26 - Apaan Sih?

5.1K 435 4
                                    

"Mas, saya mau pesan ifumie sama nasi sop buntut kuah. Masing-masing satu porsi." Ujar Ardiono melalui sambungan telepon.

Pria itu berhasil bertahan dalam meeting yang berlangsung selama tiga jam. Sakit kepalanya masih saja mengganggu sejak kemarin siang. Padahal ia sudah cukup tidur, meminum obat, makan makanan berkuah dan mengurangi caffeine.

Rubi
Saya sudah dekat hotel

Ardiono
Oke

Ardiono segera bangkit dari duduknya dan menuju lobi hotel karena Rubi akan membutuhkan kartu akses  untuk naik ke kamar.

Dulu, ia sering melakukan silent treatment atau mendiamkan seseorang ketika dikuasai amarah. Entah itu kepada bawahan, asisten atau orang rumah.

Dengan Rubi berbeda. Ia ingin mendengar secara langsung penjelasan istrinya itu. Ia juga sengaja membelikan tiket agar wanitanya berjarak dengan Danu untuk beberapa hari.

"Makasih, Pak." Ujar Rubi kepada supir taksi yang membantunya menurunkan koper. Lalu menoleh pada Ardiono yang berdiri di lobi. "Kamu kok pucet?"

Ardiono mengambil alih koper tersebut dan berjalan di depan. "Saya sudah pesan makan siang. Room service."

"Ih, kamu belum jawab pertanyaan saya." Rubi meremas pergelangan tangan Ardiono dan berjinjit mencoba melihat ke dalam mata sang suami yang ia palingkan.

"Biar impas. Saya juga mau tanya sesuatu." Ardiono tidak terdengar bersahabat.

Padahal, ia sangat merindukan Rubi, ingin memeluk dan mencium aroma tubuhnya. Tapi ia urungkan niat tersebut. Ia memilih melakukan perang dingin.

Tidak, Ardiono tidak sedang cemburu. Ia paham bahwa pernikahan mereka masih dirahasiakan sampai Rubi lulus kuliah. Hanya saja, ia terlalu sombong. Ia tidak mau mengalah.

Apa yang sudah menjadi miliknya, tidak boleh dinikmati oleh orang lain. Shiz! Kenapa pikirannya seolah telah terjadi sesuatu antara Rubi dengan si Danu sialan itu?

"Makanannya masih lama?" Tanya Rubi ketika mereka sudah sampai di kamar.

"Kayaknya."

"Oke, saya mandi dulu."

Ardiono kembali meringkuk di kasur setelah Rubi bergegas pergi ke kamar mandi. Ia mengirimkan pesan singkat pada kedua anaknya untuk mengabarkan kalau bunda mereka telah sampai dan langsung dibalas dengan panggilan video.

"Yahhh, ayah nggak kangen kita apa?" Tanya Ganendra tanpa aba-aba.

Ardiono yang mendengar celoteh anaknya langsung tertawa, "salam dulu dong sama ayah."

Ganendra terkekeh, "assalamu'alaikum ayah. Bunda mana, Yah?"

Ia tau anak-anaknya akan mencari Rubi dibanding dirinya. "Wa'alaikumsalam. Bunda lagi mandi. Ganen sama Mbak Yaya apa kabar?"

Gayatri yang berada di belakang Ganendra langsung memajukan badannya. "Baik, Yah. Ayah kapan pulang?"

"Kok ayah betah ya di sini?" Goda Ardiono.

"Ya udah nggak apa-apa, ayah di sana aja. Tapi bunda suruh pulang." Jawab Ganendra dengan teganya.

Yang membuat Ardiono tergelak karena kelancangan mulut anaknya itu. "Ayah tutup dulu ya telfonnya. Ini ada room service. Mau makan dulu sama bunda."

"Iya. Jangan lupa makan ya, Yah. Bilang bunda juga." Pesan Ganendra yang seperti orang tua membuat Ardiono menggelengkan kepalanya.

***

Bukan SebentarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang