31. I know everything

8.6K 511 84
                                    

Ini tujuan Delmora, membuat pria itu murka, menentang semua perintah Dylan adalah opsi selanjutnya yang kini ia pakai. Benci ketika dikatakan bahwa penampilannya pantas, cocok, dan Dylan terdengar bangga. Ia membeli piyama bekas milik seorang pelayan, mengaku untuk dijadikan tali dan diikat ke rambatan batang anggur. Padahal, ia kenakan guna memancing amarah Dylan.

Kumuh, sungguh. Pelayan pun berkata tidak layak, tetapi Delmora bertekad memakai, dan siapa sangka spontan bertemu Dylan kala membuka pintu kamar.

Ia diseret lagi ke ruang ganti, mendapat tatapan rendah serta pertanyaan retoris.

Mengejutkan, saking terkejutnya ia ingin sekali plites badan besar Dylan sampai penyet.

"D-d-dari mana kau tahu?!" tanya ia sesudah berhasil mengendalikan keterkejutan, terbata serta sedikit panik. Begini bisa mencoreng nama Targaryen jikalau Dylan tega menyebarkan. "Lalu kenapa tidak kau cerai atau bunuh istrimu jika tahu adanya pengkhiatan di pernikahan? Kau pun tahu, hukuman itu sudah pantas, Dylan!" Kini pertanyaan Delmora keluar lancar bagai luncuran kembang api ke langit.

Dahulu, mendiang raja terdahulu pun menghukum mati permaisuri lantaran berselingkuh. Pantas hukumnya jika ia dijatuhi hukuman begitu, atau setidaknya suami tega menyebarkan kasus tersebut supaya nama istrinya tercoreng, dan hasilnya selain dukungan, si Suami mendapat simpati dari publik. Namun aneh, Dylan justru santai sekali, tidak ada beban atau reaksi selama ini seolah ia tidak tahu.

"Aku tahu. Lihat tepat mataku, Delmora," pinta pria itu, tangan masih menarik kerah gaun piyama kusamnya. Tentu, dengan berani Delmora melototi tajam iris yang membosankan seperti ikan mati itu. "Kau berciuman dengan kekasihmu pun, aku tahu, termasuk rencanamu yang hendak meracuniku. Ingat, Delmora, kau tidak bisa bersembunyi dari mataku meskipun berada di dalam tanah, karena sejak sumpah di altar, kau sudah 'terikat lekat' padaku," lanjutnya, sentiasa bernada rendah.

Keparat, sempat berdebar dada Delmora, terbesit pikiran 'mengapa pria ini sok berkuasa?' Mengaku seakan mata ia berada di mana-mana, tertempel di tiap dirinya melangkah. Bagi Delmora, ini gertakkan untuk menakut-nakuti agar patuh.

Ia sipitkan mata, menilik ke mana arah pandang Dylan kini mendarat, yaitu pada kerah piyama yang tengah ditarik, lantas segera menimpal, "Lalu kenapa tetap konsumsi racunnya, Bodoh?! Berlagak ingin membodoh-bodohiku?!"

"Kau tidak ingin melepaskan ini?" tanya Dylan mengabaikan Delmora, secepatnya menarik kuat kerah piyama begitu saja guna merobeknya. Secara paksa, kerah bagian belakang menekan tengkuk, menggesek kulit pucat Delmora sampai meninggalkan bekas merah bagai jeratan. Sakit ..., hingga gadis itu mendesis dan mengaduh.

"Makhluk Sialan!" Ia genggam kedua lengan pria yang tengah merobek itu, lantas berteriak, "KAU SANGAT TIDAK BERETIKA!"

Itu tidak bermoral, sangat biadab!

"Telah kuperintah untuk melepaskan, namun kau bebal," sungutnya yang kini merobek ke arah samping, sekuat tenaga sampai pakaian robek hampir terbelah dua. Dylan terus merobek seiring Delmora memaki bahwa dia tidak sopan.

"Ganti dengan gaun-gaun yang kaubeli, setelah itu silahkan bermain lagi."

****

Dylan dengan biadab benar-benar menelanjanginya, membuka lemari dan melempar gaun pada dipan berkasur di ruang ganti, memerintah Delmora mengganti di hadapannya. Namun, kukuh ia memilih gaun yang biasa dikenakan sebelum hidup berfoya-foya.

"Kenakan ini, atau kau tidak diizinkan memakan anggur selama dua bulan."

Ancaman yang memberatkan itu pun, Delmora tentang. Ia tidak menurut, dan memilih gaun sesuka dirinya, semau dirinya.

Your Grace, Kill Me NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang