"Bun, orang Jakarta sarapannya nasi uduk?" Tanya Gayatri sambil menyuap nasi uduk dan orek tempenya.
"Iya, Mbak. Banyak sih jenisnya, cuma yang cepat dan nggak ribet ya nasi uduk."
Semalam, Rubi dan Ardiono sudah kembali ke Jogja. Seperti biasa, anak-anak minta tidur bersama kedua orang tuanya karena rindu.
Tidak hanya sampai di situ, tiba-tiba kedua anaknya menanyakan menu sarapan orang Jakarta karena Rubi dan Ardiono baru balik dari kota tersebut.
Setelah mengetahui jawabannya adalah nasi uduk, lontong sayur dan bubur, Gayatri dan Ganendra minta dibuatkan nasi uduk yang sesuai dengan selera mereka.
"Enak nggak? Bunda pertama kali buat nih."
"Enak, Bun."
Tentu itu adalah pengalaman pertama untuk Rubi memasak nasi uduk dan lauknya yang banyak. Ia bangun sebelum subuh untuk menyiapkan semuanya.
Ceklek! Suara pintu kamar terbuka dan Ganendra sudah rapih dengan seragam yang dipakaikan oleh Ardiono.
Memang seperti itu rutinitas mereka. Rubi membantu Gayatri bersiap, Ardiono membantu si bungsu.
"Ih, kok Mbak Yaya duduk di sebelah Bunda? Itu kan tempat Ganen." Meja makan di area kamar tidur mereka hanya memiliki empat kursi.
Setelah perdebatan yang alot, Ganendra mengalah dan duduk di sebelah Ardiono. Sebagai bentuk apresiasi, Rubi mengatakan terima kasih pada anak laki-laki itu.
"Ayah mau lauk apa?" Tanya Rubi pada suaminya.
Ardiono memang sedang bingung memilih lauk di atas meja. "Nasi uduk, ayam goreng sama bihun."
"Bun, Mbak mau bawa ini untuk bekal dong." Ucap Gayatri.
Rubi berdiri dari duduknya untuk mengambil tempat makan. Ia lagi suka menonton video ibu-ibu aesthetic yang memasak dan menyiapkan bekal untuk anak mereka. Akhirnya ia melakukan hal yang sama karena anak-anak berada di kamar mereka. Kalau di rumah utama, biasanya Bu Atin yang menyiapkan. "Ganen mau bekal?"
"Enggak, Bunda." Balasnya dengan nada yang manja. "Kita makan bareng yuk, Bun di Sederhana Jakal."
"Boleh." Rubi menengok ke belakang, tesenyum menjawab ajakan si bungsu. "Mbak Yaya nggak apa-apa kan nggak ikutan?"
Gayatri menggelengkan kepala. "Nggak apa-apa, Bun."
"Mbak Yaya, Ganendra." Panggil Ardiono. Membuat kedua anaknya dan Rubi menoleh. "Jadwal kalian ketemu Ibu pekan depan ya."
"Emang harus ketemu ibu, Yah? Kan kita udah punya bunda?" Tanya Ganendra dengan polosnya.
"Mbak Yaya juga nggak suka. Aneh, Yah udah lama nggak ketemu."
Deg!
Rubi tidak pernah mendengar Ardiono membahas mantan istrinya. Ia bahkan tidak tahu siapa nama sang mantan itu?
Seingatnya, Rukmini pernah mengatakan kalau panggilan sayang mereka amam dan apap. Jadi panggilan itu khusus untuk mereka berdua? Anak-anak memanggilnya ibu?
Memang obrolan tentang Ibunya anak-anak tidak pernah ada sebelumnya. Rubi juga baru sadar sekarang, Gayatri dan Ganendra tidak pernah merengek ingin bertemu ibu mereka.
"Seorang ibu yang sudah melahirkan, merawat dan menyusui kalian, wajib dihormati. Lagipula, cuma makan aja kok, di mana anehnya?" Ardiono membujuk anak-anaknya.
Rubi tidak berani mengatakannya, padahal bisa saja ia menyarankan supaya Ardiono ikut dengan anak-anak untuk menemui mantan istrinya.
"Udah selesai makannya?" Hanya itu yang bisa Rubi tanyakan kemudian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sebentar
RomanceArdiono Bameswara memerintahkan orang kepercayaannya untuk memasang pamflet dengan judul "Dicari Calon Istri dengan IPK Cumlaude." Rubi Albarsya terkejut ketika mengetahui beasiswa yang selama ini ia dapatkan setiap bulan tiba-tiba saja diputus. Ard...