuhi kue.

"Bisa enggak, sebelum ngomong itu makanannya di dalam mulut itu ditelan dulu. Setelah sudah di telan, baru ngomong," ceramah Juan.

Hazel mengikuti kata-kata Juan. Ia juga langsung mengambil air minum di tangan Juan, dengan dahaga ia minum. Sehingga, airnya tersisa setengah botol. Tapi Juan terlihat tidak marah sedikit pun. Malah ia membantu memberikan tisu pada Hazel.

"Kalau aku naksir, kenapa?" Senyum jahil.

"Diam ya mulut lo! Mau gue sumpal mulut lo pakai rumput? Biar sekalian cosplay sama embe. Paham lo? Ngomong enggak dikira-kira banget," marah Hazel cemberut.

Lagi-lagi Juan tidak terlihat takut, malah dia terkekeh geli melihat kelakuan Hazel saat marah. Sontak Hazel membuang muka darinya. Tiba-tiba Hazel teringat sesuatu.

"Oh ya, mengenai program yang ibu Azalea katakan tadi. Maksudnya itu program apaan? Apa ini ada hubungannya dengan lo?" cecar Hazel penuh selidik.

"Oh, itu." Memasukkan kripik ke dalam mulutnya. "Itu program awasi kamu 24 jam, biar kamu tidak bandel lagi," ucap Juan santai.

"Hah?" Mendadak telinganya jadi tuli.

"Awasi gue 24 jam? Enggak salah lo awasi gue 24 jam?" sedikit berteriak Hazel sambil mengomel.

Mengepalkan kedua tangannya di atas pahanya. "Maaf ya!" Menatap sangat tajam. "Gue enggak butuh scurity kek lo. Gue juga bukan bayi atau pun aktris yang mesti lo jaga tiap hari. Apalagi 24 jam. Maaf aja ya, gue ogah memperkerjakan elo jadi scurity buat gue. Mending lo jadi babu gue aja, jauh lebih bermanfaat bagi nusa dan bangsa gue. Paham lo!" tegas Hazel marah.

"Betul!" sahut anak buah Hazel mendukung mirip demo aja.

Sekilas Juan tersenyum seringai, tapi ia sembunyikan.

"Ini juga bermanfaat bagi nusa dan bangsa kok, Hazel. Bahkan, bermanfaat sekali. Ya.... kalau yang kamu maksud nusa dan bangsa buat kenakalan sih. Memang masuk akal banget, enggak bermanfaat. Tapi justru itulah, harus dimusnahkan. Biar bangsa kami jadi sejahtera bagi nusa dan bangsa," sahut Juan tersenyum ramah.

Putra mendekati telinga bosnya. "Bos, kok dia malah membahas pelajaran PKN sih bos?" bisik Putra mengerutkan keningnya.

Seolah otaknya berasap mendengar perdebatan bosnya dan ketos, sulit untuk dipahami oleh otak Putra yang masih berkapasitas kecil dan rada kurang konek.

"Tau dia." bisik Hazel garuk-garuk leher bingung sendiri. Padahal dia sendiri yang memulai, malah dia yang bingung. Benar-benar aneh.

"Arrghh! Pokoknya gue enggak mau lo awasi gue. Pergi!" Menunjuk arah lain seolah mengusirnya. "Cari aja target selain gue, kayak enggak ada orang yang lebih nakal aja dibandingkan gue," marah Hazel sudah berdiri dan berkacak pinggang.

"Memang sih ada yang nakalnya sama sekali kamu. Kecuali kamu mau tukar, aku jagain Kak Lisa yaitu kakaknya kamu. Sedangkan kamu di awasi sama Pak Lucas."

Glek!

Mendengar nama guru killer, kejam, nan psikopat itu. Seketika Hazel dan anaknya buahnya bergidik ngeri. Apalagi Hazel dan Aron pernah melihat kejadian semalam, menonton secara live. Lucas memukul pacar Lisa sampai lupa diri. Beruntung ada Lisa menghentikannya. Kalau tidak, bisa-bisa si Jodi pindah alam.

Hazel dan Aron lekas menggelengkan kepalanya, diikuti anak buahnya yang lain sama merindingnya.

"I-i-ya deh, mending sama lo aja," ucap Hazel merasa merinding.

Di susul anggukan anak buahnya setuju dengan pendapat bosnya. Juan sekilas tersenyum puas.

"Nah! Gitu dong," ucap Juan tersenyum lebar. Sedangkan Hazel dan Aron masih terbayang-bayang kejadian malam kemarin.

"Ah, mending sama dia daripada gue kena bugem. Lagi pula, Kak Lisa jauh lebih membutuhkan Pak Lucas dibandingkan gue. He he he...."

"Kira-kira reaksi Kak Lisa gimana ya? Pas tau Pak Lucas yang jaga in dia. Hi hi hi...." batin Hazel sekilas tersenyum jahil.

Hazel terpaksa kembali duduk di dekat ketos itu, begitu juga anak buahnya. Terpaksa menerima Juan. Daripada mereka bersama guru killer yang menyeramkan itu.

Mereka menghela napas kasar bersamaan, sedangkan Juan santai-santai saja. Aron menggelengkan kepala sekilas dengan wajah lesu. Begitu juga dengan Hazel dan lainnya.

"Gagal deh mau bolos beli gado-gado sambil ngopi dan ngerokok. Dah lah, kayaknya habis pulang sekolah aja nongkrongnya," batin Hazel murung.


3 Bad Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang