"Bi, lo cocok pakai baju warna biru muda." Rubi berada di kos Anggun untuk bersiap sebelum bertemu Ardiono.
Rubi menggelengkan kepala tidak setuju. "Gue pakai ini aja."
"Please, Ubi. Masa mau ketemu bos, calon suami sekaligus calon donatur lo pakaiannya kayak mau ke kampus gini sih?"
"Kalau gue banyak gaya, nanti dikiranya nggak butuh duit." Rubi memakai perona pipi karena Anggun meminjamkan peralatan kecantikannya sore ini.
"Bi, kadang gue iri sama lo." Anggun menghela nafas dan menatap Rubi dari pantulan kaca. "Lo cantik, pinter, pakai apa aja bagus dan nggak makeup pun tetep cantik. Lo tau kan standar kecantikan wanita Indonesia di mata para pria? Semuanya ada di diri lo."
"Gue yang iri sama lo, Nggun karena lo orang kaya, merantau dikasih mobil, kosan udah kayak hotel dan semua gadget lo Apple digigit." Rubi mengedarkan pandangan di kamar kos Anggun yang memang mewah. "Lah gue? Kosan nggak ada AC, WC jongkok, pakai handphone Apple karena dikasih elo." Rubi tidak ingin temannya berpikiran negatif.
Anggun terkekeh, "tapi gue seneng, Bi temenan sama lo."
"Gue juga, Nggun. Lo nggak pernah menganggap gue sebelah mata."
Mereka berpelukan. "BTW, si Ardiono gimana? Lo udah dikasih tunjuk mukanya?" Anggun penasaran.
Rubi mengangguk sambil mematut diri di depan cermin. "Udah."
"Gemuk?"
Rubi terbahak, "lo takut banget sih, Nggun sama cowok gemuk?"
"Bukan gitu, Bi. Gue cuma takut lo dapet suami yang serem."
"Hahaha, gue nerima dia juga karena udah lihat mukanya walau lewat foto. Nggak serem, cuma memang keliatan sudah umur 30an." Jelas Rubi.
"Kalau di kampus, kayak siapa? Ada nggak?" Anggun masih ingin tahu.
Rubi memiringkan bibirnya dan berpikir keras. Ada nggak ya? "Kayakanya nggak ada deh, Nggun. Dia tuh.. berwibawa gitu loh. Bahkan dosen muda kampus kita nggak ada yang kayak dia penampilannya."
"Ya udah, karena ini privasi lo, gue nggak maksa pengen tau."
Rubi memang tidak memberi tahu Anggun bagaimana muka Ardiono karena dirinya terlalu malu.
Dengan mengikuti tes tertulis dan wawancara untuk jadi istrinya saja sudah membuat Rubi merasa murahan. Seolah-olah ia adalah jenis perempuan yang akan melakukan apa saja demi uang. Walaupun faktanya memang begitu.
Menjalani kehidupan sebagai Rubi Albarsya tidak mudah. Demi bertahan hidup dan membiayai kuliah, banyak hal yang sudah ia lakukan. Bahkan, hal-hal tersebut kadang melukai harga dirinya.
Contohnya, beberapa bulan yang lalu ia kerja paruh waktu di restoran nasi kuning dan ternyata pemiliknya adalah orang tua Kak Devi. Seniornya ini benci banget sama Rubi karena dianggap sebagai selingkuhan pacarnya. Boro-boro Rubi mau jadi selingkuhan, pacaran aja dia males banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sebentar
RomanceArdiono Bameswara memerintahkan orang kepercayaannya untuk memasang pamflet dengan judul "Dicari Calon Istri dengan IPK Cumlaude." Rubi Albarsya terkejut ketika mengetahui beasiswa yang selama ini ia dapatkan setiap bulan tiba-tiba saja diputus. Ard...