20 - Repot Banget

5.7K 479 10
                                    

Rubi dan Ardiono mengantar anak-anak sekolah. Dengan ceria, Ganendra memperkenalkan Rubi pada beberapa teman-temannya dan sekelompok ibu-ibu yang sedang berkumpul untuk membicarakan acara Entrepreneur Day (ED) pekan depan.

Setelah Ganendra masuk kelas, Rubi bergabung dan mendengarkan apa itu ED.

Ya ampuuun, terakhir kali gue SD mana ada entrepreneur day entrepreneur day beginiiii.

"Besok siang ya, Bunda Ganen meeting-nya." Ujar Bu Sofa. "Nanti kita diskusi mau jual apaan aja, biar nggak samaan satu sama lain."

"Biasanya jual makanan aja, Bu?" Tanya Rubi yang belum berpengalaman.

Bu Fitri mengiyakan, "yang paling laku biasanya itu. Kalau mau jual selain makanan boleh. Misalnya Bu Rubi jual puding sama jual gelang manik-manik. Jadi tetap ada makanan. Acaranya juga dilaksanakan pukul sepuluh, sudah waktu makan cemilan biasanya."

Rubi baru tahu, SD zaman sekarang ada snacking time.

"Keuntungan dan pendapatannya lumayan, Bu Rubi." Sambung Bu Fitri. "Anak-anak juga senang banget kalau dapat banyak uang. Kayak kita juga, Bu sukanya uang."

Ucapan Bu Fitri disambut tawa yang lain. "Ngomong-ngomong, Bu Rubi umurnya berapa? Muda banget ya?"

Rubi sudah yakin akan mendapatkan pertanyaan seperti itu. "Iya, Bu. Dua puluh dua tahun."

"Ya ampuuun, saya aja lupa kapan terakhir kali umur dua puluh dua." Canda Bu Sofa. "Nggak apa-apa kalau nggak ngerti, tanya kita aja."

Akhirnya, Rubi bisa bernapas lega. Para wali murid hanya bertanya sampai di situ saja. Lagi-lagi, pikirannya yang berlebihan.

Mungkin karena sejak kecil, Rubi terlalu takut dengan pertanyaan, ayah kamu di mana. Atau, kok sendiri? Ibumu sibuk makanya nggak bisa hadir?

Pengalaman itulah yang membuat Rubi selalu keringat dingin. Kepalanya selalu menciptakan skenario terburuk karena memikirkan jawaban yang bahkan belum ada pertanyaannya.

"Gimana tadi?" Tanya Ardiono ketika mereka sudah di mobil menuju kantornya untuk mengurus beberapa masalah. Pria itu masih akan libur sampai dua hari ke depan.

"Baik kok ibu-ibunya. Lumayan nyambung ngomong sama mereka." Jelas Rubi. "Besok mereka mengadakan meeting."

Ardiono mengangguk. "Nanti jam sepuluh kamu belajar nyetir ya. Cuma sejam setengah aja kok."

Rubi melongo. "Secepat itu, Pak? Emang mobil yang dikasih Pramono sudah sampai?"

Suaminya tertawa. "Pakai mobil dari tempat kursus dong, Bi."

"Saya nggak suka kalau berduaan doang sama laki-laki." Keluh Rubi.

"Instrukturnya perempuan. Saya juga nggak mau kamu cuma berduaan sama laki-laki di mobil. Kecuali sama saya."

Eh apa tadi? Kenapa dari kemarin dia makin genit sih? Rubi salah tingkah.

Ardiono melanjutkan. "Terus, kita makan siang di tempat Ibu. Beliau mau ngajarin kamu masak makanan kesukaan saya."

"Oke."

"Baju ganti kamu sudah dibawa kan?"

Rubi mengangguk. "Sudah."

Bukan SebentarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang