Dengan satu tarikan napas, Rubi berusaha santai mengikuti Ardiono yang jalan di depan sambil menggandeng Ganendra dan dirinya merangkul Gayatri.
Selama dalam perjalanan menuju Taigersprung, Rubi memilih tidak banyak bicara. Ia takut salah ngomong, pun sebaliknya, ia khawatir Ardiono mengatakan sesuatu yang tidak ingin didengarnya.
Dua jam, hanya dua jam, Rubi. Kamu bisa melalui ini. Batinnya menyemangati.
Seorang wanita dengan kerudung merah muda, yang ia duga bernama Sekar, melambai ke arah mereka ketika melihat rombongan yang ditunggunya memasuki restoran.
Dari perawakannya, Sekar berbeda sekali dengan Rubi yang cenderung bongsor kata kebanyakan orang. Ibu dari Gayatri dan Ganendra itu memiliki tubuh yang lebih kecil, wajah tirus dan bibir tipis. Rubi melihat banyak kemiripan antara Sekar dan Ganendra di sana.
Jadi ini wanita yang lebih dulu memiliki Ardi? Pikirnya.
"Apa kabar, Di?" Sapa wanita itu seraya memandang Ardiono, kedua anaknya dan juga Rubi secara bergantian.
Ardiono mengabaikan sapaan tersebut, ia malah menarikan kursi untuk Rubi dan Ganendra. "Kamu duduk di situ, Ganen sebelah bunda. Mbak Yaya sebelah ayah."
Rubi menurut, namun sangat disayangkan, sikap suaminya membuat Rubi merasa tidak nyaman. Ia takut dikira cemburu dan membujuk Ardiono supaya bersikap tidak sopan kepada sang mantan istri.
"Kamu sudah pesan?" Tanya Ardiono pada Sekar.
Sekar memilih meja panjang dengan kursi untuk enam orang. Ganendra duduk di antara Rubi dan Sekar. Sedangkan Ardiono berhadapan dengan Rubi dan di sebelahnya Gayatri.
"Baru untuk aku aja. Mbak sama adek mau apalagi?" Balas Sekar.
"Kita sukanya dimsum sama mie tarik, Bu." Jawab Gayatri. "Ganen mau apa?"
"Bunda, dimsumnya berdua ya sama Ganen? Terus mantau kukus sama apa lagi, Bun biasanya? Nggak ada menu ya." Ganendra celingukan mencari waiter, bocah itu terdengar bersemangat membuat Rubi membantunya memanggil waiter untuk meminta menu.
"Ganen sudah gede ya? Sudah bisa pesan sendiri?" Sekar terdengar kagum mendengar Ganendra yang berusia delapan tahun itu menyebutkan menu yang dipesannya pada pelayan restoran.
"Iya, ini tempat kesukaan Ganen sama Bunda."
"Mbak Yaya juga ya, Ganen." Gayatri menyaut tidak ingin ketinggalan membuat Sekar tertawa kecil.
Rubi merasa lega melihat interaksi Ganendra dan ibu kandungnya yang tidak canggung sama sekali. Ia sempat takut si bungsu akan tantrum dan bersikap ketus, mengingat drama yang terjadi sebelum mereka berangkat tadi.
"Saya Sekar." Ibu Gayatri dan Ganendra menyentuh pundak Rubi untuk memperkenalkan dirinya.
"Saya Rubi." Ia membalas keramahan tersebut dengan bertukar senyum dan saling menjabat tangan.
Sejak mereka datang, Rubi tidak kepedean dengan menjelaskan siapa dirinya. Pun Ardiono yang hanya diam saja seolah ingin menegaskan pada Sekar bahwa pertemuan malam ini murni demi kepentingan anak-anaknya.
Rubi jadi teringat ketika pertama kali diajak Ardiono menemui Noto dan Rukmini, persis, Ardiono membisu dan berkutat dengan pikirannya sendiri.
"Makasih, Rubi sudah bawa anak-anak ke sini." Sekar berujar dengan tulus. "Kalian sering makan di sini?"
Rubi mengangguk. "Makanan kesukaan saya dimsum sama mie. Anak-anak ikutan suka juga."
"Permisi, mie tarik di sebelah mana?" Ujar pelayan restoran yang menyajikan makanan mereka satu per satu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sebentar
RomanceArdiono Bameswara memerintahkan orang kepercayaannya untuk memasang pamflet dengan judul "Dicari Calon Istri dengan IPK Cumlaude." Rubi Albarsya terkejut ketika mengetahui beasiswa yang selama ini ia dapatkan setiap bulan tiba-tiba saja diputus. Ard...