Di belakang kawan yang barusan Dylan sapa, para pekerja mengeluarkan keranjang-keranjang berisi anggur pun kue-kue berhias buah anggur dari dalam gerbong kereta. Bingkisan dari Serge Walter untuk si Maniak Anggur.
"Satu sampai dua bulan lalu kita berada di pernikahan yang sama, dan tiga pekan lalu kita bertarung, bukan?" tanya Serge retoris, bahwa dia dan Dylan belum lama ini telah berjumpa.
"Bedakanlah antara bangsawan dan kawan. Serta bedakanlah saat peranku menjadi kawan atau penguasa tanah," kelit Dylan beralasan.
Serge terkekeh pelan sampai matanya menyipit, ingin memaki pria yang berdiri santai memegang cerutu piramid. "Penguasa tanah? Kau sadar, Duke Stark Yang Ter-hor-mat? Kau yang memiliki tanah ini, harusnya lebih memperhatikan dan mengamankan tanahmu sendiri. Kau tahu tentang hantu danau itu?! Mereka mematikan! Tapi kau justru melindunginya? Sebagai Duke di wilayah ini, apa tugasmu hanya memperkaya diri?" cecarnya tegas penuh sindirian yang segera dibalas.
"Serge Walter, datanglah sebagai Count Walter. Bila perlu, pindahlah dirimu ke Stark dan menjadikan danau sebagai bagian country wilayah kekuasaanmu, agar dapat berunding denganku. Ini tanahku, Kawan." Suara Dylan angkuh dengan otoritas, menunjukkan pendirian yang tak bisa ditundukkan. "Apa kuasamu? Jangan kau usik apa pun yang 'terpelihara' di tanah ini tanpa persetujuanku."
Belum sempat Serge membuka mulut, Dylan mempersilahkan masuk. "Masuklah, dan ceritakan bagaimana kabarmu."
Berakhir Serge mendengkus kasar menahan kekesalan seraya mengikuti di belakang, melangkah lebar serta sama-sama tegap dengan Dylan yang tidak bereskpresi apa pun—namun tampak tajam.
"Aku paham, tapi tidak mengerti jalan pikirmu," sungut Serge rendah.
Cukup sadar banyak yang tidak Dylan ungkap kepada satu pun orang. Berkawan bukan bearti segalanya tahu. Yang paling diketahui sebatas kehidupan Dylan yang formal meski bersama orang tuanya, kebiasannya, serta akademiknya.
"Bagaimana dengan istrimu? Tidak kau bawa untuk melihat saudarinya?" Dylan bertanya, selepas menghembus asap cerutu.
Mengajak Letitia? Lelucon lain yang dapat menambah suasana buruknya.
Letitia justru sedang bersyukur selepas mendengar kabar adiknya gila. Bersyukur lantaran terhindar dari perjodohan. Jika tidak, katanya ia bisa saja lebih parah dari kondisi Delmora. Adiknya memang rapuh, tapi mentalnya kuat, sikapnya keras, tekadnya tak mudah menyerah. Itu yang Serge tangkap kala menemukan Letitia di belakang manor dan berbincang dengan pelayan.
Targaryen tahu, namun berkata tidak ada waktu, dan beralasan Delmora sudah bukan tanggung jawabnya. Begitu juga Gilbert yang di mana dalam proses pelatihan mental, kekuatan, kedisplinan, kesetiaan, pengakuan, sebelum dilantik. Tidak ada waktu, bahkan porsi tidur pun hanya tiga jam.
****
Pucat pasi, dan berdarah-darah rok piyama Delmora bagian belakang. Tempat tidur berantakkan, bantal robek mengeluarkan kapas putih berhamburan.
Dia terkulai di lantai, kepala tersampir di tepi ranjang, sementara gunting menancap di depan wajah. Lelah sudah dia mengamuk liar berusaha membunuh setan-setan. Namun keparat, sial, dan menyedihkan, dada atasnyalah yang tergores. Berdarah, seperti goresan belati di pohon bergetah.
Kadang ia seperti tersentak, kadang terpejam tiba-tiba, lalu membuka mata lagi, membuka mulut seolah hendak berteriak. Dia berubah-ubah seperti kerasukan. Satu yang tetap, tidak bergerak dari posisi sekarang yang bersandar menyampir di sisian ranjang.
'Aku tidak akan takut lagi.'
Berkilat mata hijau kekuningannya, menarik gunting yang tertancap di bantal sambil terus merapalkan mantra ciptaan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Grace, Kill Me Now
RomanceTidak ada yang dia harapkan dari hidup ini selain mati, atau bebas. Setelah kekasihnya menodai saudarinya, yang amat disayangi ayah dan ibunya, Delmora Gretl menjadi pengantin pengganti sang saudari untuk menikah dengan Duke De Stark. Manusia bajing...