50 - Tukang Pijat

5.2K 337 8
                                    

Walaupun sudah menikah, hamil dan memiliki dua anak, Rubi mampu menyelesaikan skripsi tepat waktu, lalu sebulan setelahnya sidang skripsi dan lulus dengan IPK Cumlaude. Ia tidak percaya telah melalui semuanya di usia yang sangat muda, dua puluh tiga tahun.

Bukan hal yang mudah karena ia memiliki banyak keluhan di kehamilan pertama tersebut. Mulai dari mual ketika mencium bau menyengat sampai didiagnosa mengalami diabetes. Untungnya, dokter mengatakan kalau diabetes tersebut hanya karena ia sedang mengandung, setelah melahirkan, semuanya akan kembali normal. Walhasil, ia rajin memantau kadar gulanya, sering berolahraga ringan dan banyak bergerak.

Rencana hidupnya memang banyak yang berubah namun Rubi tetap bersyukur pada Yang Maha Esa. Ia juga senang, karena kesulitannya mencari beasiswa lah yang mengantarkan ia bertemu dengan Ardiono Bameswara, sang suami dan ayah yang siaga.

Ketika memasuki usia kandungan dua puluh minggu, pria itu melakukan renovasi dan dekorasi pada gudang di sebelah kamar mereka. Menyulapnya menjadi kamar bayi. Awalnya Rubi ingin kembali ke rumah utama, merenovasi kamar tidur dan kamar bayi di sana, namun Ardiono tetap suka berada di kamar yang sekarang mereka tempati.

Ya sudah, Rubi menurut saja. Yang penting Ardiono tidak pernah mengeluh telah menggelontorkan banyak biaya untuk anak mereka. Apalagi, Rubi selalu ingin belanja di Galeries Lafayette, Seibu dan Mothercare Jakarta karena unik dan lebih lengkap.

Belum lagi, ia juga memiliki nomor Whatsapp store assistant di sana. Ketika ada barang baru, pasti mereka akan menghubungi. Akhirnya, Rubi gelap mata perihal baju bayi, stroller, karpet, kebutuhan MPASI sampai mainan yang merangsang motorik anaknya kelak.

Gayatri dan Ganendra juga di usia yang sudah paham arti memiliki adik. Mereka membantu mencarikan nama, mengajak bicara, mengingatkan Rubi perihal jadwal Yoga dan laktasi. Keduanya tidak pernah protes kalau harus bolak-balik dari rumah depan ke belakang demi sering-sering menengok bunda dan calon adiknya. Apapun akan Ganen dan Mbak lakukan untuk bunda, begitulah celotehnya.

Yang Rubi hampir lupakan ialah babysitter. Sebagai pria yang sudah berpengalaman, Ardiono juga yang mencarinya ke sebuah yayasan. Ketika itu, Rubi baru selesai sidang dan sedang sibuk-sibuknya revisi skripsi.

Sekarang, usia kandungan Rubi memasuki minggu ke tiga puluh satu. Badannya semakin membesar dan pegal luar biasa. Geraknya semakin lambat dan ia lebih banyak rebahan.

Di saat seperti itu, ia paling suka dipijat. Ardiono yang baru kembali dari perjalanan bisnis segera mandi, memakai baju tidur lalu bergabung dengan Rubi di kasur.

"Manja banget sih, harus nunggu aku." Canda Ardiono yang sekarang sudah duduk di dekat kaki Rubi. "Pegel banget ya?"

Rubi memnyunkan bibirnya. "Aku bengkak ya, Mas?"

Ardiono ingin tertawa sebenarnya. Rubi terlihat sangat menggemaskan setelah hamil. Pipinya chubby, ia rasa, hidungnya jadi lebih mekar.

"Tuh kan bukannya dijawab!" Protes Rubi.

"Enggak sayang, kamu cuma hamil aja." Ardiono memijat betis Rubi lembut.

"Pokoknya habis ini aku mau diet." Rubi mengambil bantal hamilnya dan diletakkan menyamping. "Tolong punggung aku dong, Mas. Sama pinggang ini pegal banget seharian."

Ardiono berpindah ke belakang. Ia menarik dress tidur Rubi sampai sebatas pinggang. Untuk sesaat, ia menelan liurnya dengan susah payah melihat tubuh Rubi yang masih saja membuat bulu romanya meremang.

"Bi, dibuka aja sekalian bajunya." Saran Ardiono nakal.

"Ihhh kamu mah mesum."

Ardiono terkekeh, tapi tetap saja ia lakukan dan Rubi tidak menolak. "Nah kalau begini kan aku leluasa."

Bukan SebentarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang