26.

8 1 0
                                    

Senyum seringai. "Hm, sepertinya pangeran berkuda mu sudah sampai ya, menjemput nek lampir," cibir Hazel senyum mengejek.

"Apa maksud kamu sebut aku nenek lampir? Hah! Justru kamu itu penjahat kelas kakap," teriak Pricilla murka sambil memberontak, melepaskan genggaman kuat dari Hazel.

"Hazel! Lepaskan dia, Hazel! Tangannya bisa sakit, jika kamu tidak melepaskannya," mohon Juan baru sampai dihadapan mereka.

Terdengar sedikit terengah-engah di telinga Hazel karena lelah berlari meleraikan mereka berkelahi.

"Hm, bodo amat," ketus Hazel membuang muka dari Juan.

Juan bengong atas respon Hazel seperti menantangnya.

"Hazel, jika kamu masih keras kepala tidak mau melepas tangan Pricilla. Dengan sangat terpaksa, aku akan memberimu hukuman. Bagaimana?" ancam Juan.

Akhirnya, Hazel melepaskan tangannya. Pricilla lekas bersembunyi dibelakang Juan, takut disakiti Hazel lagi. Hazel memasang sorot mata tajam pada Pricilla.

"Kali ini lo beruntung, nek lampir." geram Hazel memutuskan pergi, diikuti anak buahnya mengikuti Hazel dari belakang. Setelah Hazel sudah pergi jauh.

"Silahkan aja! Aku enggak takut tuh." Menantang. "Lagian aku punya oppa Juan selalu lindungi aku," Ke GR-an sambil senyum angkuh. "Ya kan, oppa Juan?" Menatap Juan senyum genit.

Tidak ada respons. Malah Juan.

"Rafa, lo anterin dia ke UKS ya! Soalnya aku  ada kerjaan," perintah Juan langsung pergi, tanpa menoleh sedikitpun pada Pricilla.

Hal itu, membuat Pricilla sangat kesal dan semakin membenci Hazel. Rafa garuk-garuk kepala pada tingkah Pricilla, tiba-tiba saja kasar.

"Bodo amat ah. Serah dia aja, mau apa. Kayak dia aja yang harus diurusi, gue juga banyak kerjaan kale," marah Rafa pergi juga. Namun, berlainan arah dengan Pricilla.

~××××~

Juan telah selesai mengurus tugas OSIS, ia pergi keluar menghampiri Iqbal di teras ruang OSIS sedang mengobrol dengan Ridwan dan Tristan.

"Guys! Aku bisa minta tolong enggak sama kalian?" pinta Juan.

"Minta tolong apa, bro?" tanya Tristan sambil mengunyah permen karet.

"Ini, tolong kalian bagi undangan ini ke kelas 10 dan 11 ya! Untuk kelas 12 dan kelas Hazel, biar itu urusan aku saja," perintah Juan.

"Siap, bro," sigap Tristan.

Juan membagi undangannya, mereka pun pergi berpencar membagi undangannya.

Melihat kehadiran Juan, dengan lekas Hazel membuang rokok dalam mulutnya keluar jendela. Begitu juga dengan Alex dan Farhan mematikan rokok mereka. Kemudian, mereka buang ke bak sampah tertutup. Hazel dan anak buahnya menyambut Juan dengan senyuman, begitu manis. Tentu Juan membalas senyuman anak-anak curut.

"Hm, kayak ada bau asap rokok ya di dekat kalian," ucap Juan mengibas-ibas tangannya dari bau rokok sambil senyum ramah.

"Hahahaha.... perasaan lo aja kali, kita sudah tobat kok. Ya kan guys?" Menoleh ke anak buahnya.

"Yo'i," sahut mereka kompak.

"Hm, bagus," puji Juan sebenarnya tidak percaya pada anak curut.

"Ini!" Menyerahkan undangan pada Hazel dan kawan-kawan. "Kalian datang ya, ke pesta ulang tahun Kak Thalia," pinta Juan.

"Hé hé hé.... tumben, lo datang bawa keberuntungan buat gue. Biasanya lo datang bawa sial mulu buat gue," kekeh Hazel kecil bicara blak-blakan.

"Oh." Dingin Juan, merasa tidak senang. "Aku pamit dulu ya." Membalikkan tubuhnya, dikira mereka sudah pergi.

3 Bad Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang