Sore harinya, Rubi baru saja selesai membantu Gayatri dan Ganendra belajar untuk ujian akhir semester mereka. Banyak sekali perkembangan akademik anak-anaknya setelah ia datang ke rumah ini, terutama dalam hal logika.
Dari zaman ia sekolah sampai puluhan tahun kemudian, pelajar cenderung menggunakan teknik menghapal daripada memahami. Ini hal yang coba Rubi ubah ketika mendidik kedua anaknya.
"Rubi, nyemil sore dulu untuk anak-anak." Rukmini memasuki kamar Gayatri di mana mereka berkumpul untuk bersantai sambil membaca buku.
"Apa nih, Bu?" Tanya Rubi mengamati isi mangkok yang berwarna coklat dan putih.
"Bubur sumsum sama biji salak. Ini kesukaan Ardi dan anak-anak. Cobain." Rukmini menuangkan ke piring kosong yang memang sudah dibawakan juga oleh Bu Atin.
"Eyang.." Panggil Ganendra yang sekarang sedang bersandar di lengan Rubi. "Ganen nggak mau ketemu ibu, ah!"
Dengan gerakan cepat, Rukmini menatap Rubi, "Sekar menghubungi Ardi?"
"Namanya Sekar, Bu?" Kini Rubi yang justru balik bertanya.
Mertuanya itu belum menjawab pertanyaan Rubi, beliau malah sibuk menuangkan bubur sumsum, biji salak, gula merah dan santan ke piring Gayatri dan Ganendra.
"Mbak Yaya ke kamar Ganendra dulu." Ucap Rukmini sambil membantu kedua cucunya berdiri dan membawa mereka keluar kamar. Lalu wanita paruh baya itu menutup pintu untuk berbicara empat mata dengan Rubi.
"Rubi, Ibu nggak mau ikut campur sebetulnya." Rukmini memulai. "Tapi, Ardi nggak pernah cerita padamu, nak?"
Rubi menggelengkan kepala dengan lemah. Pertanyaan Rukmini membuat Rubi seolah-olah sedang menghadapi masalah besar.
Seingatnya, sang suami tidak pernah membicarakan sang mantan istri. Pun ia, tidak pernah ingin tahu tentang pernikahan pertama Ardiono.
Atau pria itu pernah bercerita tapi Rubi tidak memperhatikannya? Tidak mungkin. Ia adalah wanita yang pandai multi tasking.
Pagi tadi saja ketika sedang sibuk menyiapkan bekal, ia mendengar dengan jelas kalau Ardiono meminta kedua anaknya menemui ibu kandung mereka. Jadi, tidak mungkin kalau cerita tentang mantan istri ini terlewatkan begitu saja dari ingatan Rubi.
"Oke, kalau Ardi tidak pernah cerita, ibu juga tidak akan menceritakan ini padamu." Rukmini mencoba bijaksana. "Yang jelas, Sekar dan Ardiono sudah selesai, Bi. Kamu nggak usah khawatir. Bapak juga sudah mengusir wanita itu jauh-jauh dari Jogja. Ia hanya akan kembali ke sini akhir tahun seperti sekarang dan nanti di hari ulang tahun Gayatri atau Ganendra yang memang mereka sama-sama lahir di bulan Juni."
"Saking jarangnya mereka bertemu, kadang anak-anak akan ngambek seperti sekarang. Ardiono selalu menolak ikut kalau ibu suruh. Walaupun Sekar sudah jahat sama anak ibu, tapi ibu nggak mau kalau Gayatri dan Ganendra tidak sopan dan abai sama ibu kandung mereka."
"Setelah hadirnya kamu di tengah hidup Ardiono dan anak-anak, semakin susah juga untuk membujuk anak-anak bertemu Sekar. Mereka sudah lupa rasanya berlama-lama dengan ibunya. Yang ada cuma perasaan canggung dan asing."
"Jadi, ibu mohon, Rubi bisa paham ya keadaan Ardiono. Permintaan ibu memang terlalu besar, kamu pasti ada perasaan kesal dan cemburu, tapi untuk anak-anak ibu harap kamu mengerti."
Sejak mendengar tentang Sekar pagi tadi, Rubi memang sudah mempersiapkan hati dan pikirannya agar tidak mudah baper dan over thinking.
Serba salah menjadi seorang yatim piatu seperti dirinya. Mau mengeluh pada Anggun, sama saja dengan membuka aib rumah tangga. Kalau bercerita pada Rukmini, ia sudah menduga kalau sang mertua akan membela anak kandungnya sendiri dan menyuruh Rubi untuk lebih bersabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sebentar
RomanceArdiono Bameswara memerintahkan orang kepercayaannya untuk memasang pamflet dengan judul "Dicari Calon Istri dengan IPK Cumlaude." Rubi Albarsya terkejut ketika mengetahui beasiswa yang selama ini ia dapatkan setiap bulan tiba-tiba saja diputus. Ard...