(S2) Chapter 30

58 9 0
                                    

"Tidak, Newt. Kau tetap di sini!"

"Tidak! Aku akan ikut menyelamatkan Minho."

Sifat keras kepala dari pria di hadapannya membuat Cassy merasa sangat pusing. Dia tak tahu lagi bagaimana harus menahannya untuk tak ikut dalam rencana.

"Aku bisa," lanjut Newt.

"Dengar, kita tak tahu kapan kau akan berubah. Jadi, lebih baik kau diam di sini dan tunggu kami membawakan serumnya," jelas Cassy.

"Justru karena itu membuatku semakin ingin ikut. Setidaknya aku bisa melihat Minho untuk yang terakhir kali," ucap Newt.

"Jangan bicara seperti itu! Kau akan selamat dan terus melihat kami semua!" teriak Cassy.

"Hei, ada apa dengan kalian berdua?" Thomas yang baru saja tiba segera memisahkan kedua temannya yang terlihat bertengkar. "Bicarakanlah baik-baik."

"Temanmu ini sangat keras kepala, Thomas," adu Cassy.

"Ada apa? Kenapa dengan Newt?" tanyanya.

"Dia memaksa ikut dalam rencana ini padahal dirinya sedang tak baik-baik saja," jawab Cassy.

Thomas mengalihkan pandangannya pada temannya yang lain. "Apakah itu benar, Newt?"

"Tidak—"

"Kau terjangkit flare dan kita tak tahu kapan kau akan berubah, Newt!" bentak Cassy.

Thomas membulatkan matanya sempurna ketika mendengarnya. "Newt terjangkit flare?! Kenapa tak bilang dari awal?"

"Maaf, tapi aku akan tetap ikut menyelamatkan Minho walaupun kalian melarang." Newt pergi begitu saja tanpa mendengarkan perkataan teman-temannya.

Keesokkan harinya...

Rencana yang sudah dirancang dengan sempurna akhirnya akan dilaksanakan saat matahari mulai berganti dengan bulan. Thomas, Newt, dan Cassy akan menyamar menjadi penjaga Wicked dan mendampingi Teresa masuk. Lalu disusul oleh Gally yang datang dari arah barat dengan pakaian yang sama. Hal tersebut berjalan dengan lancar sampai mereka berhasil ke lantai tiga, tempat para subjek ditahan oleh Wicked.

"Cepat buka pintunya," suruh Thomas.

Newt segera meleburkan gembok yang mengunci jeruji besi itu dan mengeluarkan para tahanan di sana.

"Di mana Minho?" tanya Cassy yang tak melihat keberadaan pria itu.

Teresa yang mendengarnya segera berjalan ke komputer di dekatnya dan mengetikkan sesuatu. "Dia dipindahkan ke ruang pemeriksaan. Itu berada di gedung lain dan letaknya sangat jauh dari sini."

"Antarkan kami ke sana," suruh Cassy.

"Aku tak bisa ikut dengan kalian. Ini membutuhkan waktu sedikit lebih lama dari perkiraan," kata Gally yang masih sibuk dengan urusannya.

"Kalau begitu Newt di sini saja bersamamu," ucap Cassy.

"Tidak! Kalian membutuhkan lebih banyak orang," tolak Newt.

Cassy berdecak kesal melihat pria itu yang kembali keras kepala.

Akhirnya mereka pergi dari sana, meninggalkan Gally bersama para tahanan.

"Kalian yakin akan melakukannya?" tanya Teresa.

"Jangan banyak bertanya. Tetaplah berjalan dan cepat antarkan kami ke sana," sahut Cassy.

Mereka masuk ke lift untuk berpindah lantai, tapi seseorang yang mengejutkan tiba-tiba saja datang dan membuat suasana menjadi mencekam.

"Tiga pengawal? Banyak sekali. Sepertinya Dokter Ava sangat mengkhawatirkanmu," celetuk orang itu.

"Begitulah, Janson," jawab Teresa seadanya.

"Omong-omong, Thomas dan yang lainnya berada di luar dinding besar. Dokter Ava melarangku untuk memberitahumu, tapi aku melanggarnya karena kau adalah temanku," ungkap Janson.

Untuk yang kali ini Teresa memilih tetap diam dan tak menyahut.

Pintu lift terbuka saat menunjukkan lantai ke-20 dan Janson turun di sana. Lalu naik satu lantai lagi adalah tempat yang mereka tuju.

"Cepat jalan!" desak Newt.

Mereka keluar dari lift dan melanjutkan perjalanannya, tapi Teresa tiba-tiba saja menghentikan langkah kakinya dan membalikkan tubuhnya.

"Thomas, kumohon hentikan ini semua. Tolong mengertilah kalau kami sedang berusaha mencari—"

"Berapa banyak orang lagi yang akan kalian sakiti dan bunuh?" Thomas melepas topengnya dan menatap gadis itu dengan tajam. "Sebenarnya kapan kalian akan berhenti?!"

"Ini akan berhenti sampai kami menemukan obatnya," jawab Teresa.

"There is no goddamn cure!" bentak Thomas.

"Thomas—"

"Kerja bagus, Teresa. Aku hampir saja terkecoh." Janson berjalan mendekati mereka dengan banyaknya penjaga di belakangnya. "Aku menantikan penjelasan darimu."

Merasa situasi mulai tak aman, Thomas langsung menarik Teresa dan menodongkan pisau lipat ke lehernya. "Menjauh atau aku akan membunuhnya!"

"Kau tak akan bisa melakukannya, Thomas," kata Janson dengan santai.

Tanpa terduga, Teresa mendorong mereka yang menyamar sebagai penjaga Wicked ke dalam lift dan menekan nomor suatu lantai.

"Aku harap ini bukanlah pemberontakan," tutur Janson.

"Justru aku sedang membantumu. Mereka tak akan bisa keluar dari lantai yang kutekan tadi," jawab Teresa.

Gadis itu melenggang pergi dari sana dan menuju suatu tempat yang membuatnya selalu lupa waktu.

Aku harus memeriksa darah milik Cassy. Batinnya.

Sesampainya di laboratorium, Teresa mulai melancarkan aksinya. Dia meneteskan suatu cairan ke kain yang terdapat darah milik temannya. Darah tersebut ia teteskan ke kaca yang terdapat virus flare. Lalu diamati perkembangannya di bawah mikroskop.

"Tidak mungkin..."

Betapa terkejutnya dia saat melihat hasil yang didapatkannya.

"Teresa? Kenapa kamu masih di sini?" Seorang wanita berjas putih datang dan menghampirinya. "Ayo, kita harus segera pergi."

"Kita menemukannya." Teresa menggeser sedikit tubuhnya ke kiri. Lihatlah."

Dengan rasa kebingungan, wanita itu mendekatkan matanya ke mikroskop dan melihat sesuatu di sana.

"Cassy adalah jawaban dari semua ini," sambung Teresa.

The Truth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang