25 - Gusar

5.1K 394 2
                                    

"Aku belum sempet nanya sesuatu." Ujar Danu dengan penuh kehati-hatian.

Sekarang, mereka berada di lobby Amplaz menunggu taksi online pesanana Rubi datang.

Awalnya, pria itu memaksa untuk mengantar pulang seperti kebiasaannya dulu, tapi Rubi menolak. Secara, Danu tidak tahu kalau Rubi sudah menikah dan tidak lagi tinggal di kos-kosan

"Shoot. Tanya aja." Balas Rubi sambil sesekali memperhatikan plat nomor mobil yang berlalu lalang.

"Tentang penampilan baru kamu. Kenapa pakai kerudung?"

Rubi menoleh lalu mengangkat bahu. "Hmm, nggak tau. Tiba-tiba pengen aja."

Danu tersenyum mendengar jawaban itu. "Cocok di kamu."

"Makasih." Rubi memalingkan muka dan mendadak canggung dengan keadaannya yang sudah menjadi istri orang, tapi malah mendapat pujian dari pria lain. Ini memang salahnya sejak awal; mengiyakan ajakan Danu untuk menonton bersama.

Dulu, Rubi sering menolak ajakan pria itu karena kesibukannya. Sekarang, ada waktu luang tapi sering merasa tidak enakan kalau menolak niat baik orang lain.

Kalau boleh jujur, Rubi terkadang lupa dirinya sudah menikah. Malah, ia kerap menganggap Ganendra dan Gaytri adalah anak muridnya. Aneh banget. Tapi, memang dengan alasan tersebut kan ia dinikahi? Untuk mendidik anak-anak Ardiono sampai meraih nilai yang memuaskan?

"Aku inget pertama kali ketemu kamu." Ucap Danu lagi. "Bukan di sekret tau."

"Masa sih?" Rubi mengangkat sebelah alisnya. "Di mana emangnya?"

"Di masjid deket kos kamu. Kebetulan kos kamu sama kosnya Faisal deketan." Danu mengingatkan. "Terus, waktu sholat Jum'at, kamu di sana lagi bagi-bagi makanan"

Rubi tertawa kecil, "oh iya, Jum'at berkah. Aku diajak sama ibu kos."

"Nggak berapa lama setelah kejadian itu, ketemu lagi di kampus, oh ternyata kita satu kampus. Pikirku waktu itu." Lanjut Danu.

"Dulu aku kerdus alias kerudung dusta." Rubi memang memakai kerudung sesuka hatinya.

"Jadi yang ini sudah pasti? Nggak dilepas-lepas lagi?

Rubi menggelengkan kepala seraya menatap Danu. "Enggak."

"Cantik. Semoga istiqomah."

Gleg! Tiba-tiba perasaan bersalah muncul di relung hatinya. Rubi semakin khusyuk memanjatkan doa supaya taksi online segera datang dan membawanya kabur dari situasi yang kikuk ini. "Makasih, Mas."

"Ada lagi sih, Bi yang mau aku omongin." Danu nampak ragu. "Tadinya mau aku utarakan setelah wisuda. Tapi, nunggu satu bulan rasanya lama banget."

Jangan yang itu, jangan yang itu. Rubi berusaha santai, padahal sedang panik. Ia tidak terbiasa merahasiakan apapun kecuali latar belakang keluarganya. "Sekarang aja kalau gitu."

"Mau menikah denganku, Bi?" Tanya seniornya itu. "Tidak tahun ini atau tahun depan. Aku yakin kita masih mau menggapai mimpi masing-masing terlebih dahulu."

Danu menanyakan hal yang membuat Rubi tidak kaget sama sekali. Tapi tetap saja, tidak di depan lobi mall juga.

Selama pertemuan itu, seniornya sudah beberapa kali menyinggung dan memberikan kode tentang berkeluarga dan istri idaman. Rubi tidak menanggapi karena ia sudah memiliki keluarganya sendiri.

Bukan SebentarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang