Gerbang tempa terbuka lebar, ukirannya rumit dan ukurannya tinggi pun lebar. Dua pengawal kerajaan berjaga di kiri-kanan gerbang, mempersilahkan sekelompok bangsawan yang berdatangan memasuki halaman.
Di dalam sana, air tegala mengalir di tepi pembatas jalan serupa sungai kecil, atau di perpetakan pepohonan besar yang berbentuk lingkaran. Cantik, halaman istana sangat cantik, tak kalah indah dari bangunan megah menakjubkan yang menjulang di kejauhan, memiliki menara-menara di beberapa bagian.
Kolam persegi panjang di pertengahan halaman istana sebening kristal, tampak kontras dengan musim gugur yang merah kecoklatan. Deretan pancuran kecil dari sisian pun menyiram ke pertengahan kolam. Ramai oleh suara air, pun bangsawan yang kini saling bercakap santai, serta langkah kaki kuda dan pengawal yang berlalu lalang.
Jarum jam di menara istana terus berjalan sampai kini jarum pendek berada di angka VI dan matahari bergulir ke barat, Duke Stark tiba paling akhir. Empat penguasa wilayah lain di dekat air mancur-Sringa, Agrippaen, Forsythia serta Trixy-menoleh ke arah Duke Stark yang masih berkuda.
"Baru tiba senja. Sepertinya, pemuda itu sibuk mengurus istri gilanya."
"Bukankah wanita itu berasal dari Forsythia?"
"Yah, putri kedua Marquess Targaryen."
Isi percakapan mereka yang semula tak jauh-jauh perihal wilayah atau usaha, kini beralih mengenai gilanya Duchess Stark.
"Duke Stark!"
Langkah kaki Dylan berhenti, lantas menoleh ke samping kanan arah panggilan.
"Bagaimana kabar adikku?" tanya Gilbert cemas dengan kalimat lebih sopan dari biasanya. "Bukankah Delmora selalu ikut ke mana pun kau pergi?"
"Istriku demam." Dylan jawab seraya menghak-patenkan. Sekilas, ia melihat seragam Gilbert lalu beralih pada wajah yang bertaut alis itu. Menebak, lawan bicara telah mengetahui segalanya.
Benar saja. Gilbert membungkuk dan berkata, "Terima kasih telah menjadi pria yang baik untuknya. Aku menyesal telah meremehkanmu yang justru lebih setia dari bangsawan di luaran sana."
Mendengar itu, kedua sudut bibir Dylan tertarik tipis.
Gadis beruntung, gelar yang disematkan kaum sosialita baru-baru ini. Putri kedua Marquess Targaryen merupakan perempuan beruntung mendapat suami seperti Dylan Vince.
Siapa saja yang berhati lembut, terutama wanita, terketuk hatinya kala melihat Duke Stark membawa istri gila ke sana ke mari. Tanpa malu, merengkuh tidak pernah melepaskan. Di kerajaan seperti ini, di mana anak pun sebagai investasi, dia tidak membuang istrinya. Maka wajar Dylan menjadi buah bibir di kalangan wanita, sampai kalangan pria mual mendengarnya.
Tanpa disangka, membuat reputasi Dylan mulai membaik. Dipuja-puja kesetiaannya oleh wanita dan gadis muda, berandai-andai memiliki suami sepertinya. Kaya-raya, gagah, dan setia.
Gilbert di sana menegakkan badan, segera berbalik dan tampak mengusapi mata seolah-olah menghapus tangisan.
Memperhatikan gerakkan iparnya sebentar, Dylan berpaling ke depan dan bergumam, "Keparat. Perempuan sialan."
Delmora Gretl, perempuan beriris semurni permata chrysolite itu memporak-porandakan penalaran, motto, dan mungkin dapat menghancurkan kelancaran rencananya. Jujur saja, Dylan kesal setengah mati, sebal, muak, jengkel pada kondisi diri yang kini memiliki perasaan gara-gara sang istri membuatnya jatuh hati.
Sejak awal, Dylan pribadi klaim Delmora sebagai istri. Sebatas istri, bukan barang. Namun atas ucapan Zerlina Targaryen, ia menjadikan itu bahan tambahan untuk menjatuhkan mentalnya agar makin terguncang murka, agar memberontak marah sampai memberantas larangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Grace, Kill Me Now
RomanceTidak ada yang dia harapkan dari hidup ini selain mati, atau bebas. Setelah kekasihnya menodai saudarinya, yang amat disayangi ayah dan ibunya, Delmora Gretl menjadi pengantin pengganti sang saudari untuk menikah dengan Duke De Stark. Manusia bajing...