Menumpu dagu di ujung pena hitam seukuran jari telunjuknya, kepala merunduk fokus pada kertas putih seusai bejibaku dengannya beberapa menit lalu. Secercah sinar pagi yang menerobos dari jendela yang dibelakangi membuat rambut pirang keperakkan itu berkilauan. Sedangkan wajahnya yang sedari bangun tidur suram, kini perlahan menautkan alis tipis.
Anggaran pengeluaran bulanan lebih besar tiga kali lipat per tempat daripada Targaryen, gaji tiap pekerja pun tiga kali lipat seolah mewajarkan mengapa mereka berkenan bekerja di sini. Namun sedikit bingung, mengeluarkan biaya sebesar ini tiap bulannya, apa yang pria itu kerjakan? Bagaimana dia menghasilkan uang sebanyak ini?
Tahu, dia seorang penguasa tanah Stark yang subur, tidak asing jika hidupnya makmur. Namun untuk anggaran fantastis ini, Delmora mengurut pelipis. Tidak takjub, tapi aneh.
"Lewis, kemari," pinta Delmora pada pria yang berdiri di depan sedari awal.
"Apakah selesai?" Lewis mendekat, bertanya singkat sebagai sahutan. Walaupun sebenarnya tahu bahwa Delmora sudah selesai mendata beberapa menit lalu.
"Tuan Lewis melihatnya sendiri," sahutnya tanpa mengiyakan, memperlihatkan kertas ke bawah dan menegakkan kepala. "Apa saja pekerjaan tuanmu sampai biaya bulanan mampu keluar sebesar ini? Terlalu pemborosan jika setiap bulan rak bunga di taman mesti diganti. Kemarin kulihat dari balkon, itu masih nampak bagus dan bertahan sampai satu tahun."
"Kebiasaan Duchess Terdahulu, Nyonya," jawab pria itu sopan, menerima serahan lima kertas dari Delmora. Menelitinya sambil memasang telinga, bersiaga siapa tahu sang nyonya berbicara lagi.
'Ibunya?'
'Semegah apa hidup Mendiang?'
'Jika kuingat, belum pernah melihat lukisan Duchess lama.' Delmora berpikir seraya memperhatikan Lewis yang berkerut serius membaca catatan.
Sewajarnya, kamar yang dipakai Delmora merupakan bekas nyonya lama. Namun tidak ada sedikit pun benda atau lukisan peninggalan beliau sebagai tanda. Semua baru. Gorden, pakaian, kasur, sofa, perhiasan, didedikasi khusus untuk nyonya saat ini. Yah, walaupun awalnya untuk Letitia Inna Von Targaryen.
"Apa pajak di sini tinggi sampai biaya per bulan sefantastis itu? Saat kujumlah, ugh." Mata gadis itu menyipit dengan bahu terjatuh, menghentikan ucapan guna menetralisir sesak. "Aku bisa membangun banyak rumah panti, ataupun membebaskan seluruh budak di kota ini."
Delmora menghembuska napas, lalu membatin, 'Pria itu benar-benar keparat. Pemimpin macam apa dia?'
Lewis meringis samar. Gadis kecil yang belakangan diremehkan beberapa manusia itu, ternyata lebih bijak daripada tuannya yang fokus pada pekerjaan, ataupun tujuan sendiri. Dylan memang kadang menyumbangi panti asuhan sebagai tugas, akan tetapi tidak pernah berniat hendak membangun panti lagi, apalagi membebaskan budak? Aneh jika itu dilakukan tuannya yang acuh tak acuh, dan terkadang apatis.
Sungguh, penjualan budak telah diilegalkan semenjak raja naik tahta. Jika saja sang raja tahu, rumah lelang pasti dihancurkan dan si Pemilik lelang budak dijatuhi hukuman sampai mati. Namun contoh lama sepertinya tidak memberi efek jera, terulang kembali mengadakan perdagangan manusia, maupun jual beli anak.
Sebab segala warisan batin atau fisik, dipasrahkan pada si Sulung. Putra-putri seterusnya akan kabur dari rumah, atau dijual sebagai peruntungan. Tidak semua, hanya bagi keluarga yang memegang erat tradisi serta pilih kasih saja. Walaupun terdapat keluarga yang tidak pilih kasih, pandangan lebih rendah tetaplah jatuh pada sisa anaknya. Sejenis ilmu pasti diberikan seratus persen untuk si Sulung, sedangkan pada yang muda akan diberi setengah persen, atau justru hanya diberi buku catatan agar si Anak belajar sendiri tanpa bimbingan lisan. Mereka menyebut bahwa keluarga seperti itu 'adil'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Grace, Kill Me Now
RomanceTidak ada yang dia harapkan dari hidup ini selain mati, atau bebas. Setelah kekasihnya menodai saudarinya, yang amat disayangi ayah dan ibunya, Delmora Gretl menjadi pengantin pengganti sang saudari untuk menikah dengan Duke De Stark. Manusia bajing...