14. it's burn ...

14.4K 789 16
                                    

Sebingkai cermin berbentuk oval, memantulkan wajah bersihnya yang pucat. Tubuhnya panas dingin seakan terkena flu kala musim salju. Luka di bibirnya yang tertatap, terlihat memiliki warna pudar putih. Ia menyentuhnya, sedikit mengelupas kulit dari luka tersebut. Lantas medesis pelan.

Suasana hatinya benar-benar buruk, malas menyantap hidangan yang sudah tersedia dihadapi Duke. Akan tetapi, perut ia terus memberontak dan menuntun kakinya untuk melangkah menuju sofa. Duduk di pojok kiri, sementara Duke di sofa tunggal bagian kanan. Itu berjauhan.

"Makananmu di sini," kata Dylan. Harusnya Delmora duduk di sudut kanan.

'Tenagaku habis.'

Tidak bisa menolak, tidak pula setuju, dia hanya diam dan menumpu siku pada lengan sofa. Memandang Telaga Harriet yang kehijauan karena pantulan dedaunan. Dia lemas belum makan, namun tidak sadar.

"Kau ingin kubongkar perutmu dan memasukkan makanan ini ke dalamnya?"

Itu terdengar kejam.

Delmora melirik meja, menemukan anggur hijau yang membuat penglihatannya terhibur. Secara otomatis, bokongnya beringsut dan duduk di pertengahan sofa. Melahap steak madium rare yang sepertinya tingkat kematangan favorit Dylan. Ia tak tahu apa pun, semua sudah tersedia ketika selesai mandi. Mulai dari pakaian tidur maupun makanan.

Dylan yang memperhatikannya dengan tumpang kaki, nampak menuangkan minuman yang menguarkan aroma fermentasi. Melihatnya saja, jantung Delmora merasa panas akan minuman tersebut.

'Dia sudah minum alkohol kadar tinggi sedari tadi. Sungguh berbahaya meski sedikit demi sedikit.'

Duke Stark yang orang tahu merupakan pemuda ambisius, mampu mempertahankan posisi yang harusnya sudah diasingkan dan dicopot sejak lama. Namun dengan mata kepala Delmora sendiri, pria menakutkan ini kerap menghisap cerutu ataupun meminum alkohol. Seolah itu adalah hobby.

Sesuai tata krama, tidak ada dentingan alat makan, kecapan mulut, ataupun pembicaraan, hening saat makan sampai selesai. Delmora menggapai anggur dengan perasaan takut terintimidasi Duke, walau Duke diam saja sembari sesekali menyesap cerutu dan membaca buku di tangannya. Buru-buru, dia bangkit seusai meraih satu tangkai anggur, kabur ke balkon untuk menikmati senja di timur.

Pemandangan yang saat sore masih hijau, perlahan mulai menggelap seiring langit jingga yang perlahan hilang diseret malam.

"Aku tidak ingin kau mabuk, Duke." Delmora menegur dengan wajah merengut sambil menatap telaga yang menghitam.

"Merepotkanmu?"

"Tentu saja. Strategi harus kubentuk agar bisa kabur saat kau mabuk, mungkin meloncat dari sini pun akan kulakukan."

Hening, sampai akhirnya terasa tangan menyentuh panggulnya serta Duke yang berdiri di dekatnya. Pinggang yang saling berhimpittan, membuat dia ketakutan. Berusaha mendorong, namun sia-sia karena Dylan begitu kuat dan berkali lipat.

"Kau tidak ingin aku menyentuhmu, bukan?" ujarnya pelan, namun memberi tekanan. Dia seperti hewan buas yang mengintai santapannya. "Ke mana perginya dagingmu? Tulang ini terasa menonjol," tanya dia membuat Delmora terhina.

"Menjauh!"

"Hey, Delmora, namamu akan buruk jika tidak dekat dengan suamimu."

Setidaknya, itulah yang terumbar sebagai pasangan terkemuka. Kendati dalam proses pernikahan hanya sedikit yang tiba, namun yang tahu sangat banyak. Nama Duchess Stark sudah menjadi bahan pembicaraan aneh di mulut orang-orang.

Delmora mendorong pinggangnya. "Lepas!"

"Bisakah?" Dia merendahkan kepala, sedikit tertunduk melihat wajah Delmora.

Your Grace, Kill Me NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang