'Serge.'
Satu nama beserta perkataan Gilbert mengenai 'nyawa', menyebabkan Delmora menoleh cepat dengan mata mengencang. "Maksud kau?"
Dia menarik pergelangan Delmora sembari berjalan, terlalu tiba-tiba hingga hampir saja si Gadis terjerembab ke lantai. "Mungkin dia bisa mati penasaran jika kau tidak mendatanginya sekarang," ujarnya.
"Apa yang terjadi? Jelaskan padaku, Delmore Gilbert!" Delmora yang mulai kepanikan, mendesaknya. Berusaha berjalan cepat mengimbangi langkah lebar saudaranya. "Nyawa? Mati? Di mana?"
Bukannya menjawab, lelaki itu justru berteriak frustrasi akan rute yang dijalani. "Sialan, memusingkan sekali kediaman suamimu!"
Barusan saja Gilbert melewati jalan ini karena mendengar bahwa Delmora berada di lantai dua sisi kanan. Dipinta menunggu, namun dirinya tak sabar dan menerobos ruangan manor secara sembarangan, yang terpenting mengarah kanan. Namun sekarang, jalan keluar nyatanya lebih memusingkan karena arah serasa dibalik. Selesai dirinya mengerangkan kalimat barusan, Delmora lari mendahului seolah menunjukkan jalan. Berbelok kanan, melihat lukisan di dinding sebagai penunjuk arah.
Penampilan dan derapan menggema dari dua remaja berlarian, mengundang beberapa pelayan yang tengah membawa baki berisi teh serta jamuan dessert pun terkesiap. Memanggil sang nyonya, namun diabaikan. Sang nyonya beserta lelaki berkulit pucat lekas menuruni tangga spiral seperti mengejar sesuatu dalam keadaan genting.
"NYONYA, ANDA BISA JATUH JIKA MENURUNI TANGGA TERGESA—"
Belum usai Lidya mengintrupsi dari atas diiringi raut kebingungan dari sekawanannya, Delmora hampir terpleset di pertengahan. Sontak membuat jantung berhenti seketika sebelum lelaki berambut kejinggaan menarik pergelangan gadis tersebut.
"Bodoh!" Lelaki itu memaki. "Cukup berjalan cepat saja, jangan berlari," lanjutnya di kala berhasil membuat Delmora berhenti. Terlebih, bentuk tangga ini benar-benar membuat Gilbert jengkel, ingin sekali menghancurkannya.
"Kau berkata seolah dia akan mati!" timpal Delmora cemas tanpa menyebut nama Serge. Bagaimana mungkin dirinya tidak panik mendengar kabar barusan? Ia ingin lekas menemuinya walau tidak tahu pemuda yang dicintainya berada di mana sekarang. Memutar tangan agar lepas dari cekalan, setelahnya gadis tersebut berjalan cepat seraya menumpu tangan pada railing tempa berukiran ranting berdaun-daun kecil.
Pintu ganda yang dibuka lebar, ataupun jendela-jendela besar lantai bawah yang terbebas dari tirai, menunjukkan halaman hijau. Di sana, satu kuda nampak menunggu dengan posisi kepala mengarah utara. Gilbert meraih pundak Delmora, berjalan sembari menepuk-nepuk pundak gadis itu untuk menenangkan.
Begitu sampai di sisi kuda, Gilbert berkata dengan pelan, "Semalam dia ditusuk seseorang. Kukira orang itu pun akan membunuhku karena melemparkan pedang dengan kuat. Beruntung aku lekas merunduk untuk menghindari."
"Kau terluka?" Alis gadis itu makin bertaut dengan mata sedikit terangkat menatap wajah Gilbert, beralih cemas padanya. Namun kekhawatirannya justru ditimpal senyuman manis dan santai.
"Tidak, tuh. Bahkan," Gilbert mengangkat pinggang gadis itu untuk mendudukkan ke atas kuda sembari lanjut berbicara, "mengangkatmu pun masih bisa."
Setelahnya, ia menaiki kuda di depan Delmora, disambut tangan gadis itu berpegangan pada baju putihnya di pinggang. Sekejap, sudut mata menangkap bayangan hitam dari jendela atas yang terbuka, menuntun lelaki itu menengadah, bertemu pandang dengan pria berambut hitam yang menumpu tangan pada bingkai jendela. Sorot tajam, Gilbert lemparkan. Kecewa dan muak bahwa pria keparat itu tak bisa dipercaya, sampai-sampai Gilbert meludah pada rumput sebelum akhirnya menarik tali kekang kuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Grace, Kill Me Now
RomanceTidak ada yang dia harapkan dari hidup ini selain mati, atau bebas. Setelah kekasihnya menodai saudarinya, yang amat disayangi ayah dan ibunya, Delmora Gretl menjadi pengantin pengganti sang saudari untuk menikah dengan Duke De Stark. Manusia bajing...