Ardiono sudah berada di kamar Gayatri. Mereka bertiga duduk melingkar di karpet. Sesuai rencana, ia akan meminta izin pada kedua anaknya untuk menikah lagi.
"Ayah mau memperkenalkan kalian kepada seorang perempuan." Ujar Ardiono tenang.
"Mbak Filzah, Yah?" Tebak Ganendra yang berada di pangkuannya.
Ardiono tertawa kecil. "Bukan."
"Siapa?"
Ardiono mengabaikan Ganendra. Fokusnya beralih pada Gayatri yang diam saja. Anak sulungnya ini akan segera menginjak usia remaja. Ia lebih sering berkutat dengan pikirannya sendiri dibandingkan Ganendra yang banyak bicara.
"Mbak Yaya nggak apa-apa kan ayah menikah lagi?" Tanyanya hati-hati.
Gayatri, yang sedari tadi menunduk memainkan kuping boneka kelincinya, menengadahkan kepala, "nggak apa-apa. Asal baik sama ayah, Mbak Yaya dan Ganendra."
Tangan Ardiono terulur untuk merapikan rambut Gayatri. "Tapi kok mukanya sedih? Ada yang mau diceritakan ke Ayah?"
Bibir Gayatri dikatupkan. Ia terlihat ragu tapi sedetik kemudian ia mengutarakan perasaannya. "Mbak Yaya cuma nggak mau dirawat Yang Uti lagi."
Ini hal yang Ardiono takutkan. Ia takut anak-anaknya lebih suka dengan ibu mereka. Ini juga yang membuat ia ingin secepatnya menikah lagi.
"Mbak Yaya mau ketemu Ibu?"
"Ibu kan nggak mau ketemu kita." Jawab Gayatri dengan muka sendunya.
Ya, itulah yang terjadi dua tahun terakhir. Gayatri dan Ganendra hanya bertemu ibu mereka ketika lebaran, Idul Adha dan tahun baru. Bahkan di hari ulang tahun mereka, Sekar tidak pernah datang untuk merayakan.
Padahal, Ardiono cerai secara baik-baik dan tidak pernah melarang Gayatri dan Ganendra bertemu ibu mereka.
"Ayah, lanjut omongin teman ayah dulu aja." Ganendra membangunkannya dari lamunan.
Ardiono segera mengeluarkan handphone untuk menunjukan wajah Rubi. Ia mulai menceritakan tentang calon istri sekaligus ibu untuk kedua anaknya.
***
"Rubi!" Sapa seorang pria.
Merasa dipanggil, Rubi menolehkan kepalanya dan di sanalah ia melihat Danu, "eh, Mas, jangan lari." Rubi terkekeh melihat seniornya yang begitu semangat.
"Aku bawa brownies." Pria itu membuka sekotak brownies dengan potongan kecil. "Kemarin ulang tahunku, ambil berapapun kamu mau."
Mata Rubi berbinar, "waaah, aku ambil dua ya."
"Duduk di sana yuk, Bi." Ajak Danu.
Setelah mengambil dua brownies, Rubi berjalan ke kursi di bawah pohon. Ia duduk berdampingan dengan Danu lalu menoleh pada pria itu. "Selamat ulang tahun, Mas."
"Makasih, Bi." Ia tersenyum. "Sebenarnya kemarin. Aku pikir kamu bakal dateng ke sekret soalnya aku traktir makan anak-anak yang lain."
"Yaaah aku doang dong yang belum ditraktir." Canda Rubi.
"Sore ini aku mau ngajak kamu nonton. Bisa?"
Rubi menatap Danu dengan muka menyesal, "ada urusan."
Danu tertawa, "busy bee. Rubi yang selalu sibuk."

KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sebentar
RomanceArdiono Bameswara memerintahkan orang kepercayaannya untuk memasang pamflet dengan judul "Dicari Calon Istri dengan IPK Cumlaude." Rubi Albarsya terkejut ketika mengetahui beasiswa yang selama ini ia dapatkan setiap bulan tiba-tiba saja diputus. Ard...